Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulinda az Zahra

Meski Sulit, Pegang Teguhlah Hidayah!

Agama | Wednesday, 29 Dec 2021, 13:23 WIB
Nikmat hidayah Islam

Syukur alhamdulillah, mungkin inilah kalimat yang pantas diucapkan oleh kaum muslimin yang masih memegang teguh agamanya. Nikmat yang luar biasa dan tak ternilai harganya. Itulah nikmat iman dan nikmat Islam.

Tidak mudah mendapatkan hidayah dan tetap istiqomah dalam menjalankan Islam. Apalagi di dalam kehidupan yang penuh drama dan sensasi duniawi. Sebagian orang memang mendapatkan keimanan memeluk Islam sejak lahir, sebagian lagi mendapatkannya melaui hidayah Allah, namun sebagian yang lainnya memeluk Islam karena ada tujuan tertentu

Meski begitu, tidak ada jaminan yang dapat memastikan seseorang tetap dalam keimanan ini. Ada saja fase-fase membosankan dan ingin menjauh dari pengamalan kewajiban-kewajiban di dalam Islam. Bahkan sempat terpikir untuk keluar dari Islam dan mencari agama yang lain.

Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar, mengapa sampai terbersit pemikiran seperti itu? Adakah yang salah dalam diri atau agama Islam ini?

Sering dijumpai pada kebanyakan orang, jika ia ditanya tentang kualitas agamanya atau bagaimana pelaksanaan kewajibannya, akan menjawab “biarlah aku saja yang tahu”, atau paling tidak dijawab dengan “biarlah Allah saja yang tahu isi hatiku”. Tetapi ada yang paling tidak menyenangkan yaitu jawaban yang menyuruh si penanya untuk mengurus dirinya sendiri dan tak perlu ikut campur urusan agama orang.

Sebenarnya tidak ada masalah dari jawaban-jawaban yang keluar dari lisan mereka. Adakalanya memang tidak ingin memberi tahu kepada orang lain, takut dibilang riya’, atau alasan yang lain. Hal ini sah-sah saja dilakukan apabila memang niatannya adalah merahasiakan amaliyahnya, ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah swt. Namun jika jawabannya untuk diam tidak mengurusi agama saudaranya, ini yang tidak dibenarkan.

''Barang siapa bangun di pagi hari, tapi tidak memikirkan nasib kaum Muslimin, maka dia bukan termasuk golonganku'' (HR. Ahmad). Seruan Rasulullah kepada sesama kaum muslimin adalah seruan amar ma’ruf nahi munkar. Bila ada saudaranya yang salah, maka segera diajak kepada Islam lagi.

Begitu juga dengan seseorang yang bertanya kepada orang tuanya, saudaranya, temannya, atau orang yang baru dikenal pun, punya tujuan tertentu. Bisa jadi inilah bentuk perhatian dan kasih sayangnya agar orang terdekatnya tetap berada di jalur yang benar dan tetap melaksanakan seluruh kewajibannya di dalam Islam.

Memegang hidayah Islam memang tidak mudah. Banyak tantangan yang siap menerjang. Banyak pula ajakan-ajakan untuk tidak menghiraukan ajaran Islam. Bahkan menjauhinya bak racun yang mematikan.

Ingin berhijab sesuai aturan syariat, dipanggil Bu Haji. Memelihara janggut sesuai sunnah Nabi, dibilang aki-aki bau tanah. Menjauhi transaksi ribawi, dibilang sok alim. Memilih untuk tidak berpacaran, dikatain tidak asyik. Ikut kajian Islam, dibilang sarang teroris. Perkataan-perkataan sinis inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang hingga membuatnya menyerah dan ingin berlepas diri dari Islam.

Menjalankan seluruh aturan Islam di dalam kehidupan saat ini memang seperti menggenggam bara api. Panas rasanya dan ingin menjauh darinya. Memang sulit jika tidak ada dukungan dari orang-orang terdekat atau orang-orang yang dipercayainya. Merasa terasing dan berjuang sendirian di tengah-tengah masyarakat.

Oleh karena itu, perlu adanya sistem yang mengayomi dan mendukung pelaksanaan seluruh aturan Islam dalam kehidupan ini. Umat Islam tidak mungkin terombang-ambing penuh kebimbangan jika seluruh hajatnya terpenuhi. Hajat untuk beribadah, bersosialisasi, membangun peradaban, bereksplorasi, dan tentunya menjalankan seluruh amanah kewajiban yang harus ditunaikan seluruhnya.

Tentu hal ini bukanlah persoalan individu atau sekelompok masyarakat saja, tetapi sampai pada tataran Negara. Negaralah yang paling bertanggung jawab atas rakyatnya. Negara harus bisa menjamin penjagaan atas nyawa, aqidah, harta, nasab, keamanan, dan pelaksanaan seluruh hukum Islam.
Wallahu a’lam bish showab.
Maulinda Rawitra Pradanti (Lingkar Studi Muslimah Bali)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image