Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fahma Hilda Nur Imami

Virus Antraks Jarang Terjadi, Namun Berakhir Fatal!

Info Terkini | Saturday, 29 Jul 2023, 07:22 WIB

Antraks merupakan penyakit bakteri yang sangat terkait dengan lokasi. Bakteri tersebut berasal dari bacillus anthracis yang hidup dan berkembang biak di dalam tubuh hewan/manusia hingga satu lingkungan tertentu. Mulanya, antraks bersumber pada binatang umumnya pada herbivora (sapi, kambing, kerbau, dll) kemudian dapat hidup dan berkembang biak menular pada manusia namun tidak dapat ditularkan antar sesama manusia.

Bacillus anthracis sebagai spesies bakteri penyebab penyakit antraks mempunyai karakteristik gram positif dan membentuk endospora. Endospora dapat bersifat tidak aktif, akan tetapi jika menempati lingkungan yang menguntungkan akan menjadi aktif dan menyebarkan bakterinya. Endospora membuat bakteri jauh lebih tahan terhadap suhu panas dan kekeringan. Sehingga bakteri bacillus anthracis dapat hidup di tanah tropis seperti layaknya negara Indonesia. Bacillus anthracis yang hidup di tanah dapat menyebarkan spora nya melalui tiupan angin ataupun melalui aliran air hujan. Hewan ternak dapat tertular penyakit antraks apabila memakan rumput/pakan dan meminum air yang terkontaminasi spora pada tanah . Inilah alasan mengapa bakteri bacillus anthracis dapat hidup dan berkembang biak di lokasi tertentu.

Penyebaran bakteri bacillus anthracis dari tanah ke hewan ternak dengan mudah untuk menularkannya kepada manusia, antara lain : dapat ditularkan melalui pernapasan jika menghirup spora antraks dari kulit bulu hewan, kontak langsung terhadap spora/hewan yang terpapar kemudian mengenai luka yang terbuka, memakan daging hewan yang terpapar antraks hingga sayuran yang tumbuh pada tanah yang mengandung spora antraks tanpa dimasak dengan sempurna. Ada empat tipe antraks berdasarkan klinisnya, yaitu antraks kulit, antraks pencernaan, antraks paru, dan antraks otak. Antraks otak dapat terjadi jika bakteri bacillus anthracis terbawa darah dan masuk ke otak.

Antraks kulit paling sering terjadi (95% penyebab kematian) karena dengan mudahnya sentuhan spora dengan luka terbuka, gejala yang dirasakan bengkak kemerahan bagian tengahnya berwarna kehitaman yang terasa gatal dan panas. Kemudian antraks pencernaan umumnya jarang terjadi tetapi juga fatal (menyebabkan kematian hingga 25%) karena memakan daging hewan yang terinfeksi antraks dengan pengolahan yang tidak sempurna dapat terinfeksi virus antraks, gejala yang dirasakan adalah mual dan muntah darah, diare, pembengkakan perut. Seperti contohnya, pada kasus kejadian di Gunung Kidul Yogyakarta, tepatnya saat hari raya Idul Adha, mengakibatkan tiga orang tewas dan terinfeksi positif virus antraks mencapai 93 pasien. Sungguh, sangat menggegerkan kasus antraks di Gunung Kidul ini karena kasus perdana yang terjadi pada tahun 2023.

Pasien yang positif antraks atau merasakan gejala antraks diharapkan segera ke fasilitas kesehatan terdekat, guna untuk mendapatkan pengobatan. Biasanya, pengobatan yang diberikan untuk mengobati pasien antraks adalah antibiotik, antitoksin (guna untuk membunuh racun dalam tubuh), disinfektan (untuk meminimalisir lingkungan yang terpapar), dan vaksin antraks, selebihnya tergantung tingkat keparahan pada pasien. Spora bakteri antraks ini akan mati apabila berada pada pemanasan suhu lebih dari 100 derajat celcius selama 20 menit. Menurut Widagdo, bisa mati apabila daging yang dikonsumsi direbus selama dari 100 derajat celcius lebih dari 10 menit. “Spora bakteri ini akan mati,” katanya. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri apa yang akan terjadi nantinya maka untuk selalu waspada jika akan mengonsumsi hewan yang sakit/terpapar antraks.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah penanganan hewan ternak pasca mati. Hewan ternak yang sudah mati tidak boleh untuk dipotong atau disembelih bahkan untuk membedah saja tidak boleh. Hewan yang sudah mati terpapar virus antraks seharusnya dibakar atau diberi disinfektan, jika akan menguburnya perlu anjuran dari pihak berwajib karena ditakutkan spora antraks dapat tumbuh kembali di tanah. Sebisa mungkin hewan ternak yang sudah mati dicegah agar tidak dimakan oleh hewan/manusia guna untuk mencegah penyebarannya agar tidak semakin meluas. Karenanya, hewan terpapar antraks yang telah dikeringkan bertahun lamanya mampu memberikan hasil yang positif pada uji ascoli.

Bagi peternak maupun masyarakat harus perlu diwaspadai terhadap virus antraks karena jika dibiarkan semakin lama akan berakibat fatal dan menambah korban jiwa lagi. Apabila menemukan bangkai atau ternak yang sudah mati untuk selalu berhati-hati dan dapat melaporkan kepada petugas yang berwajib.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image