Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Celine Margaretha Susanto

Siapakah Dia? Sang Pisau Bermata Dua

Lomba | 2023-08-31 23:53:14
Sumber: www.zdnet.com

Revolusi Industri 5.0 merupakan sebuah konsep revolusi industri yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pada tahun 2017 dan konsep tersebut telah diresmikan pada 21 Januari 2019. Konsep revolusi industri 5.0 hadir sebagai jawaban atas keresahan Pemerintah Jepang terhadap berkurangnya jumlah masyarakat Jepang yang berusia produktif. Dasar dari konsep revolusi industri 5.0 adalah lebih menitikberatkan pada perkembangan teknologi yang berkelanjutan untuk mengurangi permasalahan pada sistem perekonomian di masa depan akibat berkurangnya tenaga kerja usia produktif. Contoh dari berbagai model teknologi yang akan semakin berkembang di era revolusi industri 5.0 ini adalah Internet of Things, Big Data, dan Artificial Intelligence (Heri, Sandika, dkk., 2021).

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan sebuah sistem komputer yang dibuat oleh manusia untuk menyelesaikan berbagai tugas dengan menerapkan prinsip learning, reasoning, dan self-correction (Lubis, 2021). Dengan menerapkan prinsip learning, reasoning, dan self-correction, artificial intelligence akan mempelajari berbagai hal di dunia internet, lalu berusaha menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan kepadanya selayaknya seorang manusia, serta melakukan koreksi secara otomatis jika terdapat kesalahan informasi yang dipelajari sebelumnya. Berbagai solusi praktis yang ditawarkan oleh artificial intelligence seolah-olah memberikan ‘angin segar’ bagi masyarakat dunia karena artificial intelligence dapat bekerja untuk kita semua dan mencapai suatu hasil yang maksimal dalam waktu yang singkat. Namun, ternyata ‘angin segar’ tersebut tidaklah bertahan lama karena mulai muncul berbagai narasi yang mengatakan bahwa di masa depan, artificial intelligence akan semakin berkembang dan menggantikan peran manusia dalam berbagai pekerjaan yang bersifat rutinitas. Narasi ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa banyak pengusaha yang telah mengubah lanskap kerja industri mereka, yang awalnya dikerjakan oleh manusia, kini dikerjakan oleh berbagai mesin artificial intelligence. Contohnya, di bidang entertainment, TV One yang saat ini telah menggunakan 2 robot AI, yaitu Sasya dan Nadira sebagai presenter mereka karena TV One terinspirasi dari beberapa negara, seperti India, Rusia, Cina, Kuwait, dan Korea Selatan yang telah menerapkan metode tersebut. Selain di bidang entertainment, sudah terdapat banyak sekali sektor industri yang menggunakan mesin artificial intelligence untuk mempermudah pekerjaan mereka dan menggantikan peran manusia. Hal inilah yang akhirnya memunculkan berbagai kebingungan dan kepanikan di dalam masyarakat. Di titik ini, akhirnya masyarakat pun bertanya-tanya, sebenarnya artificial intelligence ini adalah sebuah tantangan baru yang harus kita pelajari atau justru sebuah pengganti?

Ibarat pisau bermata dua, artificial intelligence dapat menjadi pengganti peran kita sebagai manusia dalam berbagai pekerjaan dan dapat pula menjadi sebuah tantangan yang harus kita pelajari bersama untuk menjadikannya sebuah kolaborator baru. Jika sebagai manusia, kita hanya bermalas-malasan tanpa berusaha untuk meng-upgrade kemampuan diri dan tidak berusaha untuk memahami penggunaan artificial intelligence, ya tentu saja peran kita akan digantikan oleh artificial intelligence. Namun, jika sebagai manusia, kita terus berusaha meng-upgrade kemampuan kita secara konsisten, maka artificial intelligence tidak akan menggantikan kita, tetapi justru menjadi kolaborator baru yang dapat semakin memudahkan pekerjaan kita. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita untuk menaklukkan tantangan ini dengan cara mempelajari berbagai cara pemanfaatan artificial intelligence di bidang pekerjaan kita masing-masing secara konsisten.

Di sisi lain, meskipun berbagai metode pengembangan artificial intelligence telah semakin maju, seperti machine learning, deep learning, dan lain sebagainya, peran manusia tetap tidak akan dapat digantikan oleh artificial intelligence secara 100%. Mengapa demikian? Sebagai manusia, kita memiliki kreativitas dalam menganalisis dan menyelesaikan sebuah masalah ataupun dalam menyusun sebuah ide baru. Selain itu, kita juga memiliki passion yang tertuang dalam setiap hal yang kita kerjakan, sehingga hal yang kita kerjakan menjadi luar biasa dan bermakna. Kedua hal inilah yang tidak dimiliki oleh artificial intelligence karena artificial intelligence hanya akan mengerjakan hal yang diperintahkan kepadanya dengan cara merangkum berbagai hal di internet tanpa kreativitas untuk menciptakan sesuatu, tanpa analisis permasalahan yang lebih mendalam, dan tanpa memiliki passion. Oleh karena itu, artificial intelligence tidak akan menggantikan peran manusia, tetapi menjadi tantangan bagi manusia untuk memanfaatkannya sebaik mungkin sebagai kolaborator baru.

DAFTAR PUSTAKA

Asrianti, S., & Hapsari, N. E. (2023, 26 April). Presenter Berita Kini Pakai Teknologi AI, Apa Plus Minusnya? | Republika Online. Tekno. Diakses pada 31 Agustus 2023 dari https://tekno.republika.co.id/berita/rtp2oh478/presenter-berita-kini-pakai-teknologi-ai-apa-plus-minusnya

Heri, H., Sandika, F., Apriliani, F., Ramadhan, G., & Adilah, H. (2021). REVOLUSI INDUSTRI 5.0 DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI ADMINISTRASI DESA. NEO POLITEA, 2(1), 35–45. https://doi.org/10.53675/neopolitea.v2i1.291

Lubis, M. S. Y. (2021). IMPLEMENTASI ARTIFICIAL INTELLIGENCE PADA SYSTEM MANUFAKTUR TERPADU.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image