Belajar dari Semut, Laba-Laba, dan Lebah
Agama | 2023-07-13 11:27:50Semut, Laba-Laba, dan Lebah
Tiga binatang kecil menjadi nama dari tiga surah dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Naml (semut), Al-Ankabut (laba-laba), dan Al-Nahl (lebah).
Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatag kecil ini dapat menghimpun makan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Kemauannya sangat besar sehingga ketika berusaha ia seringkali berhasil- memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya meskipun sesuatu tersebut tidak berguna baginya
Dalam surah Al-Naml antara lain diuraikan sikap Fir’aun, juga Nabi Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dan sesudahnya. Ada juga kisah seorang raja wanita yang berusaha menyogok Nabi Sulaiman demi mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Lain lagi uraian Al-Qur’an terntang laba-laba: sarangnya adalah tempat yang paling rapuh (QS.29:41), ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan seks disergapnya untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Demikianlah kata sebagian ahli. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan dari sejenis binatang.
Lilin digunakan untuk penerang dan madu-kata Al-Qur’an- dapat menjadi obat yang menyembuhkan . lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu keculai yang mengganggunya bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.
Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan denga berbagai jenis binatang. Jelas ada manusia yang “berbudaya semut” yaitu menghimpun dan menumpuk ilmu (tanpa mengolahnya) dan materi (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan). Budaya semut adalah “budaya menumpuk” yang disuburkan oleh budaya “mumpung”. Tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut, pemborosan adalah anak kandung dari budaya ini. Dapat dipastikan bahea dalam masyarakat kita banyak sekali semut yang berkeliaran. Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita yaitu mereka yang tidak lagi butuh berfikir apa, dimana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah “siapa yang akan mereka jadikan mangsa.
Nabi SAW mengibaratkan seorang Mukmin sebagai lebah, sesuatu tidak merusak dan tidak pula menyakitkan: tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya
Dapatkah kita menjadi ibarat lebah bukan semut apalagi laba-laba?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.