AI adalah Senjata Baru yang Mematikan, tapi Juga Menghidupkan
Lomba | 2023-08-20 23:15:32Masih ingat saat pertama kali AI atau ChatGPT hadir di Indonesia? Betul, heboh sekali. Kehebohan tersebut sangat dirasakan oleh para Freelancer.
Intinya, mereka takut kalau saja AI ini membuat mereka tidak dapat lagi merasakan keasyikan bekerja dari rumah hanya dengan kaus polos dan celana kolor—terkadang juga sambil ngemil kacang.
Namun, lihatlah fenomena terbaru akhir-akhir ini. Sebagian besar freelancer telah menjadikan AI sebagai asisten pribadi mereka dengan baik.
Kalau kamu salah satu freelancer yang aku singgung di artikel ini, pasti kamu merasakannya. Seolah-olah, gemparnya berita negatif di media sosial tentang kehadiran AI sekarang hanyalah isapan jempol belaka.
Lihatlah diri kamu sekarang. Mungkin kamu penulis, desainer, data analis, asisten virtual, spesialis media sosial, atau ragam bidang freelance lainnya. Pasti kamu diam-diam sering minta bantuan sama AI atau ChatGPT, kan? Hehe.
Lagi pula, klien kamu sekarang juga enggak terlalu memusingkan proses kerjamu, kan? Mereka, mah, yang penting terima beres dan sesuai ekspektasi. Mau kamu pakai AI atau AZ sekalipun kayaknya mereka enggak peduli, deh. Betul?
Akan tetapi, masih ingatkah kamu dengan ucapan Bapak Kecerdasan Buatan, alias Pak Geoffrey Hinton? Beliau bahkan pernah merasa ''menyesal'' karena sudah menciptakan sistem kecerdasan buatan ini dengan berkata, ''Saat ini, mereka tidak lebih pintar dari kita. Tapi saya pikir mereka mungkin akan segera lebih (lebih pintar),'' kata Hinton dikutip dari BBC.
Eits, jangan khawatir dulu. Barangkali benar apa yang Kak Kunto Aji katakan dalam salah satu lirik lagunya, yakni, ''Yang kau takutkan tak 'kan terjadi ....''
Guna menjawab segala keresahan ini, yuk baca lebih lanjut tulisan ini ke bawah. Sebab mungkin saja selama ini kamu khawatir dengan perkembangan AI yang kian hari kian berinovasi. Kini, kamu akan segera mendapatkan pencerahannya!
Makna Kata Ancaman dan Tantangan
Ancaman menurut KBBI adalah sesuatu yang diancamkan atau perbuatan (hal dan sebagainya) yang mengancam.
Lebih jelas, Ancaman adalah sesuatu negatif yang merujuk pada situasi dan kondisi yang bikin kita merasa terganggu, merasakan bahaya, dan membuat kita khawatir. Itulah Ancaman.
Berbeda dengan Tantangan. Makna dari Tantangan bukan sesuatu yang datang dari hal yang negatif, sebab Tantangan sifatnya netral. Sebab dalam sebagian besar kasus, Tantangan adalah sesuatu yang bisa membuat manusia berkembang atau bertumbuh.
Kalau disederhanakan; Ancaman itu ada untuk dicegah dan dikurangi. Tantangan itu ada untuk ditaklukkan atau dihadapi. Merasakan bedanya?
Dalam kehidupan sehari-hari, Ancaman itu contohnya adalah bencana alam seperti banjir yang diakibatkan oleh maraknya pembuangan sampah secara liar. Dengan demikian, seringlah muncul spanduk dengan kalimat seperti, ''Jangan buang sembarangan, atau banjir akan melanda tempat ini!'' Nah, itulah konotasi Ancaman.
Lain halnya dengan Tantangan. ''Hari ini, kita ditantang oleh pemerintah desa untuk membuat iklan masyarakat dengan konsep yang unik dan kreatif. Siapa yang paling bagus, maka dialah pemenang dari Tantangan itu!'' Semakin terasa perbedaannya, kan?
