Ironi Gas Langka di Tengah Kekayaan SDAE Berupa Gas
Agama | 2023-08-02 20:26:09Sebagian daerah Kalimantan Timur (Kaltim) masih merasakan kelangkaan gas melon. Di antaranya Kutai Barat (Kubar), Penajam Paser Utara (PPU), Kutai Timur (Kutim). Bahkan, harga eceran tertinggi di wilayah Kabupaten Paser dan pedalaman Kutim sempat mengalami kenaikan signifikan, dijual hingga Rp 60 ribu per tabung. Menyikapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM), Muhammad Yusuf mengatakan jika yang mengeluh itu di luar daftar penerima tetap (DPT) elpiji subsidi.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM dan PT Pertamina dalam menyalurkan elpiji 3 kilogram dilengkapi dengan pendataan konsumen agar penyaluran gas melon tepat sasaran, salah satunya dengan pendataan pelanggan menggunakan KTP. Kuota melon berkurang dan tidak melakukan penyaluran elpiji subsidi saat hari libur disebut turut menjadi penyebab persoalan kelangkaan gas bersubsidi di Kaltim. Padahal secara nasional subsidi elpiji di Indonesia saban tahun mengalami peningkatan.
Tak hanya langka, bila ada pun harganya mahal. bahkan bisa jauh dari harga eceran tertinggi (HET). Guna menormalkan harga melon, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser telah melaksanakan operasi pasar. Bupati Paser juga telah mengeluarkan surat permohonan penambahan kuota melon. Demikianlah ironi kelangkaan gas elpiji di tengah kekayaan SDAE provinsi Kaltim.
Tentu keluhan warga terkait kelangkaan gas menjadi hal yang wajar. Apalagi gas merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Meski penyebab kelangkaan gas sudah diungkapkan namun sebagai salah satu daerah penghasil gas, kelangkaan ini seharusnya tidak terjadi. Paradoks Daerah Kaya SDAE Kaltim merupakan wilayah penghasil gas alam terbesar di Kalimantan.
Sumber gas alam di Kaltim terpusat dalam Blok Mahakam yang dikelola oleh Pertamina. Selain itu, kota dan kabupaten lain yang memiliki kandungan gas alam adalah Samarinda, Kab. Kutai Kartanegara, Kab. Penajam Paser Utara, dan yang terbesar di Bontang. Di kota Bontang terdapat sejumlah perusahaan tambang besar di antaranya Badak NGL, Pupuk Kaltim, dan Indominco Mandiri. Tak heran kota Bontang menyandang gelar sebagai kota industri di Kalimantan.
Di kota ini juga, terdapat salah satu kilang gas alam berbentuk Liquified Natural Gas (LNG) terbesar di dunia. Paradoks bukan dengan predikat sebagai penghasil tambang gas terbesar dunia namun kelangkaan gas sering terjadi. Mengapa kelangkaan gas terus terjadi? Kalau diruntun dan dianalisis sebenarnya kelangkaan gas terjadi akibat dari tata kelola SDAE yang diserahkan kepada swasta atau asing. Selain itu, aturan pemerintah yang membuat kasta gas, yakni subsidi dan non subsidi.
Gas subsidi dibatasi distribusinya hanya untuk orang miskin sedangkan gas non subsidi harganya mahal. Belum lagi kebutuhan lain yang harganya naik, tentu membuat masyarakat beralih ke gas subsidi. Kalau dirunut kelangkaan gas berawal dari pemerintah sendiri. Bermula dengan aturan pembagian kasta gas hingga kepemilikan sumber daya alam berupa gas yang diambil alih oleh perusahaan swasta atau asing. Kelangkaan pun dimanfaatkan oleh pengetap/ penimbun gas.
Sungguh semakin membuat kondisi masyarakat semakin sulit di tengah berbagai kenaikan kebutuhan lainnya. Kelangkaan dan mahalnya gas bisa memicu kenaikan harga makanan jadi dan akan berimbas kepada perekonomian masyarakat. Masyarakat akan semakin sulit di tengah kehidupan yang menghimpit. Bukankah ini sebuah kedzaliman karena semakin menyusahkan masyarakat? Demikianlah bukti kejahatan kapitalisme yang membuat kekayaan SDAE gagal dinikmati rakyat.
Penguasa pun hanya regulator lemah dihadapan para kapital. Selain itu, subsidi dalam pandangan sistem kapitalisme dianggap beban negara sehingga diciptakanlah kasta agar subsidi bagi hanya yang berhak. Padahal, semua warga negara berhak mendapatkan kebutuhannya tanpa terkecuali. Tata kelola dan kebijakan yang salah dalam mengelola SDA berujung pada mahal dan kelangkaan gas elpiji salah satunya.
Bagaimana tidak saat ini sumber energi banyak dikuasai oleh pihak swasta dan asing. Memang, ketika negara menerapkan sistem kapitalis otomatis liberalisasi-pun terjadi pada SDAE. SDAE boleh dimiliki dan dikelola siapa saja yang penting punya modal. Islam solusi kelangkaan gas Sistem Islam merupakan solusi mendasar atas permasalahan kelangkaan gas elpiji.
Bermula dari kepemilikan SDAE yang wajib dikelola oleh negara dipergunakan untuk kesejahteraan rakyatnya. Rasulullah saw bersabda: “kaum muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api” (HR. Abu Daud). Termasuk dalam hadis di atas api adalah gas elpiji. Selain itu, Islam akan membuat penguasanya amanah dalam melayani rakyat, distribusi gas merata tidak akan ada kasta. Bahkan ketakwaan individu si penjual akan membuat muamalah dalam sistem ekonomi berjalan lancar tanpa ditimbun atau menaikan harga melebihi standar.
Penguasa dalam Islam akan memastikan kondisi rakyatnya terpenuhi kebutuhan mendasarnya. Dalam hal ini gas termasuk kebutuhan mendasar yang wajib dipenuhi oleh negara tanpa membedakan kaya atau miskin, muslim ataupun non muslim. Lebih dari itu, di pasar akan ada kontrol setiap saat yang dilakukan oleh Qadhi Hisbah. Khalifah bisa melalui anggota struktur tersebut akan mengecek jika terdapat kecurangan yang merugikan pembeli. Selain itu, akan menindak kalau ada penimbunan. Demikianlah semoga masyarakat semakin menyadari akan pentingnya kepemimpinan dalam sistem Islam. Kelangkaan gas tidak akan terjadi jika negara menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu’alam...
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.