Panduan Membuat Karya tulis Ilmiah dengan Bantuan AI
Pendidikan dan Literasi | 2025-12-19 09:58:07Daripada cuman asal copas dan hasilnya belum tentu benar, lebih baik belajar bagaimana cara menggunakan “bantuan” AI dalam pengerjaan sebuah karya tulis ilmiah. Membuat KTI yang efisien di era sekarang bukan soal copas buta dari AI. Kuncinya adalah kolaborasi: posisikan AI sebagai rekan diskusi untuk mempercepat teknis penulisan, sementara kamu tetap jadi "nahkoda" yang memegang kendali atas fakta, logika, dan etika ilmiah.
1. Judul: first impression pembaca
Walaupun ada pepatah “don’t judge a book by its cover”, tidak bisa dipungkiri, hal yang pertama kali dibaca adalah judul. Judul artikel ilmiah yang baik harus akurat, spesifik, informatif, dan tidak boleh ambigu. Jangan bikin judul yang membosankan. Dalam tahap ini, kecerdasan buatan (AI) dapat dimanfaatkan untuk proses brainstorming. AI dapat diminta memberikan beberapa opsi judul yang menggunakan kata kerja aktif dan menggambarkan isu utama tulisan secara tepat.. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan penulis untuk memastikan judul tersebut sesuai dengan variabel penelitian yang akan diteliti
2. Pendahuluan: mencari kesenjangan penelitian
Bab pendahuluan itu pondasi. Kalau rapuh, bab selanjutnya bakal roboh. Fakta dan data yang akurat sangat diperlukan sebagai titik tolak penulisan. Gunakan AI untuk mencari isu yang sedang tren atau “gap” penelitian yang belum banyak dibahas. Misalnya, tanya ke AI: “Apa aspek yang jarang diteliti dari topik X?”. Tapi hati-hati, jangan percaya buta. Penggunaan kutipan dari berita media massa atau pendapat ahli mewajibkan adanya catatan kaki (footnote). Oleh karena itu, penulis harus berperan sebagai verifikator untuk memastikan validitas berita dan eksistensi ahli yang dikutip, guna menghindari "halusinasi" data dari AI.
3. Tinjauan Pustaka: teori, kutipan, dan jurnal
Bab 2 atau Tinjauan Pustaka itu bukan sekadar kliping kutipan, melainkan pemaparan teori ilmiah yang relevan dengan pokok masalah. Di sini, penulis wajib memberi penjelasan dan komentar penghubung antar teori, bukan cuma "menempel" teks orang lain. Gunakan AI untuk meringkas jurnal panjang agar bisa cepat memilah mana literatur yang paling kuat dan valid. Namun, tetaplah jadi kritikus: cek apakah metode referensi itu tepat atau mengandung bias , karena penulislah yang harus menyimpulkan kaitan teori tersebut dengan masalah yang sedang dibahas.
4. Pembahasan: Analisis Adalah Tugas Manusia
Bagian paling krusial ada di Bab 3 Pada tahap ini, penulis harus mengidentifikasi dan mendeskripsikan kasus nyata di lapangan. Di sinilah peran AI menjadi terbatas karena teknologi tersebut tidak memiliki kemampuan untuk terjun langsung melakukan observasi lapangan. Jadi, biarkan data lapangan itu murni hasil kerja penulis , lalu gunakan AI hanya sebagai teman diskusi untuk mempertajam analisis, misalnya dengan bantuan kerangka SWOT atau teori lain yang relevan.
5. Penutup: Ringkas dan Menjawab Tujuan Terakhir
saat membuat simpulan, hindari pengulangan kalimat yang sama persis dari bagian pembahasan. Simpulan harus ringkas, padat, dan jelas menjawab pertanyaan penelitian. Dalam hal ini, AI dapat dimanfaatkan untuk membantu memparafrase temuan agar bahasa yang digunakan lebih segar dan efektif tanpa mengubah substansi. Jangan lupa tambahkan saran untuk jangka pendek, menengah, atau panjang yang berguna bagi perkembangan IPTEK.
Jadi, menulis KTI dengan bantuan AI itu sah-sah saja, asalkan tahu batasannya. Teknologi berperan mempercepat proses kognitif dan merapikan struktur tulisan, namun validitas bukti dan orisinalitas pemikiran tetap menjadi tanggung jawab penuh penulis. KTI yang berkualitas dinilai dari kekuatan bukti dan analisisnya, bukan dari seberapa cepat selesainya.
Gimana? Masih mau jadi mahasiswa yang cuma jadi operator copy-paste? Yuk, mulai sekarang ubah cara mainmu. Jadikan AI asisten cerdasmu, bukan joki tugasmu. Siap bikin KTI keren tanpa drama begadang?
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, D. R. E., Cotton, P. A., & Shipway, J. R. (2024). Chatting and cheating: Ensuring academic integrity in the era of ChatGPT. Innovations in Education and Teaching International, 61(2), 228–239. https://doi.org/10.1080/14703297.2023.2190148
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
