Sistem Proporsional Terbuka atau Tertutup Manakah yang Lebih Efektif?
Politik | 2023-07-16 22:48:21Baru baru ini sedang ramai diperbincangkan tentang system pemilu proporsional terbuka dan proporsional tertutup, lalu apa itu proporsional terbuka? Dikutip dari Buku Pemilu Dalam Transisi Demokrasi Indonesia: Catatan Isu dan Kontroversi (2018) oleh Januari Sihotang, sistem proporsional terbuka adalah sistem yang memungkinkan rakyat memilih langsung caleg atau wakil rakyat di suatu daerah pemilihan (dapil) yang ditawarkan oleh partai. Dengan begitu, wakil rakyat terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak yang dipilih secara langsung.
Kelebihan dari system proporsional terbuka menurut mahkamah adalah
1. maningkatkan persaingan secara sehat,serta mendekatkan caleg kepada masyarakat atau pemilih.
2. pemilih memiliki kebebasan langsung untuk memilih anggota legislatif
yang mereka anggap paling mewakili kepentingan dan aspirasi mereka.
3. Lebih demokratis karrena representasi politik didasarkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai politik.
Kekurangan dari system proporsional terbuka
1. memberikan peluang terjadinya politik uang.
2. Caleg akan lebih mudah menang jika caleg tersebut artis karena lebih familiar di masyarakat dan sering tampil dipublik,hal ini yang menjadikan kurangnya kompetensi dibidangnya pada saat sudah menjabat.
Proporsional tertutup adalah sistem pemilihan yang dimana pemilih hanya memilih partai dengan begitu wakil rakyat yang terpiih nantinya ditentukan oleh partai berdasarkan nomer urut.
Kelebihan dari sistem proporsional tertutup
1. Meminimalkan potensi politik uang
2. Biaya pemilu tidak sebesar sistem politik terbuka
3. Memberikan kesempatan yang besar kepada kader yang potensial
Kekurangan dari sistem proporsional tertutup
1. Menurunkan partisipasi publik karena masyarakat tidak memilih calon legislatif secara langsung
2. Menurunkan angka demokrasi
3. Mengalami pembiruan darah dinasti partai
Jadi Berikut menurut Prof. jimly Asshiddiqie Apa untungnya terbuka? tentu Kenapa partai politik heboh sekali dan ribut sekali jadi ini proses panjang jadi pendidikan demokrasi kita dulu kan waktu pertama kan tertutup 2004-2014 tertutup dengan variasi sedikit terbuka kemudian pada 2009, 7 hari menjelang Pemilu Pemilu waktu itu itu diubah putusan MK juga Jadi ada ketidakadilan yang timbul dalam pengalaman 2004 ada caleg yang nomornya di bawah itu suara yang nrusuknya banyak sedangkan yang nomor satu sedikit tapi oleh partai diputuskan yang nomor satu menduduki kursi jadi ada ketidakadilan dan itu bisa bukan hannya ketidakadilan tapi aspirasi rakyat yang berdaulat itu tidak tersalur maka atas dasar itulah MK membuat putusan MK supaya terbuka,
Jadi pilih sistem kembali tertutup atau terbuka? jangka panjang saya setuju tertutup ucap Prof. jimly Asshiddiqie maksud saya jangka panjang itu harus dibenahi dulu integrity polcynya jadi partai politik itu harus terbuka dulu kalau sekarang ini partai politik sangat tertutup yang menentukan hanya ketua umum 9 partai sembilan ketua umum akan nasib bangsanya ditangan 9 orang lalu caleg siapa siapa cagub nya siapa capres Siapa itu semua jatuh di tangan ketua umum semua ditambah lagi kenyataan semua partai mengalami pembiruan darah dinasti.
jadi ini masih piodal nah jadi ya kita harus benahi ini jadi kalau calon calon nomor urut itu bukan ditentukan 1 orang sisanya ada misalnya ada preliminary election di antara partai itu sendiri dan lalu ada konvensi daerah untuk menjadi gubernur Konvensi nasional untuk capres jangan kaya sekarang petugas partai itu persis kalimatnya Megawati itu, itu bukan hanya dari Megawati itu praktek disemua partai Nah jadi selama partainya seperti ini nggak bisa tertutup malah berbahaya Kalu diputuskan itu artinya berlaku pada 2029 bukan sekarang yang akhirnya bikin kacau.sebenarnya saat ini sistem pemilu di Mahkamah Konstitusi masih bisa diuji karena menurut Profesor jimly Asshiddiqie ini bukan ini tetap bisa menjadi kewenangan Mahkamah Konstitusi bukan milik si pemembuat undang-undang DPR dan eksekutif masih bisa di uji di mahkamah.
Jadi sudah terjadi praktek demoralisasi politik persaingan internal antar caleg lalu kemudian politik uang merajalela yang penting popuralitas dan uang kapasitas no 2 akibatnya pemimpin kita banyak yang muda muda bentukkan pasar ekonomi politik belum tentu punya kapasitas tidak mengerti masalah tapi kuasa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.