Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Keyna Anandoko

Kelemahan Telemedicine, Sang Teknologi dalam Dunia Kedokteran

Teknologi | Tuesday, 22 Aug 2023, 05:42 WIB

Sehat itu mahal harganya. Terutama pada zaman di mana semua hal bergantung dengan teknologi. Mesin mesin buatan manusia ini memang sangat canggih dan dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Saat ini, sedang ramai diperbincangkan tenaga medis mengenai teknologi dalam dunia kedokteran. Teknlogi ini bernama telemedicine. Telemedicine adalah penggunaan teknologi telekomunikasi agar pasien dapat mengakses layanan kesehatan yang tepat untuk diri mereka sendiri tanpa terbatas oleh jarak dan waktu.

Telemedicine ini membantu pasien agar dapat berkomunikasi dengan dokter secara virtual, seperti menggunakan ponsel, komputer, telepon, video call, dan chat. Melalui fitur tersebut, dokter dan perawat yang merupakan profesional medis akan mendiagnosis dan merawat pasien meskipun lokasinya jauh. Dengan telemedicine, pasien hanya memerlukan ponsel atau gadget yang terhubung koneksi internet untuk mendapatkan perawatan medis.

Awalnya, Pemerintah Indonesia menyediakan layanan telemedicine gratis untuk pasien COVID-19 dengan gejala ringan di seluruh wilayah. Hal ini dilakukan untuk upaya mengurangi lonjakan pasien di rumah sakit karena kasus COVID-19 sempat mencapai rekor tertinggi. Dilansir dalam Healthcare IT News, Menteri Kesehatan Budi Gunandi Sadikin menjelaskan saat konferensi pers, layanan telemedicine gratis ini akan diberikan melalui kemitraan dengan platform kesehatan digital. Pegawai kesehatan profesional akan memberikan layanan telekonsultasi dan pengiriman obat gratis.

Namun, tidak semua hal yang berkembang membawa perubahan positif saja. Terdapat beberapa hal negatif yang dapat ditemukan dalam dinamika kehidupan manusia sehari-hari. Telemedicine juga merupakan salah satunya. Tidak hanya kelebihannya, berikut adalah beberapa kekurangan dari layanan telemedicine.

1. Butuh pengelolaan dan pemeliharaan alat yang rumit.Telemedicine akan menjadi salah satu fitur yang efektif membantu masyarakat, hanya saja butuh pengelolaan yang cukup rumit. Dibutuhkan tenaga ahli yang bisa mengembangkan fitur ini agar bisa digunakan oleh masyarakat. Biaya pengembangan dan pemeliharaan fasilitas telemedicine juga pasti tidak bisa dibilang murah.

2. Tidak ada pemeriksaan yang lengkap.Lewat layanan telemedicine, pasien mungkin bisa melakukan konsultasi. Namun, pasien tentu akan kesulitan untuk menjalani pemeriksaan lengkap. Jika dilakukan pemeriksaan, pasti hanya pemeriksaan mendasar yang dilakukan lewat prosedur tanya jawab. Tidak bisa dilakukan pemeriksaan lebih detail yang bisa mendukung diagnosis.

3. Efektivitas diagnosis ahli medis berkurang. Konsultasi yang dilakukan secara online tentu tidak bisa seefektif konsultasi tatap muka. Dampak negatif telemedicine ini memang tidak bisa dipungkiri dan dapat menyebabkan efektivitas dari diagnosis menjadi berkurang. Dokter bisa saja salah melakukan diagnosis begitu juga pasien mungkin akan kesulitan untuk mengungkapkan seperti apa kondisi kesehatan yang sedang dialami.

4. Catatan medis kurang efektif.Jika melakukan konsultasi dengan fasilitas telemedicine, maka catatan medis bisa menjadi kurang efektif. Konsultasi online semacam ini mungkin tidak akan dicatat atau direkam oleh tenaga kesehatan terkait. Akan sulit bagi pasien untuk menerima rekam medis yang sesuai dengan riwayat kondisi tubuh Anda secara detail.

5. Risiko salah paham antara ahli medis dengan pasien.Dilakukan secara online dan jarak jauh, risiko salah paham antara tenaga kesehatan dan pasien akan menjadi lebih tinggi. Pasien mungkin akan kesulitan memahami penjelasan dari dokter. Dokter juga mungkin sulit untuk menerima informasi yang lengkap dan detail dari pasien yang melakukan telemedicine. Bukan tidak mungkin keduanya akan mengalami salah paham setelah menjalani konsultasi online.

Nah itu dia pemaparan tentang sisi negatif dari teknologi medis bernama telemedicine tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image