Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wildan Pradistya Putra

Kesehatan Mental dan Tumbuh Kembang Anak

Eduaksi | Wednesday, 30 Aug 2023, 13:35 WIB

Setiap anak merupakan anugerah. Meskipun anak dilahirkan dari rahim yang berbeda, di lingkungan yang berbeda, dan dibesarkan dengan cara yang berbeda-beda. Namun, setiap anak seharusnya memiliki hak-hak yang sama, dapat menempuh pendidikan, mendapatkan makanan yang bergizi, dapat hak untuk bermain, dan lain sebagainya. Bahkan, hak-hak anak telah tercantum dalam Undang Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Ilustrasi anak bermain (sumber: shutterstock)

Keluarga merupakan langkah awal seorang anak dalam mengarungi kehidupan. Orang tualah guru pertama yang mengajarkan fondasi dalam pembentukan karakter anak. Peran orang tua begitu penting dalam mendidik anak, meskipun tidak ada sekolah formal untuk menjadi orang tua yang baik. Pola pengasuhan orang tua kepada anak biasanya berpedoman dari pendidikan kakek nenek dari anaknya, pengalaman yang di dapat, dan keinginan orang tua untuk belajar ilmu parenting. Hal inilah yang menyebabkan setiap keluarga menerapkan pola dan aturannya sendiri dalam mendidik anak.

Setiap anak yang tumbuh besar dikeluarga seharusnya memiliki kesehatan mental yang baik. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental adalah kondisi sejahtera seseorang, ketika seseorang menyadari kemampuan dirinya, mampu untuk mengelola stres yang dimiliki serta beradaptasi dengan baik, dapat bekerja secara produktif, dan berkontribusi untuk lingkungannya. Namun, menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga kesehatan mental anak masih perlu digaungkan.

Apabila anak memiliki masalah kesehatan mental, maka dapat berakibat tidak optimalnya tumbuh kembang anak. Selain itu, anak menjadi gampang stress, tidak percaya diri, dan sulit beradaptasi dengan lingkungan. Rasa trauma yang muncul saat perkembangan anak inilah yang dapat memengaruhi masa depan anak. Oleh karena itu, perlu langkah preventif agar kesehatan mental anak tidak terganggu.

Elly Risman, psikolog spesialis pengasuhan anak mengatakan, “karena yang berkembang adalah perasaan, anak usia dini harus jadi anak bahagia bukan jadi anak pintar.” Berdasarkan pernyataan tersebut menyiratkan pesan bahwa orang tua harus mengedepankan aspek emosional anak terlebih dahulu daripada aspek akademisnya. Hal ini artinya, orang tua harus lebih memahami keinginan anak dan mempu menciptakan lingkungan positif bagi anak.

Di samping hal tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak, antara lain membantu anak memecahkan masalah, mendengarkan keluh kesah anak, dan memberikan apresiasi terhadap keberhasilan anak sekecil apapun itu. Menciptakan situasi yang nyaman di lingkungan keluarga merupakn fondasi awal terciptakan kesehatan mental anak. Sebab, anak merasa memiliki tempat yang aman untuk berbagi dan berlindung. Mari mengiringi langkah anak-anak kita dengan menjaga kesehatan mentalnya.

Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image