Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nazwa Yuliana

Bencana di Depan Mata. Berhenti Mengatakan Omong Kosong! AI sebagai Bencana Umat Manusia

Teknologi | Wednesday, 30 Aug 2023, 08:05 WIB

Siapa yang tidak mengenal tentang AI yaitu sebuah teknologi kecerdasan buatan yang saat ini menjadi isu hangat untuk terus dibahas. Berbagai spekulasi dari macam-macam sudut pandang, menjadi topik menarik di setiap pembahasannya. Bermula dari sebuah robot yang bernama Sofia, sempat menggemparkan dunia. Bagaimana bisa sebuah robot diberi kewarganegaraan dan bahkan memiliki kesadarannya sendiri? Dia mampu berkomunikasi baik dengan lawan bicaranya. Bisa melakukan banyak hal layaknya seorang manusia, bentuknya pun mirip seperti manusia.
Sebelum menjadi secanggih sekarang, ada banyak waktu yang diperlukan untuk perkembangan AI itu sendiri. Jika kita bahas mengenai timeline perkembangan AI, bermula pada tahun 1903, dan kata AI pertama kali digunakan, pada saat itu juga antusiasme terhadap AI terus meningkat. Sama seperti teknologi lainnya, AI pun memiliki masa pasang surut. Pada 1974 sampai 1980 para ilmuwan kebingungan karena tidak ada dana untuk penelitian AI, sehingga mengakibatkan anjloknya minat publik terhadap AI. Titik rendahnya pada tahun 1987 sampai 1993, para investor dan pemerintah menghentikan pendanaan untuk penelitian AI karena dianggap hanya menghabiskan biaya sedangkan tidak menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
Pada tahun 2002, untuk pertama kalinya AI masuk ke rumah-rumah dalam bentuk robot penyedot debu otomatis. Mulai saat itu, AI kembali menunjukkan eksistensinya hingga perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook, Netflix mulai mengadopsi AI dalam produk mereka. Menariknya, pada tahun 2017 Facebook pernah mengalami sebuah kasus dimana AI yang mereka gunakan berbicara dan mengembangkan bahasa sendiri di luar kontrol mereka, saat itu penggunaan AI dihentikan sementara.
Berkaca dari kasus Facebook, jika hal ini berulang kembali, bukankah akan menjadi sebuah ancaman bagi manusia? Jika masih belum yakin atas jawabannya, kita lihat kasus lain. Kali ibu di Belgia, dimana seorang pria pecinta lingkungan berkomunikasi dengan AI yang bernama Elisa. Mereka berkomunikasi secara intens melalui chat. Elisa menjawab, memberikan pernyataan dan lain sebagainya dengan sangat baik, hingga pria tersebut menarik kesimpulan bahwa salah satu faktor rusaknya lingkungan adalah karena dunia ini terlalu banyak populasi manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Atas rasa simpati yang tinggi terhadap lingkungan, pria tersebut berusaha untuk mengurangi populasi dengan bunuh diri, padahal ia memiliki keluarga dan anak yang ditinggalkan. Dari sini kita bisa melihat ternyata AI bisa mempengaruhi manusia dan bahkan bukan hal yang tidak mungkin memiliki potensi membinasakan manusia.
Produk terbaru AI adalah ChatGPT dimana dengan menggunakannya kita bisa melakukan berbagai hal dan mempermudah pekerjaan kita, seperti membuat jurnal sampai membuat skripsi. Jika hal ini dibiarkan, diperkirakan seratus tahun ke depan, kecerdasan manusia semakin turun dan membuatnya semakin bodoh, karena AI sudah sangat menyatu dengan kehidupan manusia, dan kita pun dalam sehari-harinya membutuhkan AI. Hingga bukan hal yang tidak mungkin kecerdasan manusia akan kembali seperti kecerdasan manusia purba karena segalanya sudah dipenuhi AI dan kita tidak perlu berpikir.
Jika sudah sampai puncaknya, terjadilah kiamat kemanusiaan, dimana sebuah kondisi pengangguran semakin tinggi, dan dunia akan dikuasai oleh AI. Bahkan Elon Musk saja seorang manusia terkaya di dunia mengatakan bahwa AI mengancam manusia dan lebih berbahaya dari nuklir. Ia menyarankan bahwa penelitian untuk perkembangan dalam waktu sementara harus dihentikan, namun hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Seluruh dunia, sedang mengembangkan teknologinya sendiri termasuk AI, apalagi negara Jepang yang sering sekali membuat sebuah teknologi baru.
Melihat berbagai fakta yang ada, cukuplah menjadi bukti bahwa AI adalah bencana umat manusia karena merupakan ancaman sekaligus tantangan bagi kita semua. Meskipun beberapa orang mengatakan jangan terlalu berlebihan menanggapi perkembangan AI, namun dengan menyaksikan berbagai fakta, apakah kita harus berpura-pura tidak peduli? Mengatakan dan berpikir seperti mereka? Bencana di depan mata, berhenti mengatakan omong kosong.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image