Selanjutnya, kamu akan aku ajak berpetualang di dalam pikiran untuk saling merenung tentang, ''Sebenarnya AI itu Ancaman atau Tantangan, sih?''
Jawabannya ... tergantung. Hehe. Teruslah membaca agar kamu mendapatkan jawabannya!
3 Alasan Mengapa AI Bisa Menjadi Ancaman
Betul, AI sangat mungkin berevolusi menjadi sebuah Ancaman untuk kita semua, khususnya kamu yang berkarir sebagai seorang pekerja lepas atau freelancer.
Apa saja 3 kemungkinan yang mengancam dari AI tersebut?
- 1. Mengikis Kreativitas
Kita langsung mulai ke Ancaman yang paling berbahaya dari AI, yakni mengikis atau bahkan sampai mematikan kreativitas!
Sebagai manusia, kita dianugerahi oleh yang Maha Esa dengan otak yang super kreatif. Namun, kedatangan AI ini bisa menjadi Ancaman untuk kita apabila terus merasa ketergantungan dengan AI.
Ada masalah pekerjaan sedikit, langsung AI. Sulit merangkai kalimat untuk menulis artikel, langsung lari ke AI. Bingung mencari konsep desain, langsung tanya ke AI. Begitu juga dengan bidang pekerjaan lainnya.
Bahkan, model Ancaman ini sudah terekam jelas di televisi kita sejak kecil? Tahukah kamu apa itu?
Ya, Nobita dengan Doraemon. Nobita bukanlah anak bodoh, tetapi terkesan seperti ''bodoh'' atau lebih tepatnya menjadi pemalas karena terlalu bergantung pada Doraemon yang memiliki segudang solusi di kantung ajaibnya tersebut.
Nah, anggap saja AI adalah Doraemon dan Nobita adalah kita yang ketergantungan dengan AI. Kira-kira, apa yang akan terjadi?
Betul, apabila Doraemon atau AI ini hilang, kreativitasan kita akan tereduksi atau lebih parahnya tereset ke angka 0. Bukankah itu adalah Ancaman yang mengerikan?
- 2. Mengurangi Lapangan Pekerjaan
Mungkin kamu sudah paham tentang Ancaman yang satu ini. Lapangan pekerjaan yang berkurang karena adanya AI bukan hanya mitos belaka, melainkan benar-benar bisa terjadi.
Terlebih jika owner bisnis bisa dengan baik memanfaatkan kehadiran AI, bisa-bisa mereka akan mengurangi jumlah karyawan mereka karena AI dinilai cukup baik mengotomatisasi pekerjaan yang berbasis digital.
- 3. Penyebaran Hoax atau Informasi Palsu
Wah, berkali-kali saya mendapatkan jawaban yang tidak sesuai data dari ChatGPT atau AI ini. Selain data AI memang belum lengkap, pengetahuan AI juga hanya sampai tahun 2021 saja.
Dengan demikian, menjadi tidak heran jika bisa saja seseorang memberikan data palsu atau bahkan bisa condong kepada hoax jika terus-terusan bergantung pada AI.
Jadi, berhati-hatilah dalam menggunakan AI. Jangan mudah termakan dengan informasi yang diberikan. Nyatanya, Google masih lebih bijak dalam memberikan informasi ketimbang AI. Ya ... walaupun kadang Google juga masih banyak menyisipkan berita palsu, sih.
3 Alasan Mengapa AI Bisa Menjadi Tantangan
Hampir semua orang menyukai Tantangan. Dengan merasa tertantang, seseorang akan meningkat adrenalinnya untuk berani bergerak maju.
Nah, selain memberikan berbagai bentuk Ancaman, AI seolah juga bermain adil dengan kita, yakni memberikan sejumlah Tantangan yang akan membuat kita mau tidak mau, harus bisa beradaptasi.
Seperti kata Charles Darwin, ''Bukanlah spesies yang paling kuat atau paling cerdas yang mampu bertahan hidup, tapi mereka yang mampu beradaptasi terhadap perubahan.''
Ingat, perubahan adalah kepastian dan adaptasi adalah kunci. So, untuk mendapatkan kepastian, kita harus menjalankan adaptasi.
