Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gili Argenti

Memahami Gerakan Sosial

Politik | Monday, 17 Jul 2023, 15:22 WIB
Ilustrasi gambar gerakan sosial, sumber : www.hai.grid.id

Demokrasi merupakan sistem politik yang memberikan ruang dan kebebasan bagi masyarakat untuk berpartisipasi, tidak ada batasan bagi setiap individu untuk memberikan input kepada pemerintah, semua kegiatan partisipasi politik yang mempengaruhi jalannya kebijakan dalam berbagai bentuk, kreasi, dan kreativitas mendapat kesempatan sama mengisi ruang-ruang publik, syaratnya disampaikan secara tertib dan damai.

Partisipasi politik bisa diwujudkan masyarakat dalam berbagai bentuk, salah satunya melalui gerakan sosial, suatu aktifitas kolektif terlembagakan untuk memperjuangkan kepentingan bersama dalam mendorong perubahan. Gerakan sosial dalam sistem demokrasi menjadi keniscayaan, sebagai ruang alternatif bagi masyarakat dalam memperjuangkan aspirasi selain melalui lembaga formal.

Gerakan sosial merupakan perjuangan kolektif masyarakat dalam menuntut kesetaraan dan keadilan. Aksi kolektif ini bentuk dari usaha bersama dari sekelompok orang dalam mencapai tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, dan nilai-nilai dianut bersama, gerakan sosial sendiri melakukan mobilisasi massa dalam menyuarakan perlawanan (Singh, 2010).

Artikel ini menjelaskan konsep kemunculan gerakan sosial, aktor gerakan sosial, dan ideologi gerakan sosial.

Kemunculan Gerakan Sosial

Kemunculan gerakan sosial menurut Klandermans (2005) dipicu oleh tiga faktor, yaitu (1) rasa ketidakadilan, (2) indentitas kolektif, (3) agensi gerakan.

Rasa ketidakadilan muncul dari adanya kegusaran moral (moral indignation) hal ini berhubungan dengan rasa kekecewaan, atas adanya ketidaksetaraan, yaitu mendapatkan perlakuan tidak seimbang terhadap individu atau kelompok yang dipersepsikan sebagai ketidakadilan. Perasaan ketidakadilan semacam ini menjadi raison d’etre dari beberapa gerakan sosial, seperti gerakan buruh, gerakan petani, gerakan hak-hak sipil, dan gerakan perempuan (Klandermans, 2005).

Kemudian identitas kolektif, muncul disebabkan individu atau kelompok menilai terdapat situasi ketidakadilan, dimana pelakunya dari pihak luar harus bertanggungjawab atas situasi telah terjadi. Ketidakpuasan tergantung pada atribut kausal, yaitu pengidentifikasian siapa pihak harus diminta tanggungjawab, atas ketidakadilan yang dirasakan bersama. Pengidentifikasian menjadi dua kelompok saling kontradiksi antara “mereka” (maksudnya kelompok elit) dianggap bertanggungjawab kepada “kita” (masyarakat) merasa dirugikan. Kelompok identitas “kita” yang merasakan ketidakpuasan atau ketidakadilan, biasanya akan memantapkan diri menjadi kekuatan oposisi terhadap pelaku penindasan (Klandermans, 2005).

Terakhir adanya agensi gerakan, munculnya suatu keyakinan bersama dapat mengubah kondisi melalui aksi kolektif, mendorong perubahan sosial dari ketidakadilan atau ketidaksetaraan sistem menjadi orde sosial bersifat egaliter atau setara, setiap individu terlibat gerakan sosial harus yakin, bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengubah kondisi mereka, keyakinan seperti itu syarat bagi kemunculan agen-agen pergerakan berpengaruh secara politik (Klandermans, 2005).

Dari ketiga faktor kemunculan gerakan sosial tersebut dapat kita mengambil simpulan, bahwa pergerakan sosial senantiasa hadir kalau terdapat pemicu utama, yaitu adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, terjadi perbedaan persepsi masyarakat dengan kenyataan sosial terjadi, akhirnya ketidakpuasan itu mendapatkan perlawanan sangat massif.

Aktor Gerakan Sosial

Aktor pergerakan sosial menurut Gramsci harus memiliki karakter sebagai intelektual organik, pemikiran Gramsci mengenai sosok intelektual organik tidak menunjuk pada strata sosial tertentu ditengah-tengah masyarakat, bukan juga mewakili kelompok terdidik kaum cendikia, karena menurut Gramsci hakikatnya semua manusia itu intelektual, ditandai dari adanya proses atau aktifitas berpikir, tetapi tidak semua orang mempunyai fungsi sebagai intelektual atau kesadaran emansipatoris (Amsalis, 2022).

Intelektual organik adalah mereka yang memiliki kesadaran kritis tentang lingkungannya, merasakan penderitaan masyarakat di sekelilingnya, dampak dari adanya penindasan serta kesewenang-wenangan sistem politik, kemudian terpanggil untuk melakukan pembelaan pada masyarakat mengalami penindasan itu, dengan menjadi seorang organisatoris perlawanan, melibatkan diri bersama kaum tertindas memperjuangkan kebenaran dan keadilan (Fakih, 2002).

Ideologi Gerakan

Kecenderungan dari gerakan sosial biasanya mampu melibatkan massa besar dalam setiap aksi dikarenakan ada pemersatu di dalam gerakan, yang dapat dijadikan pengikat dari solidaritas bersama. Faktor pemersatu itu salah satunya adalah ideologi.

Ideologi menciptakan pemikiran serta semangat hidup diantara para partisipan pergerakan sosial. Ideologi mencerminkan realitas dari nilai-nilai hidup serta berkembang di tengah-tengah masyarakat, serta kemampuan dari ideologi sendiri dalam meneropong perubahan dimasa depan. Sehingga ideologi memberi kepercayaan partisipan pergerakan tentang gambaran dunia ideal mereka cita-citakan.

Di dalam konteks gerakan sosial, ideologi digunakan sebagai dasar bagi usaha pembebasan manusia, dalam hal ini ideologi memiliki pengertian sebagai sekumpulan gagasan yang menjadi panduan bagi sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapai tujuan tertentu. Dengan cara menurunkan gagasan-gagasan ideologi menjadi sejumlah kerangka aksi dan aturan-aturan tindakan, sekelompok manusia bertindak membebaskan diri dari sesuatu yang dipersepsikan sebagai kekangan atau penindasan. Ideologi memberi arah bagi partisipan gerakan sosial, serta menjadi keyakinan bagi kelompok itu (Takwin, 2009).

Tentu saja memperbincangkan komponen dari gerakan sosial masih sangat luas, penulis dalam artikel ini membatasinya pada tiga komponen, diharapkan para pembaca melakukan studi secara mandiri, sehingga bisa jauh lebih komprehensif memahami gerakan sosial.

Gili Argenti, Dosen FISIP Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA).

Referensi artikel.

1. Amsalis, Yulianto. 2022. Antonio Gramsci Sang Neo Marxis (Yogyakarta, Basabasi).

2. Bagus, Takwin. 2009. Akar-Akar Ideologi. (Yogyakarta, Jalasutra)

3. Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik (Yogyakarta, Pustaka Pelajar).

4. landermans, Bert. 2005. Protes Dalam Kajian Psikologi Sosial. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar).

5. Mahasin, Aswab dan Ismed Natsir. 1983. Cendikiawan dan Politik. (Jakarta, LP3ES, 1983).

6. Singh, Rajendra. 2010. Gerakan Sosial Baru. (Yogyakrta, Resist Book).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image