Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cindy Intan Bhinasty

Mengenal Sekte Murji`ah

Agama | Wednesday, 29 Dec 2021, 09:15 WIB

Assalamuaikum warahmatullahi wabarokatuh

Pengertian Murji` ah

Murji` ah meupakan isim fa`il dari kata al-irja` yang memiliki dua makna :

1. Berati : pengakhiran.

2. Berarti : memberikan harapan.

Secara istilah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ahmad, Murji` ah ialah: orang - orang yang menganggap :

1. Keimanan itu hanya sebatas pengucapan dengan lisan, dan seluruh manusia tidak menggungguli dalam keimanan. Sehingga, keimanan mereka dengan keimanan para malaikat dan para nabi itu satu (sama dan setara).

2. Keimanan itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

3. Tidak ada istitsna` (ucapan insya Allah) dalam hal keimanan.

4. dan siapa saja yang beriman dengan lisannya namun belum beramal, maka ia seorang mukmin yang hakiki.

Sedangkan Syekh Abdul Aziz Ar-Rojihi mengatakan, "Murji` ah ialah mereka yang mengeluarkan amal perbuatan dari cakupan keimanan."

Sebab Mereka Dinamakan Murji` ah

Mereka disebut Murji` ah dikarenakan mereka mengeluarkan amal perbuatan dari cakupan keimanan. Mereka mengatakan bahwa kemaksiatan tidak memiliki pengaruh buruk pada keimanan seseorang sebagaimana ketaatannya tidak bermanfaat dalam kekufuran. Kemudian, dengan dasar ini mereka senantiasa memberikan harapan kepada pelaku maksiat berupa pahala dan ampunan allah.

Ada juga yang mengatakan bahwa mereka disebut Murji` ah karena senantiasa memberikan harapan atas pahala dan ampunan kepada pelaku maksiat.

Perbedaan dasar antara murji’ah dan ahlus sunnah

Perbedaan yang paling mendasar antara Ahlus sunnah dan kelompok Murji’ah adalah pada masalah defenisi keimanan. Murji’ah mengatakan keimanan itu hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat disertai pembenaran dalam hati. Dan mereka tidak memasukkan amal perbuatan sebagai bagian dari keimanan.

Sedangkan Ahlus Sunnah mengatakan bahwa keimanan itu adalah:

1. Pengucapan dengan lisan. Yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Meyakini dengan hati.

3. Pengamalan dengan anggota badan.

4. Dapat bertambah dan berkurang. Bertambah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, serta berkurang dengan bermaksiat.

Kelompok - kelompok murji` ah

Para ulama yang menulis kitab - kitab firaq (sekte-sekte dalam islam) berbeda - beda dalam mengklasifikasikan jenis-jenis Murji`ah. Berikut adalah pengklasifikasian Syaikhul islam ibnu Taimiyyah rahimauhullah terhadap kelompok ini.

1. Kelompok yang mengatakan bahwa keimanan itu hanya sebatas apa yang ada dalam hati, berupa pengetahuan dan keyakinan. Diantara mereka ada yang memasukkan amalan hati dalam cakupan imam, dan ada juga yang tidak seperti Jahm bin Shofwan dan para pengikutnya.

2. kelompok yang mengatakan bahwa iman itu hanya sebatas ucapan dengan lisan. Dan ini merupakan perkataan Karromiyyah.

3. Kelompok yang mengatakan keimanan itu hanya pembenaran dengan hati dan ucapan (2 kalimat syahadat). Dan ini merupakan perkataan Murjiah fuqaha.

Jenis yang ketiga ini merupakan yang paling dekat dengan Ahlus Sunnah, dan kelompok Murji’ah sering ditujukan untuk jenis yang ini.

Diantara buah pemikiran kelompok murji’ah

Sebagaimana yang telah disebutkan, bahwa perbedaan dasar antara Murji’ah dan Ahlus Sunnah ialah dalam permasalahan iman. Dari sinilah muncul banyak pandangan mereka yang menyelisihi Ahlus Sunnnah. Diantaranya adalah:

1. Keimanan itu tidak bertambah dan tidak juga berkurang.

2. Seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah meyakininya dengan hari dianggap sebagai seseorang Mukmin yang sempurna imannya seeta termasuk penghuni surga; walaupun ia meninggalkan salat, puasa, dan melakukan dosa-dosa besar lainnya.

3. Keimanan seorang mukmin sama seperti keimanan para malaikat dan juga para nabi. Karena keimanan itu tidak saling melebihi satu dengan yang lain.

4. Seseorang tidak boleh ber–istitsna dalam keimanan, yaitu mengatakan “saya mukmin insya Allah”. Karena hal itu menunjukkan menandakan keraguan dalam keimanan. Yaitu ashlul iman (pokok keimanan). Dan siapa yang ragu dalam keimanan, maka tidak bisa dikatakan sebagai seorang mukmin. Kecuali berkata demikian dalam rangka khawatir terjerumus dalam men-tazkiyah diri sendiri, yaitu khawatir dianggap merasa imannya sudah sempurna, maka boleh berkata demikian. Namun bukan dalam rangka meragukan ashlul iman (pokok keimanan)

Wallahu a`lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image