Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Semut Sebagai Insinyur Rekayasa Ekosistem

Iptek | Monday, 18 Dec 2023, 20:15 WIB
Semut telah ada di planet Bumi sejak zaman dinosaurus. Foto: Gail Shumway/Getty Images via thoughtco.com.

PARA peneliti baru saja membuat perkiraan paling mendalam tentang populasi semut dunia. Jumlah total serangga ini diperkirakan 20 kuadriliun.

Kuadriliun dinyatakan dengan angka satu, diikuti oleh 15 nol. Itu berarti diperkirakan ada sekitar 2,5 juta semut di Bumi untuk setiap manusia.

Semut telah ada di planet ini sejak zaman dinosaurus. Fosil semut tertua yang diketahui berasal dari sekitar 100 juta tahun dari Zaman Kapur.

Ada lebih dari 12.000 spesies semut yang diketahui. Umumnya, serangga berwarna hitam, coklat atau merah ini memiliki tubuh terbagi menjadi tiga bagian. Ukurannya berkisar dari sekitar 1 milimeter hingga 3 sentimeter. Mereka suka tinggal di tanah dan menempelkan diri pada tanaman.

Patrick Schultheiss, ahli serangga dari Universitas Würzburg di Jerman dan Universitas Hong Kong, yang juga penulis pendamping dalam penelitian ini, menjelaskan perkiraan ini dalam publikasi Prosiding National Academy of Sciences. Schultheiss mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa semut memainkan peran yang sangat penting di hampir setiap ekosistem di Bumi. Misalnya, mereka membantu dalam proses siklus dan penguraian tanaman. Mereka juga membantu menyebarkan benih dan tanah.

“Tapi, yang terpenting, kelimpahannya yang tinggi membuat mereka menjadi pemain kunci ekologis,” kata Schultheiss.

Semut -- yang kerabat terdekatnya adalah lebah dan tawon -- dapat ditemukan di hampir semua tempat di Bumi, kecuali Antartika, Greenland, Islandia, dan beberapa negara kepulauan. "Saya merasa takjub megetahui biomassa semut lebih tinggi dari gabungan mamalia dan burung liar," kata Sabine Nooten, salah seorang peneliti utama penelitian ini. Ia mencatat biomassa serangga mencapai 20 persen biomassa manusia. Itu, katanya, menunjukkan pentingnya pengaruh mereka di alam.

Para ilmuwan mendasarkan penelitian mereka pada 489 studi tentang populasi semut di seluruh benua tempat mereka tinggal. "Dataset kami mewakili upaya pengumpulan besar-besaran ribuan ilmuwan," kata Schultheiss. Dia menambahkan bahwa tim peeliti menggunakan data untuk memperkirakan jumlah semut untuk berbagai wilayah di dunia serta jumlah total biomassa di seluruh dunia.

Sebagian besar semut diperkirakan hidup di bagian terpanas dan terbasah di dunia. Lingkungan hutan dan daerah kering memiliki populasi yang lebih besar daripada kota.

"Ada bagian dunia tertentu di mana kami memiliki sedikit data dan kami tidak dapat mencapai perkiraan yang dapat diandalkan untuk semua benua," kata Schultheiss. Afrika adalah salah satu contohnya. "Kami telah lama mengetahui bahwa itu adalah benua yang sangat kaya semut tetapi juga masih kurang dipelajari,” tambahnya.

Semut umumnya hidup berkoloni, beberapa di antaranya mencakup jutaan serangga. Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan pekerjaan yang berbeda, seperti pekerja, tentara dan ratu. Para pekerja, semuanya perempuan, merawat ratu yang lebih besar dan bayinya. Mereka juga menjaga sarang dan mencari makanan. Jantan kawin dengan ratu, lalu mati.

Schultheiss mengatakan bahwa meskipun manusia mungkin menganggap semut "mengganggu", ada banyak alasan mengapa kita harus bersyukur atas keberadaan mereka. "Coba pikirkan tentang jumlah bahan organik yang diangkut, dibuang, didaur ulang, dan dimakan oleh 20 kuadriliun semut," katanya. Faktanya, Schultheiss mengatakan semut sangat diperlukan untuk serangkaian proses biologis sehingga mereka dapat dilihat sebagai insinyur ekosistem.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image