Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Kenangan Indah Bersama Pesantren Al-Ishlah Sendangagung

Curhat | Sunday, 23 Jul 2023, 18:16 WIB
Masjid Pondok Pesantren Al-Ishlah Sedangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur (Sumber Dokumen: https://alishlah.ac.id/)

Setelah masa pengabdian sebagai wakil kepala SMA Muhammadiyah 6 Paciran Lamongan purna tahun 2007, saya diajak sahabat Aman Jami’in (almarhum) untuk bergabung mengabdi di Madrasah Aliyah (MA) Al-Ishlah Sedangagung, Paciran, Lamongan menjadi staf pengajar.

Tanpa berfikir Panjang, saya menjawab, “Insya Allah siap,” karena mengajar dan mendidik sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan. Apalagi yang ditawarkan mengampu mata pelajarah Sejarah kelas XI jurusan IPA dan IPS, karena sebelumnya juga mengajar Sejarah di SMAM 6 Karangasem Paciran.

Hari pertama saya bersemangat mengajar di madrasah dalam naungan Pondok Pesantren Al-Ishlah Sedangagung, Paciran. KH. Drs. Muhammad Dawam Shaleh selaku pendiri merupakan alumni Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur dan Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sistem pendidikan yang diterapkan mirip dengan Pesantren Darussalam Gontor. Duplikasi tersebut terlihat dalam komunikasi sehari-hari antara santri, ustadz/ustadzah, pembina, dan pengasuh pensantren menggunakan Bahasa Arab dan Inggris. Di samping itu, penerapan peraturan kedisiplinan terjaga dengan baik.

Kurikulum yang diterapkan pesantren menginduk pada Kementerian Agama RI dan integrasi mata pelajaran kepesantrenan. Sehingga alumni MA Al-Ishlah Sedangagung dapat melanjutkan perkulian di jenjang Perguruan Tinggi umum dan keagamaan sebagaimana MA lainnya, serta dapat melanjutkan kuliah di luar negeri.

Begitu berkesan dan kerasaan mengajar di lembaga yang dibina guru dan ustadz/ustadzah yang hebat, ramah, penuh semangat, dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam perjalanan waktu, semester genap tahun pertama saya diminta untuk membina dan mengajar mata pelajaran tambahan Karya Ilmiah Remaja (KIR).

Dengan sedikit modal kemampuan tulis menulis, saya memberanikan diri untuk memikul tugas yang berat sebagai pengajar dan Pembina KIR. Alhamdulillah Kegiatan KIR berjalan lancar, dalam beberapa kesempatan memperoleh prestasi dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) di tingkat provinsi dan nasional.

Ditunjang manajemen yang modern dan didukung tenaga muda yang profesional, Pesantren Al-Ishlah mengalami perkembangan dan kemajuan pesat secara kualitas dan kuantitas. Hal ini terlihat dari jumlah ruang kelas setiap tahun bertambah banyak jumlahnya, sampai hari ini proses pembangunan gedung di pesantren tidak pernah berhenti.

Pada Tahun Pelajaran 2023-2024 kelas XI terdapat 11 kelas yang terdiri dari 3 jurusan; Keagamaan, IPA, dan IPS. Lulusannya banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset, Teknologi dan Kementerian Agama, baik jalur prestasi nilai raport, maupun jalur test tulis nasional.

Tidak terasa kebersamaan dengan MA Al-Ishlah telah berusia 16 tahun, sebuah perjalanan yang cukup panjang. Namun terasa sebentar dan cepat, banyak kenangan yang indah, baik, dan menyenangkan. Kesan-kesan positif yang saya ingat dan rasakan selama mengabdi tidak pernah terlupakan sepanjang hayat.

Tulisan ini hanyalah goresan yang melintas dalam alam pikiran yang terbatas dengan untaian kata dan kalimat. Tentu saja belum mewakili perjalanan selama dua windu, setidaknya banyak hikmah dan pelajaran hidup yang dapat diambil dan diterapakan dalam kehidupan nyata.

Tanggal 18 Juli 2023 merupakan catatan bersejarah dalam kehidupan saya, dengan berat hati saya harus melepas dan berpisah dengan orang-orang hebat yang senantiasa memberikan inspirasi dan motivasi kehidupan. Saya termasuk orang yang beruntung menjadi bagian keluarga besar Pesantren Al-Ishlah Sendangagung, Paciran.

Namun dalam kurun waktu 3 tahun terakhir konsistensi saya sebagai guru benar-benar diuji, secara profesional sebagai pendidik harus mengakui tidak mampu beristiqamah dengan baik. Saya mengatakan dengan jujur seringkali tidak masuk Proses Belajar Mengajar (PBM) dan jarang mengikuti rapat-rapat guru yang diselenggarakan madrasah.

Ternyata sebagai kepala satuan pendidikan (kepala sekolah) dengan 3 tugas utama; manajerial, supervisi, dan kewirausahaan sangat berat. Selain itu, terkadang ada undangan kedinasan yang mendadak dan kondisi kesehatan sudah mulai menurun sehingga sering kelelahan.

Faktor-faktor tersebut menjadikan saya berfikir realistis untuk kebaikan lembaga dan peserta didik, meskipun berat dirasakan dari lubuk hati yang paling dalam. Saya gerakkan jemari tangan untuk menulis surat penunduran diri dan surat penyataan sebagai tanda berpamitan dengan lembaga yang berperan membesarkan nama saya.

Terima kasih kepada bapak KH. Drs. Muhammad Dawam Shaleh (Pengasuh), Ibu Dra. Hj. Mutmainnah (Pengasuh), bapak Drs. H. Agus Salim, M.Pd.I. (Kepala MA), bapak/ibu guru, ustadz/ustadzah semuanya. Mohon maaf atas segala khilafan yang saya sengaja maupun tidak disengaja, Insya Allah persabahatan masih terjaga dengan baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image