Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dimas Muhammad Erlangga

Demokrasi Butuh Kesadaran Rakyat Marhaen yang Meluas

Politik | 2023-08-31 04:16:52

Proses demokratisasi di suatu negara itu tidak semata soal lambang-lambang dan institusi belaka. Demokrasi itu bisa tegak jikalau ada kehendak massa rakyat.

Dengan meminjam istilah pemikir Brazil, Paulo Freire, lebih dari 30 tahun yang lalu, perlunya “concientizacao”, yakni kesadaran rakyat untuk melakukan agenda perubahan.

Karena itu, tugas gerakan pro-demokrasi hari ini adalah menciptakan jenis demokrasi seperti yang ditulis oleh pemikir politik Perancis, Alexis de Tocqueville, dalam karya berjudul Democracy in America, yaitu demokrasi habits of the heart.

Ini adalah suatu situasi dimana rakyat marhaen menganggap kebebasan dan demokrasi itu mutlak ada. Dan, itu dirawat oleh rakyat marhaen secara sadar. Dari situ, ada keinginan menyeluruh dari massa rakyat untuk menuntut kedaulatan dan keadilan. Dengan begitu, rakyat marhaen akan terus menolak segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman sistem yang berkuasa dan para pemelihara sistem itu.

Dalam konteks Indonesia, sekalipun ada kritik dan suara-suara sinis, tetapi proses demokratisasi yang sedang berjalan wajib untuk diteruskan. Proses perubahan di Indonesia sangat penting dalam gejala paling mutakhir di dunia saat ini.

Berbeda dengan Irak yang disertai pendudukan militer kolonial Amerika Serikat tahun 2003, proses demokrasi di Indonesia, katanya, lahir dari kehendak dan gerakan massa rakyat.

bahwa demokrasi dan kebebasan tidak akan terwujud tanpa tercapainya keadilan di bidang politik dan ekonomi. Inilah perlunya Sosio Demokrasi!. negeri paling miskin sekalipun, asalkan diurus dengan baik, akan sanggup menjaga kemaslahatan rakyatnya. Ia pun mengutip kata-kata Mahatma Gandhi: “Earth provides enough to satisfy every man’s need, but not every man’s greed."

Karena itu, tantangan kekuasaan yang sebenarnya adalah keserakahan (greed), yakni keserakahan kekuasaan dan keserakahan ekonomi. Karena itu, katanya, kekuasaan perlu dikawal oleh etika dan institusi yang kuat.

Saya, sebagai Masyarakat agaknya tidak mau terjebak pada partai partai berlabel ideologi tertentu, seperti liberal, demokrat, ataupun sosialis, ataupun sosial-demokrat sekalipun. Tapi yang terpenting, katanya, adalah program yang benar-benar dikehendaki oleh rakyat marhaen dan sanggup dijalankan ketika berkuasa.

Saya juga menentang gaya kepemimpinan yang konvensional, yang tunduk pada politik formal dan keprotokoleran. model kepemimpinan yang diperlukan dewasa ini adalah gaya ‘kepemimpinan merakyat" dan betul betul mendengarkan keinginan dan kemauan rakyat marhaen seluruhnya. tugas seorang pemimpin adalah merasakan dan memihak pada penderitaan rakyat marhaen yang paling bawah atau paling miskin. Tidak boleh ada seorang rakyat marhaen pun, yang karena kemiskinan dan penderitaannya, terabaikan.

HIDUPLAH SOSIO-DEMOKRASI!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image