Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Alamul Huda

Mengenal Sekte Murji`ah

Agama | Tuesday, 28 Dec 2021, 09:43 WIB

Pengertian Murji`ah

Murji'ah adalah isim fa'il dari kata al-irja', dan memiliki dua arti:

1. Berarti : pengakhiran.

2. Berarti : memberikan harapan.

Seperti yang dijelaskan Imam Ahmad, Murji'ah adalah: orang-orang yang menganggap :

1. keimanan itu hanya sebatas pengucapan dengan lisan saja, dan seluruh manusia tidak saling mengungguli dalam keimanan. Sehingga, keimanan mereka dengan keimanan para malaikat dan para nabi itu satu (sama dan setara).

2. Keimanan itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

3. Tidak ada istitsna’ (ucapan insya Allah) dalam hal keimanan

4. Dan siapa saja yang beriman dengan lisannya namun belum beramal, maka ia seorang mukmin yang hakiki

Syekh Abdul Aziz Ar-Rojihi mengatakan: “Murji'ah adalah mereka yang mempublikasikan perilaku dalam batas-batas iman.

Sebab Mereka dinamakan Murji`ah

Mereka disebut Murji'ah karena mereka mengecualikan perbuatan mereka dari ranah iman. Mereka mengatakan bahwa kemaksiatan tidak akan mempengaruhi keyakinan (seseorang), seperti halnya ketaatan tidak baik dalam kekufuran. Atas dasar itulah mereka selalu memberikan harapan kepada para pelaku maksiat berupa pahala dan ampunan dari Allah

ada juga yang mengatakan mereka disebut murji`ah karena selalu membawa harapan pahala dan ampunan bagi pelaku maksiat.

Perbedaan dasar antara Murji`ah dan Ahlussunnah

Perbedaan paling mendasar antara kelompok Ahlussunnah dan Murji'ah adalah soal definisi keimanan. Murji`ah mengatakan bahwa keimanan adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat disertai pembenaran dalam hati. Dan mereka tidak memasukkan amal perbuatan sebagai bagian dari keimanan.

Sedangkan Ahlus Sunnah mengatakan bahwa keimanan itu adalah:

1. Pengucapan dengan lisan. Yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Meyakini dengan hati.

3. Pengamalan dengan anggota badan.

4. Dapat bertambah dan berkurang. Bertambah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, serta berkurang dengan bermaksiat.

Kelompok-kelompok Murji`ah

Para ulama yang menulis kitab firaq (sekte-sekte dalam islam) mengklasifikasikan jenis-jenis Murji'ah. Berikut klasifikasi kelompok ini oleh Syaikhul Islam ibn Taimiyyah rahimahullah.

1. Kelompok yang mengatakan bahwa keimanan itu hanya sebatas apa yang ada di dalam hati, baik berupa pengetahuan dan keyakinan. Diantara mereka ada yang memasukkan amalan hati ke dalam cakupan iman, dan ada juga yang tidak seperti Jahm bin Shofwan dan para pengikutnya.

2. Kelompok yang mengatakan bahwa iman itu hanya sebatas ucapan dengan lisan. Dan ini merupakan perkataan Karromiyyah.

3. Kelompok yang mengatakan keimanan itu hanya pembenaran dengan hati dan ucapan (2 kalimat syahadat).Dan ini merupakan perkataan Murjiah fuqaha.

Tipe ketiga ini paling dekat dengan Ahlussunnah, dan golongan Murji'ah sering bekerja pada tipe ini.

Syekh Abdul Aziz Ar-Rojihi juga membagi murji'ah menjadi 4 golongan :

1. Jahmiyyah. Mereka mengatakan bahwa iman adalah mengenal Tuhan dari hati. Dan kufur adalah ketidaktahuan Tuhan di dalam hatinya. Mereka adalah orang-orang ekstrem; dan ini merupakan definisi yang paling rusak tentang iman

2. Karromiyah. Mereka mengatakan bahwa iman hanyalah sebatas ucapan dengan lisan. Jika seseorang mengucapkan syahadat dengan lisannya, maka meskipun dia berbohong dalam hatinya, dia adalah orang yang beriman.

3. Asy'ariyah dan Maturidiyah. Mereka mengatakan bahwa iman hanyalah pembenaran batin/hati

4. Murji'ah Fuqaha. Mereka mengatakan bahwa iman adalah tindakan dan pembelaan hati serta perkataan dengan lisan.

Dan penamaan murji’ah fuqaha dikarenakan mereka adalah dari kalangan para ahli fiqih dan ahli ibadah yang diakui oleh ahlussunnah

Diantara buah pemikiran kelompok murji`ah

seperti disebutkan sebelumnya, perbedaan mendasar antara Murji`ah dan Ahlussunnah terletak pada masalah keyakinan. Hal ini memunculkan banyak pandangan mereka yang berbeda dari Ahlussunnah. Diantaranya adalah:

1. Iman tidak bertambah atau berkurang. Sepuluh

2. Seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengimani didalam hati, dianggap sebagai seorang mukmin yang sempurna imannya dan termasuk penghuni surga. Meskipun ia meninggalkan shalat, puasa, dan melakukan dosa-dosa besar lainnya.

3. Keimanan seorang mukmin sama dengan keimanan para malaikat dan para nabi. Karena keimanan itu tidak saling melebihi satu dengan yang lain.

4. Seseorang tidak boleh ber–istitsna dalam keimanan, yaitu mengatakan “saya mukmin insya Allah”. Karena itu adalah tanda keraguan tentang iman. Yaitu ashlul iman (pokok keimanan). Dan siapa yang ragu dalam keimanan, maka tidak bisa dikatakan sebagai seorang mukmin. Kecuali berkata demikian dalam rangka khawatir terjerumus dalam men-tazkiyah diri sendiri, yaitu khawatir dianggap merasa imannya sudah sempurna, maka boleh berkata demikian. Namun bukan dalam rangka meragukan ashlul iman (pokok keimanan)

Wallahualam bissawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image