Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Kabahagian Semu ala Berbie

Gaya Hidup | 2023-08-16 00:13:29

Dunia perfilman dihebohkan dengan hadirnya film Barbie yang mendunia hingga masuk ke negeri muslim besar ini. Masyarakat pun menyambut antusias. Termasuk para artis dengan challlenge make over like Barbie yang diikuti para fans dan netizen.

Dalam film tersebut Barbie merupakan sosok yang begitu sempurna dengan segala kesenangan yang diimpikan banyak orang. Mulai dari penampilan fisik yang mengagumkan hingga kehidupan yang full kasih sayang dan kenyamanan. Kehidupannya penuh dengan fasilitas mewah, memiliki pasangan idaman setiap wanita, yakni ganteng, kaya, baik hati pula. Mereka hidup di Barbie land yang serba wah dan mengundang pesona.

Jika kaum wanita digempur tontonan yang membawa pesan semacam itu, mereka bisa hidup dalam halusinasi dan kesenangan semu. Sementara dalam dunia nyata rakyat dikepung berbagai permasalahan. LPG mulai langka, sejumlah tagihan naik, kebutuhan berkejarat menuntut untuk dipenuhi.

Andai hal ini dikatakan sekadar hiburan, maka tak layak seorang muslim memilih hiburan yang tidak sejalan dengan tujuan penciptaannya. Manusia hidup di dunia dalam rangka untuk beribadah, untuk menikmati kehidupan dunia yang berdimensi akhirat. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Adz-Dzariat 56.

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Setiap manusia pasti akan mencari kebahagiaan. Karena kebahagiaan memang menjadi dambaan semua insan di dunia ini. Dalam Islam, seorang muslimah berhak menikmati kebahagiaan dunia dalam bingkai syariat. Syariat Islam memang di-design oleh Sang Pencipta manusia untuk membawa kemashlahatan bagi mereka. Di mana ada syariat, di sana pasti ada manfaat dan mashalahat.

Sebaliknya, ketika syariat Islam tidak ditegakkan maka pasti akan membawa kesengsaraan dan kerusakan. Andai tanpa syariat manusia tetap bisa bahagia, maka sejatinya semua itu adalah kebahagiaan semu.

Wanita Mulia dan Bahagia dengan Islam

Dalam Islam, wanita merupakan pendamping dari makhluk Allah yang bernama laki-laki. Mereka harus memperoleh perlindungan dan kesejahteraan, tidak malah diperas potensi besarnya untuk mesin kapitalisme.

Para wanita mendapatkan jaminan finansial tanpa dibebani kewajiban mencari nafkah. Amanah yang diemban sangat pas dengan kondisi biologis dan fitrahnya. Sebab yang menciptakan aturan adalah Dzat yang paling tahu dan begitu memahami karakter wanita, yaitu Allah Swt.

Sungguh seorang wanita akan mendapatkan kebahagiaan dengan cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Bukan dengan jalan sebagaimana yang ditempuh oleh orang-orang kafir. Barat selalu memaksakan gaya hidup mereka ke tengah-tengah kehidupan muslimah. Wanita berupaya dirusak, karena mereka paham betul bagaimana cara mengobrak-abrik kehidupan kaum muslimin, yaitu dengan cara merusak wanitanya.

Benarlah sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa "Wanita adalah tiang negara, jika dia baik maka baiklah negara, jika dia rusak maka akan rusak pula negara".

Dalam Islam, peran seorang wanita, dalam hal ini seorang ibu sangat penting untuk membentuk generasi terbaik. Kiprah dan amanahnya sudah disesuaikan dengan kodratnya. Pucuk dicinta ulam tiba.

Karakter lembut, keibuan, naluri kasih sayang mengiringi kewajibannya sabagai seorang ibu untuk mengasuh dan mendidik anak. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan wahai wanita?

Sungguh tidak layak bila wanita mencari kebahagiaan di luar Islam. Gambaran kehidupan seorang Barbie tidak pantas menjadi panutan dalam menggapai kebahagiaan. Saatnya mengganti standar kebahagiaan berupa limpahan materi dengan standar kebahagiaan menurut Islam, yakni mendapatkan rida Allah Swt. Wallahu’alam bish-shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image