Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maryam Sakinah

Brandu, Budaya Pembawa Petaka

Agama | Saturday, 15 Jul 2023, 13:42 WIB
image credit: Freepik.com

Epidemi antraks menyerang warga Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tiga orang ditemukan tewas di Desa Candirejo setelah diketahui sebelumnya menyembelih sapi mati. Di desa ini, terdapat 6 sapi dan 6 kambing mati. Di sisi lain, Kemenkes juga melakukan tes serologi dan hasilnya 85 warga dinyatakan positif antraks.

Tradisi Brandu atau Purak dikatakan sebagai faktor yang paling meningkatkan risiko kasus antraks. Brandu adalah tradisi menarik sumbangan dari warga bagi peternak yang sapinya atau kambingnya mati. Daging hewan tersebut kemudian dibagikan kepada setiap warga yang telah menyumbang.

Penyebab budaya Brandu

Budaya Brandu di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta sudah mentradisi. Budaya ini sudah terjadi turun-temurun. Beberapa penyebabnya adalah berikut ini.

Pertama, tingginya angka kemiskinan. Pada tahun 2022, kemiskinan meningkat menjadi 15,86%. Kemiskinan ini berdampak pada banyak hal, termasuk keberadaan tradisi Brandu yang menjadi ancaman kesehatan masyarakat.

Kedua, rendahnya tingkat literasi. Masyarakat setempat minim pengetahuannya tentang pentingnya makanan sehat bagi tubuh. Terbukti mereka memakan bangkai hewan tanpa takut tertular penyakitnya.

Ketiga, tidak ada edukasi bagi warga baik dari sisi kesehatan maupun agama.

Keempat, wujud kelalaian penguasa. Dari semua faktor penyebab suburnya budaya Brandu, kelalaian penguasa inilah yang paling fatal sehingga tradisi yang membahayakan ini tetap berlangsung, padahal jelas-jelas membahayakan kesehatan dan melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai.

Kelalaian ini terjadi karena negara memercayakan seluruh tata kelolanya kepada kapitalisme, sedangkan prinsip sekularisme adalah memisahkan aturan agama dari kehidupan. Dengan pemisahan ini, negara telah meninggalkan Allah Swt. sebagai Zat Yang Maha Mencipta dan Zat Yang Maha Mengatur. Akibatnya, kebijakan yang lahir dari sekularisme bertentangan dengan nilai agama. Dalam kasus Brandu ini, secara tidak langsung negara membolehkan memakan bangkai karena tidak ada pelarangan secara nyata dan tidak ada pemberian sanksi.

Di dalam Islam memakan bangkai hukumnya adalah haram. Allah Swt. berfirman yang artinya, “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (TQS. Al-Ma’idah: 3)

Jaminan Kesejahteraan dalam Islam

Sistem Islam menjamin rakyat hidup sejahtera dan terdidik. Seluruh rakyat dipastikan paham aturan agama maupun aturan terkait dengan kesehatan dirinya. Di dalam Islam, selain larangan Allah memakan bangkai, Allah juga memberikan perintah makan makanan halal dan tayib bagi muslim. Allah Swt. berfirman yang artinya, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 168)

Berikut ini adalah beberapa pengaturan Islam dalam masalah ini.

Pertama, sistem pemerintahan Islam akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang memiliki mekanisme sempurna dalam mengelola seluruh SDA yang telah dikaruniakan Allah. Tidak diperkenankan korporasi mendominasi dalam menguasai sumber ekonomi. Hasil pengelolaan SDA oleh negara akan dikembalikan kepada rakyat dalam rangka menyejahterakan mereka. Dengan demikian, warga tidak akan kesulitan untuk membiayai hidup termasuk memenuhi kebutuhan makan sehat.

Kedua, sistem ekonomi Islam juga memiliki skema tertentu untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan di pasar, sehingga harga pangan akan berada dalam kondisi yang normal dan mudah dijangkau oleh seluruh rakyat. Apalagi kebutuhan pangan ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Penguasa juga harus memastikan dan mengontrol bahwa tidak ada makanan rusak yang dijual di pasaran. Selain itu, penerapan sistem ekonomi Islam juga akan menghindari adanya penimbunan atau permainan mafia yang akan menyebabkan lonjakan harga yang parah. Dengan mekanisme seperti ini, rakyat akan mudah mengakses makanan yang sehat karena negara juga memfasilitasi.

Ketiga, penguasa memberikan jaminan kesejahteraan kepada peternak lokal dengan memberikan sejumlah modal yang cukup, edukasi perawatan ternak yang baik,dan vaksinasi yang memadai, agar hewan ternak sehat dan tidak mudah terserang penyakit.

Keempat, penguasa bekerja sama dengan ilmuwan, ahli kesehatan dan yang terkait untuk mengembangkan riset dalam rangka mencegah penyakit antraks pada hewan sekaligus meminimalisasi penyebarannya dengan cepat di kemudian hari.

Kelima, masyarakat dilarang keras mengonsumsi bangkai. Jika ada yang membagikan atau menjual daging bangkai, langsung diberikan sanksi tegas. Jika diperlukan, pemerintah dapat memberikan santunan pada warga yang hewan ternaknya mati agar tidak ada jual beli bangkai.

Tentunya semua program tersebut dianggarkan pembiayaannya melalui kas negara (baitulmal) yang secara khusus diposkan untuk kesejahteraan umat. Namun perlu disadari bahwa mekanisme seperti ini hanya bisa diterapkan manakala Islam menjadi ideologi negara dan diterapkan dalam institusinya. Jika Islam diterapkan, dapat dipastikan warga akan bebas dari kemiskinan dan hidup sejahtera. Selain itu, warga juga akan memperoleh jaminan makanan yang halal dan tayib sebagai bentuk ketaatan kepada hukum Allah.

Wallahu a’lam bishawab[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image