Berikut ini adalah 3 Tantangan yang AI hadirkan supaya kita bisa mendapatkan kekuatan tambahan dengan cara beradaptasi!
- 1. Kecerdasan AI Membuat Kita Semakin Giat Belajar
Kamu mungkin merasakan kalau akhir-akhir ini, kamu semakin giat menuntut ilmu atau belajar sesuatu yang seiras dengan skill pilihan kamu. Iya?
Salah satu alasannya mungkin saja datang dari adanya AI ini, karena itulah yang aku rasakan.
Rasanya, AI ini adalah saingan di dalam kelas untuk memperebutkan rangking 1 di mata guru. Kalau kita enggak giat belajar, kita akan kalah.
Begitu pula dengan AI. Kehadirannya seakan mendorong kita untuk terus upgrade skill agar klien enggak serta merta menggunakan AI untuk kebutuhan bisnis mereka. Seraya mengedukasi mereka kalau AI itu datanya sering enggak valid biar mereka tetap memilih kita.
Setuju?
- 2. Semakin Lihai Memilah Informasi
Seperti yang aku sampaikan sebelumnya bahwa AI masih sering memberikan informasi yang kurang valid. Hal tersebut secara enggak langsung bakal mendorong kita untuk lebih teliti dalam mengonsumsi informasi, bukan?
Mengingat, masih ada sebagian besar masyarakat Indonesia yang dengan mudahnya menerima informasi dari satu sumber tanpa mengecek keabsahannya.
Nah, dengan mengetahui kelemahan AI yang satu ini, proses riset kita akan semakin tajam. Khususnya untuk freelancer, proses riset tentu sangatlah krusial agar klien puas dengan hasil kerja kita.
- 3. Memberi Semangat Lebih Kepada Para Tenaga Pendidik
Kehadiran AI seharusnya menjadi Tantangan yang segar untuk para tenaga pendidik. Entah itu mentor, guru, atau dosen.
Eksistensi AI ini seharusnya dapat bermanfaat untuk para tenaga pendidik agar semakin baik dalam memberikan pelajaran pada muridnya. Pasalnya, AI ini sangat mengancam kreativitas individu. Dengan demikian, tenaga pendidik sudah semestinya kembali menanamkan atau menumbuhkan potensi yang ada di setiap diri murid.
Tujuannya tentu saja agar AI tidak dengan mudah menyingkirkan potensi para pelajar. Dengan begitu, AI dapat menjadi sebuah Tantangan yang bermanfaat agar para pelajar dapat mengasah bakat dan keterampilan mereka sebaik mungkin.
Selanjutnya, setelah mengetahui masing-masing alasan mengapa AI dapat menjadi Ancaman dan juga Tantangan, kamu perlu tahu satu hal ini.
Ya, cara mengantisipasi perkembangan AI yang barangkali akan menghadirkan jenis kekhawatiran baru di pikiranmu. Ya ... anggap saja seperti mitigasi bencana.
Gerakan Antisipasi untuk Para Freelancer Terhadap AI
Terdapat 5 hal yang bisa kamu kembangkan agar kamu dapat terus beradaptasi dengan adanya AI di masa depan. Bahkan, 5 cara berikut ini akan membuatmu tidak tergantikan sebagai seorang freelancer. Semoga saja, 5 cara ini juga membuat kamu yakin kalau para klien akan tetap memilihmu!
- 1. Asah Empati
Serius, AI tidak akan pernah punya empati. Sebab empati hanya ada pada mereka yang memiliki hati. Pertanyaannya, apakah AI punya hati? Hehe, tentu kamu tahu jawabannya.
Asahlah empati sebaik mungkin, sebab itulah yang manusia butuhkan.
- 2. Pertajam Kemampuan Problem Solving
Setelah mengasah dan mempertajam empatimu, hadirkan solusinya. Nah, solusi pasti akan hadir seiring meningkatnya kemampuan problem solving kamu.
Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri, ''Apa ya yang orang-orang butuhkan saat ini?'' atau, ''Apa ya yang klienku inginkan agar bisnisnya berkembang?''
