Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Talbis Iblis: Upaya Merusak Keyakinan Umat Islam

Agama | Friday, 01 Sep 2023, 05:33 WIB
Dok. Republika.co.id

Tulisan ini akan membahas dengan mendalam tentang Talbis Iblis terhadap umat Islam dalam masalah aqidah dan agama. Seperti yang diungkapkan oleh Ibnul Jauzi, Iblis memiliki dua metode untuk menyusupkan pengaruhnya ke dalam aqidah kaum muslimin. Metode pertama adalah melalui taklid buta terhadap nenek moyang dan pendahulu mereka. Metode kedua adalah dengan menjerumuskan umat dalam masalah-masalah rumit dan kompleks yang tidak mudah dipahami, sehingga menimbulkan kerancuan dan kebingungan. Keduanya adalah strategi yang efektif dalam melemahkan keyakinan umat Islam dan mengganggu stabilitas aqidah mereka.

Pertama, maraknya taklid buta terhadap nenek moyang dan pendahulu dapat mengakibatkan pengabaian terhadap pentingnya pemahaman dan penelitian dalam agama. Iblis memanfaatkan kesetiaan buta ini untuk menciptakan kerancuan dalam pemahaman aqidah. Ia membisikkan bahwa dalil-dalil agama tidak jelas dan kebenaran masih samar, sementara taklid dianggap sebagai jalan selamat. Namun, pendekatan ini justru berpotensi menjerumuskan umat dalam kesesatan. Sejarah mencatat bahwa orang Yahudi dan Nasrani yang mengikuti taklid terhadap nenek moyang mereka telah tersesat. Demikian pula, orang-orang Jahiliyah terjebak dalam taklid buta terhadap kepercayaan nenek moyang mereka. Oleh karena itu, mereduksi pemahaman agama menjadi taklid semata dapat membuka pintu bagi pengaruh Iblis dalam mengganggu keyakinan umat Islam.

Kedua, Iblis juga menargetkan mereka yang mencoba memahami masalah-masalah kompleks dalam aqidah. Ia menggunakan kelicikannya untuk mempengaruhi individu yang cerdas dan memahami konsep-konsep agama dengan mendalam. Iblis menggoda mereka agar meragukan pentingnya mengikuti ajaran-ajaran lahiriah syariat. Dalam upaya ini, Iblis mencoba memalingkan perhatian mereka dari ajaran Islam yang konkret, dan menggiring mereka menuju filsafat. Filsafat dianggap sebagai alternatif yang lebih "mencerahkan", padahal sebenarnya bisa menjadi jebakan yang merusak keyakinan aqidah. Iblis dengan cermat berupaya menggeser fokus dari prinsip-prinsip agama yang seharusnya menjadi landasan utama.

Selanjutnya, ada juga upaya Iblis untuk meragukan kebenaran yang tidak dapat dicerap oleh pancaindra. Beberapa individu diperdaya untuk menganggap bahwa keyakinan hanya berdasarkan pengalaman yang dapat dilihat, dirasakan, atau diukur oleh panca indera. Namun, prinsip-prinsip agama dan kebenaran metafisik sering kali melebihi batasan pancaindra. Hal ini menjadi perangkap bagi mereka yang mengukur kebenaran agama dengan kriteria yang terbatas, mengabaikan dimensi spiritual yang lebih dalam.

Tidak hanya itu, ada juga upaya Iblis untuk menggoda individu dengan pemikiran bahwa taklid adalah hal yang patut dihindari. Iblis berusaha mengarahkan mereka menuju ilmu kalam dan filsafat, yang bisa membuat mereka merasa "lebih pintar" dan "berbeda" dari orang awam. Pemahaman aqidah yang seharusnya didasarkan pada ajaran agama menjadi terjebak dalam pemikiran spekulatif yang rentan terhadap kesesatan. Iblis dengan liciknya memicu perasaan superioritas intelektual, mendorong mereka untuk melampaui batas-batas yang ditentukan oleh agama.

Dalam menghadapi ancaman talbis Iblis ini, sangat penting bagi umat Islam untuk mengembangkan pemahaman aqidah yang kokoh dan mendalam. Ini memerlukan keseimbangan antara menghormati tradisi dan pendekatan rasional dalam memahami agama. Umat perlu menghindari taklid buta, namun juga tidak boleh jatuh ke dalam perangkap pemikiran spekulatif yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Melalui pendekatan yang seimbang, umat Islam dapat mempertahankan keyakinan yang kuat dan terhindar dari upaya pengaruh Iblis dalam mengganggu stabilitas aqidah dan agama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image