Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ibnu rifki arif

Mencontoh Kepribadian Gus Dur

Agama | 2021-12-29 01:11:47

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dilahirkan di Jombang, Jawa Timur 4 Agustus 1940. Gus Dur merupakan putra pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim yang merupakan putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia dan sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibunya bernama Hj. Sholehah merupakan putri Kh. Bisri Syansuri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur. Kakek KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari sanad ibunya merupakan Rais ‘Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai pengganti posisi KH. Wahab Chasbullah.

Sejak kecil Gus Dur sudah diajari ilmu agama oleh orang tuanya karena gusdur terlahir dari keluarga yang ilmu agamanya luar biasa dan terpandang , Gus Dur menempuh pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi dan dalam pemahamannya tidak diragukan lagi,Gus Dur sangat suka membaca majalah, buku,novel, dll. dengan rutinitas membaca bukunya Gus Dur dapat memahaminya sendiri tanpa perlu di jelaskan oleh gurunya, waktu Gus Dur di pesantren juga selalu membaca buku buku yang ia punya maupun yang dipinjam di perpustakaan, dengan sering mambaca buku dan lupa untuk istirahat akhirnya mata Gus Dur sakit sehingga mengganggu penglihatannya tetapi ia tetap membaca buku tanpa tersebut.ia juga mempunyai jiwa toleransi yang tinggi dalam kehidupannya, tidak hanya di lingkungan orang islam tetapi ia sangat mudah membaur dengan orang orang yang berbeda agama tanpa harus membeda bedakan suku, ras, maupun budaya.

Sebagai pelajar kita harus mencontoh semangat Gus Dur, meskipun mata ia sakit tetapi tidak putus semangat untuk terus membaca dan belajar karena jika kita terus belajar maka allah akan memberikan kemudahan dalam proses belajar tersebut, dan jiwa toleransi Gus Dur sangat tinggi itu juga patut kita contoh ketika kita berada di lingkungan yang berbeda agama maupun budaya tetapi saling menghormati satu sama lain itulah yang membuat persatuan kita semakin kuat tidak gampang di provokatori oleh orang lain dan masih banyak lagi sifat Gus Dur yang patut kita contoh.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image