Pertanyaan seperti itu akan merangsang otak untuk semakin kreatif dalam memunculkan solusi. Seiring pertanyaan itu hadir, maka jawabannya secara natural akan muncul dengan bentuk yang relevan dengan skill atau kemampuan kamu.
- 3. Miliki Kemampuan Menciptakan Konsep
AI tidak memiliki konsep. Hal itu dapat kamu temukan ketika sedang mencari jawaban di ChatGPT. Ya, mereka asal memberikan jawaban yang kamu perlukan tanpa konsep.
Seperti apa contoh konsep itu? Ya ... kurang lebih seperti artikel ini, hehe. Aku menulis artikel ini dengan konsep, yakni menggunakan poin per poin agar kamu dapat lebih mudah dalam memahaminya.
Contoh lain lagi adalah, AI tidak memiliki konsep funneling, yakni pendekatan dari yang awalnya enggak tahu, jadi tahu, jadi suka, dan jadi merekomendasikannya kepada orang lain.
Intinya, AI seperti ChatGPT tidak mampu menciptakan konsep atau alur informasi yang enak dibaca seperti tulisan manusia. Sebab, lagi-lagi, AI tidak memiliki emosi.
- 4. Memperluas Konteks Pemikiran
AI memang gudangnya informasi, semua yang ingin kamu ketahui dapat terjawab dengan penuh inti. Namun, percaya atau tidak, AI tidak bisa merancang konteks. Apa maksud konteks di sini?
Seandainya ada anak SD yang bertanya pada ChatGPT, apa itu freelance? Nah, pasti jawabannya bersifat universal. AI tidak memiliki konteks tentang siapa, apa, di mana, dan berbagai macam bentuk latar belakang si penanya.
Oleh karena itu, seringkali jawaban AI membuat kita bingung. Selain karena jawabannya jarang memberi konteks yang spesifik, bahasanya pun terkadang menggunakan bahasa asing yang sulit dimengerti.
- 5. Perluas Gaya Komunikasi
AI mana bisa menggunakan kata-kata gaul, sih? Padahal, kebanyakan pengguna AI adalah anak muda seperti Gen Z, kan?
Gaya komunikasi, gaya bahasa, atau writing style dari AI sangatlah kaku. Kamu sulit menemukan gaya bahasa yang santai dan gaul di dalam ChatGPT. Padahal, gaya bahasa ini sangatlah diperlukan agar si pembaca mudah memahami jawaban dari pertanyaan mereka.
Dengan demikian, kamu bisa mencoba untuk terus memahami atau meluaskan pengetahuan gaya komunikasi kamu agar kamu tak tergantikan oleh adanya AI.
Jawaban dari Pertanyaanmu
Akhirnya, kita sampai juga pada sebuah jawaban yang akan mencerahkan pikiran kita bersama. Semoga, kamu enggak capek karena sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel panjang ini, ya!
Jadi, AI itu Ancaman atau Tantangan?
Jawabannya ... lagi-lagi adalah tergantung.
Maaf kalau terkesan menyebalkan. Pada intinya, AI memang seperti pisau, bisa bermanfaat dan bisa merugikan.
Hampir semua hal yang ada di dunia ini bergantung pada perspektif dan cara pendekatan kita. Termasuk dengan AI ini.
AI sangat bergantung pada bagaimana manusia mengendalikan, mengatur, memanfaatkan, menggunakan, atau merancangnya. Semakin bijak seseorang dalam menggunakan AI, maka AI tidak akan menjadi sebuah Ancaman yang berarti.
Sungguh, dunia ini akan selalu punya dua sisi, yakni baik dan buruk. Jawaban tentang apakah AI adalah Ancaman atau Tantangan adalah bergantung pada siapa yang menggunakannya.
Jika baik, maka baik hasilnya. Jika buruk, maka buruk dampaknya.
Tentu saja, jawabannya ada pada diri kita. Ingin menggunakannya sebagai Tantangan yang membuat kita bertumbuh, atau menggunakannya sebagai Ancaman untuk umat manusia?
AI itu Ancaman atau Tantangan? Jawabannya adalah manusia itu sendiri.
#hutrol28 #lombanulisretizen #republikawritingcompetition
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.