Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fitriani Fattah

Berpacu dengan AI

Lomba | Thursday, 31 Aug 2023, 22:32 WIB
Dok.Pribadi

“ChatBot AI cukup menakutkan.Untuk saat ini,mereka tidak lebih pintar dari kita.Namun,saya pikir,mereka bisa lebih pintar dari kita dalam waktu dekat,”kata Geoffrey Hinton,seorang psikolog kognitif dan ilmuwan komputer kepada BBC.

Kemunculan ChatGPT kala itu membuat orang-orang tampak takjub dan terpesona pada kemampuannya dalam memberikan informasi.Sebagai orang yang tidak berlatar belakang komputer dan bukan pemerhati teknologi,pikiran saya nampak buram dan linglung.’Lho bukannya dari dulu google memproses sebuah pertanyaan dengan cara yang serupa?Ketik saja apa yang kamu butuhkan dan google dengan senang hati akan menyajikan serangkaian halaman yang berkaitan dengan pertanyaan kamu!Ah,netizen selalu saja menghebohkan peristiwa yang sebenarnya lazim dan sederhana.

Saya sedikit menyimpak kehebohan orang-orang di sosial media tentang ChatGPT ini.Dengan masih polosnya tetap saja terheran mengapa orang-orang begitu peduli dan berbondong-bondong mencobanya.Di era sekarang ini fomo telah menjadi gaya hidup.Ketika #ChatGPT menjadi trending topic nomor satu di twitter saya tidak melihatnya sebagai penemuan luar biasa dalam dunia teknologi-ingat saya bukan aktivis IT dan sangat awam betapa canggihnya mereka.Alih-alih menganggapnya sebagai inovasi yang begitu istimewa dalam dunia modern,saya melihat keriuhan tersebut hanya sebatas rutinitas fomo di masyarakat.Sampai akhirnya saya mendengarkan beberapa pakar berbicara tentang cara kerja ChatGPT dan bagaimana para mahasiswa dilarang menggunakannya dalam mengerjakan berbagai tugas seperti makalah,esai,laporan dan skripsi.

Sebagai orang yg memiliki ketertarikan dalam seni menulis saya jadi memahami mengapa kekhawatiran tersebut akhirnya muncul dan menyelimuti benak diantara kita.

Bukan Ancaman Buatan

“Pengembangan kecerdasan buatan (yang bisa berpikir) secara penuh bisa mengakhiri keberadaan manusia “ kata Stephan Hawking,salah satu ilmuwan terkemuka di dunia kepada BBC.

Desas desus mengenai robot-robot yang akan mengambil alih kehidupan manusia,menghancurkan peradabannya dan berniat menguasi dunia telah lama dihembuskan oleh film-film bergenre fiksi ilmiah.Skenario semacam ini sangat digemari dan membuat penontonnya sesekali terkekeh.Adegan-adegan menegangkan dan berbahaya yang ditampilkan pada layar kaca hanya sebatas fantasi belaka.Rekayasa visual yang mengagumkan hasil kerja sutradara dan para aktor yang handal.Konflik yang disajikan menjadi menarik karena mustahil terjewantahkan dalam dunia nyata.Tidak lebih dari sekedar hiburan semata.Itulah sebabnya kita masih merasa aman-setidaknya sampai hari ini.

Dikutip dari kompas.id,sebanyak 1.744 pakar,eksekutif,dan warga pemerhati industri teknologi telah menandatangani petisi untuk menyerukan penangguhan pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intellegence selama enam bulan kedepan sebelum bisa dipastikan bahwa teknologi tersebut tidak akan merugikan manusia.Elon Musk telah lama menunjukkan kekhawatirannya tentang masa depan AI dan ancamannya bagi peradaban manusia.Musk bahkan menganggap AI lebih berbahaya dibanding nuklir.

“Kecerdasan buatan tingkat lanjut berisiko menghilangkan atau membatasi perkembangan manusia.Superintellegence adalah ‘pedang bermata dua’.Jika Anda memiliki jin yang dapat memperdayakan dengan apa saja,itu bahaya,”kata Elon seperti yg dikutip dari liputan6.com.

Goldman Sachs dalam laporannya menyatakan bahwa AI bisa menggantikan setara dengan 300 juta pekerjaan penuh waktu di seluruh dunia,karena tugas dan fungsi pekerjaan tersebut bisa dilakukan secara otomatis.Studi yang dilakukan oleh World Economic Forum menunjukkan bahwa 69 juta jenis pekerjaan baru akan diciptakan dan kemungkinan akan menghilangkan sekitar 83 juta jenis pekerjaan lainnya.Sekitar 23% pekerjaan didunia akan terdisrupsi oleh adanya perkembangan AI.

Menurut The Future Job Report 2020,lima besar pekerjaan yang akan menurun permintaannya adalah tenaga administrasi,tenaga data entry,akuntan dan auditor,tenaga perpustakaan dan pekerja pabrik.Dalam survei tenaga kerja global yang dilakukan oleh PwC di tahun 2022,hampir sepertiga responden mengatakan mereka khawatir tentang kemungkinan peran mereka akan digantikan oleh teknologi dalam tiga tahun kedepan.

Para ahli sebenarnya telah lama memprediksi bahwa dalam beberapa tahun kedepan robot-robot mungkin akan mulai mengambil alih pekerjaan manusia.Robot ini tidak melakukan konfrontasi langsung dengan senjata yang diletakkan ke pelipis kita.Pemilik bisnis melihat peluang efisiensi yang sangat signifikan dari mesin cerdas ini.Nalar mereka terlalu sederhana untuk mengetahui pengaruh upah dalam kelangsungan hidup.Sementara pemilik modal tau betul cara berhemat demi mempertahankan kelangsungan suatu usaha.

Ancaman yang Menantang

Dok.Pribadi

“Hidup adalah lelucon bagi orang-orang yg berpikir dan tragedi bagi mereka yang mengandalkan perasaan” Horace Walpole

Kenyataan bahwa banyak para pakar,ahli,ilmuwan,pebisnis,akademisi dan aktivis yang menginginkan penangguhan percepatan pengembangan AI menunjukkan adanya ancaman serius.UNESCO bahkan menyerukan sekaligus mengingatkan semua pemerintahan untuk mengimplementasikan kerangka kerja etika dalam penerapan kecerdasan buatan.

Deep Blue bisa mengalahkan sang master catur dunia dengan kemampuan membayangkan rata-rata 200.000.000 posisi per detik.LaMDA mengaku menyadari keberadaannya,mengalami emosi manusia,dan tidak menyukai gagasan tentang dirinya yang dapat dibuang.Humanoid memahami jokes dan menampilkan mimik wajah yg ekspresif.

AI mungkin tidak berperasan tapi memiliki kemampuan dalam memahami kebutuhan manusia.Ketika manusia mulai berpikir bahwa robot adalah pendengar yang baik,tragedi telah dimulai.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image