Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sarah Qodriyani

Modus Penipuan, Robot Trading, dan AI Trading

Teknologi | Thursday, 10 Aug 2023, 21:55 WIB

Sejak tahun 2022 lalu, penipuan berkedok robot trading menjadi marak di Indonesia. Total jumlah korban mencapai lebih dari 34 ribu orang, dengan total kerugian korban mencapai lebih dari 12 triliun rupiah! Maraknya penipuan ini mengundang pertanyaan, apa itu sebenarnya robot trading, dan bagaimana penipuan semacam ini terjadi?

Sumber gambar: kenshinstock di Freepik (lisensi gratis)

Tidak pernah ada robot, tidak pernah ada trading.

Robot trading, algo trading, atau expert advisor (EA), merupakan sebuah program yang dirancang untuk melakukan trading secara otomatis. Proses trading ini mengikuti algoritma yang telah ditentukan oleh si pembuat robot, disebut juga dengan programmer atau developer. Robot trading biasanya digunakan untuk jual-beli saham, forex, maupun crypto.

Dalam banyak kasus penipuan berkedok robot trading, konsep ini hanya ilusi. Tidak pernah ada robot, tidak pernah ada trading. Penipu yang memperkenalkan investasi bodong ini ke masyarakat, biasanya bekerja sama dengan penipu lainnya yaitu pihak developer aplikasi palsu. Aplikasi ini menampilkan grafik palsu, untuk menciptakan kesan trading yang menguntungkan.

Para penipu yang biasanya memiliki title sebagai “affiliator” atau “coach”, memperlihatkan keuntungan palsu dari saham yang sebenarnya tidak pernah dibeli maupun dijual. Uang yang diterima penipu dari para korban langsung digunakan untuk kepentingan pribadi, atau diputar kembali menggunakan skema Ponzi. Skema ini merupakan penipuan investasi, di mana investor mendapatkan uang bukan dari keuntungan produk investasi nyata, melainkan dari deposit uang investor lain yang baru bergabung.

Tentang robot trading yang sebenarnya.

Apakah robot trading yang asli sebenarnya ada? Ada. Robot trading bisa berupa layanan yang ditawarkan oleh perusahaan yang menciptakannya, atau bisa juga dibuat oleh programmer perseorangan untuk penggunaan pribadi. Algoritma robot trading disusun berdasarkan strategi yang ditentukan oleh si pembuat robot, berdasarkan banyak faktor seperti indikator teknis, data fundamental, market trend, dan pola harga. Kemudian, robot trading akan disambungkan ke akun di platform trading. Saat berhadapan dengan market, robot akan menjalankan algoritmanya untuk menganalisis dan menjalankan peluang trading seperti buy atau sell suatu produk.

Setiap investasi tentu selalu memiliki risiko, termasuk robot trading. Meski bisa bekerja lebih cepat dan lebih efisien dari manusia, robot trading tetap memiliki kelemahan seperti kesulitan beradaptasi dengan kondisi market, serta kemampuan yang terbatas untuk memahami pola dan tren market yang kompleks.

AI trading, sistem yang lebih canggih.

Berbeda dengan robot trading yang sangat bergantung dengan algoritmanya, AI trading bisa bekerja dengan lebih canggih dan “mandiri”. Sistem AI trading merupakan solusi automated trading yang menggunakan artificial intelligence dan machine learning . AI trading tidak hanya menjalankan algoritma berdasarkan program yang sudah dirancang, namun juga bisa mempelajari data masa lalu, beradaptasi dengan informasi baru, menyesuaikan kondisi market yang berubah-ubah, serta mengenali pola kompleks yang bahkan sulit diidentifikasi oleh robot trading maupun manusia.

Selain itu, kemampuan untuk mempelajari data di masa lalu memungkinkan AI untuk terus memperbaiki prediksi dan strategi trading-nya. AI trading juga membantu mengurangi human error, serta mencegah keputusan trading yang dipengaruhi emosi manusia, seperti sell dengan gegabah karena rasa takut kehilangan, atau buy dengan impulsif karena rasa tamak. Hal ini memungkinkan manusia untuk bisa melakukan trading secara objektif dan berbasis data.

AI dalam industri trading, tantangan atau ancaman?

Dengan perkembangan teknologi AI yang begitu kompleks dan berubah cepat, pengaturan regulasi trading menjadi “PR” baru. Keberadaan AI juga bisa membuat ketergantungan, hingga lupa untuk tetap mengembangkan keahlian profesional di industri trading. Pada lingkup yang lebih besar, terdapat kemungkinan bahwa AI bisa menyebabkan dunia mengalami flash crash. Kondisi ini adalah jatuhnya harga produk secara signifikan dan cepat, yang berpotensi mengakibatkan kerugian besar bagi investor. Hal ini memungkinkan untuk terjadi karena AI memiliki kemampuan trading dengan jumlah besar, dalam waktu singkat.

Penggunaan AI dalam industri trading bukan merupakan ancaman, melainkan tantangan. Bersama-sama, tantangan AI akan terjawab melalui peningkatan skill trading dengan pelatihan, kolaborasi antar stakeholders untuk menetapkan regulasi yang sesuai perkembangan teknologi, dukungan untuk penelitian terkait AI trading, serta peningkatan pengetahuan publik mengenai AI trading.

Selain itu, terkait AI trading yang berpotensi dijadikan "topeng" oleh para penipu, sebagaimana robot trading, tantangan ini perlu dijawab dengan pengadaan sosialisasi. Tujuannya, agar masyarakat hanya berinvestasi pada instrumen yang benar-benar sudah dipahami, dan regulasinya sudah jelas di Indonesia. Setuju?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image