Meretas Eksistensi Sosial dan Ekonomi dari Penggantian Pekerjaan oleh AI (Artificial Intelligence)
Teknologi | 2023-08-16 14:42:28
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir, menghadirkan janji-janji besar dalam banyak bidang kehidupan manusia. Namun, di balik janji tersebut, ada tantangan yang serius yang muncul, terutama dalam bentuk penggantian pekerjaan manusia oleh sistem AI. Penggantian pekerjaan manusia oleh AI merupakan salah satu hal yang paling memikat perhatian. Kehadiran teknologi ini telah meresap ke dalam hampir setiap aspek aktivitas manusia, dari lini produksi hingga pelayanan pelanggan, menciptakan risiko signifikan terhadap kerugian pekerjaan manusia. Ketika pekerjaan-pekerjaan rutin dan berulang yang dulunya menjadi tulang punggung ekonomi diotomatisasi, pertanyaan tak terelakkan muncul: Apa yang akan terjadi pada jutaan pekerja yang tergantung pada pekerjaan semacam ini?
Fenomena tersebut memicu diskusi luas tentang bagaimana AI dapat meretas eksistensi sosial dan ekonomi, mengancam pekerjaan manusia dan memperdalam kesenjangan sosial serta ekonomi. Dalam esai ini, akan mengeksplorasi dampak-dampak ini melalui perspektif para pakar dan literatur yang relevan.
Pakar AI seperti Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee dalam bukunya "The Second Machine Age" telah mengidentifikasi bahwa AI memiliki potensi untuk menggantikan pekerjaan rutin dan berulang. Mereka menggarisbawahi bahwa meskipun AI membawa efisiensi dan inovasi, dampaknya pada pekerjaan manusia mungkin tidak merata. Sejumlah pekerjaan yang dapat diotomatisasi, seperti pekerjaan manufaktur dan administrasi, berisiko hilang. Hal ini dapat mengarah pada pengangguran massal dan disrupsi ekonomi.
Julia Kirby dalam artikelnya yang berjudul "The Myth of Technological Unemployment" mengingatkan bahwa ketakutan akan pengangguran massal mungkin terlalu dini, tetapi ia menyoroti dampak psikologis dari perubahan dalam dunia kerja. Pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka akibat AI mungkin menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan baru yang sesuai, mengarah pada ketidaksetaraan ekonomi yang lebih dalam. Selain itu, pekerjaan bukan hanya tentang penghasilan, tetapi juga identitas dan hubungan sosial. Hilangnya pekerjaan dapat memengaruhi rasa harga diri dan kesejahteraan psikologis individu. Hal ini selaras dengan pendapat Kathleen Richardson dalam bukunya "An Anthropology of Robots and AI," mendorong perlunya pemikiran kritis tentang bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara etis dan berkelanjutan. Diperlukan pendekatan yang holistik untuk mengatasi dampak penggantian pekerjaan oleh AI, termasuk pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk mempersiapkan pekerja untuk pekerjaan yang lebih kompleks dan kreatif yang lebih sulit diotomatisasi.
Penggantian pekerjaan oleh AI memang menjadi ancaman yang signifikan terhadap eksistensi sosial dan ekonomi. Namun, melalui pemahaman yang mendalam tentang dampak ini dan pendekatan yang tepat, kita dapat meretas jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Penting bagi masyarakat, pemerintah, dan industri untuk bekerja sama dalam mengelola transisi ini agar manfaat AI dapat diwujudkan tanpa merusak keseimbangan sosial dan ekonomi.
Pemahaman yang mendalam tentang dampak-dampak sosial dan ekonomi dari pergeseran ini adalah langkah awal yang krusial. Dengan mengambil pelajaran dari pandangan para pakar seperti Erik Brynjolfsson, Andrew McAfee, Julia Kirby, dan Kathleen Richardson, kita dapat memahami bahwa respon terhadap tantangan ini haruslah holistik. Tidak hanya seputar menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga tentang mengubah paradigma pendidikan, pelatihan, dan kebijakan sosial untuk mengakomodasi perubahan ini.
Kita berdiri di persimpangan jalan yang menentukan bagaimana kita akan mengelola transformasi ini. Penting bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat sipil, pemerintah, dan sektor industri, untuk bersatu demi menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat memastikan bahwa AI memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan keberlanjutan sosial dan ekonomi.
Ketika kita bergerak maju, membangun dasar yang kuat untuk mengatasi tantangan yang ada dan menjadikan Kecerdasan Buatan sebagai alat yang memajukan kualitas hidup manusia secara kolektif. Dengan pengembangan teknologi yang bijak, pemikiran etis yang matang, dan kerja sama yang kokoh, kita dapat meretas jalan menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi seluruh umat manusia.
#hutrol28, #lombanulisretizen, #republikawritingcompetition
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
