Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Amalina Rakhmani

Pandangan Al-Quran terhadap Homoseksual hingga Dakwah Nabi Luth atas Kaum Sodom

Agama | Thursday, 13 Jul 2023, 07:40 WIB

Penyimpangan perilaku homoseksul semakin mengerikan, bahkan diamini sebagai bagian dari keragaman. Tak sedikit dari para pelaku hingga pendukungnya mencari pembenaran dari nilai-nilai agama, terutama yang bersumber dari Al-Quran.

Mereka mengadakan perkumpulan dan kajian-kajian untuk melawan stigma negatif yang mereka terima dan memberikan dukungan satu sama lain.

Upaya-upaya yang mereka lakukan ini sebenarnya telah dibicarakan oleh Al-Quran sebagai bagian dari pelanggaran syariat namun ditolak karena bertentangan dengan kehendak mereka.

Bagaimana Al-Quran mendeskripsikan perbuatan mereka?

Homoseksual sebagai pelanggaran syariat telah digambarkan dalam Al-Quran melalui kisah kaum Nabi Luth atau kaum Sodom. Jatuhnya azab kepada mereka telah disepakati oleh banyak ulama sebagai akibat dari perbuatan faahisyah yang mereka lakukan.

Dalam surah Al-A’raf ayat 80 Allah berfirman.

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"

Penyebutan faahisyah pada ayat di atas oleh Allah untuk mengungkapkan keburukan perilaku mereka.

Dilansir dari kitab tafsir At-Tahrir wa At-tanwir karya Ibnu ‘Asyur, faahisyah diartikan sebagai perbuatan yang kotor dan hina.

Faahisyah juga setara dengan kabair (dosa besar), sebagaimana dalam surah An-Najm ayat 32, keduanya disebut secara bersamaan.

ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.

Sedangkan pada Ali-Imran 135, faahisyah disandingkan dengan dzalim.

....وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau medzalimi diri sendiri... dst.

Keduanya sama-sama dosa besar namun memiliki perbedaan. Faahisyah adalah dosa besar yang merugikan orang lain sedangkan dzalim adalah dosa besar yang merugikan diri sendiri.

Lalu apa bentuk pelanggaran atau perbuatan keji yang terkandung dalam faahisyah ini?

Dijelaskan pada ayat selanjutkanya,

إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ

Artinya: Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki karena syahwat, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Q.S. Al-A’raf: 81)

Dengan demikian maka jelas bahwa perilaku homoseksual yang dilakukan oleh Kaum Luth menjadi penyebab utama kedurkahaan mereka terhadap syariat hingga mengundang datangnya azab Allah.

Para pendukung homoseksual ini seringkali beralasan bahwa hukuman azab yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth adalah akibat dari perbuatan liwath yang mereka lakukan, atau sodomi.

Lalu mereka meyakini bahwa orientasi seksual penyuka sesama jenis tidak dapat dihukumi, karena syariat tidak menghukumi hal-hal yang berkaitan dengan perasaan.

Namun dari surah Al-A’raf ayat 81 kita bisa pahami bahwa tentu tidak terbatas pada liwath, ayat di atas menyebut “Mendatangi lelaki karena syahwat”.

Syahwat di sini dimaknai oleh Ibnu ‘Asyur sebagai keinginan atau hasrat pada sesuatu, artinya ini adalah sebuah kondisi jiwa yang berkaitan dengan perasaan.

Pada konteks ayat ini kaum sodom mendatangi laki-laki atau sesama jenisnya, dengan syahwat atau dengan keinginan untuk melakukan sesuatu yang pada hakikatnya dibenci dan menimbulkan rangsangan.

Dorongan ini jika tidak segera disembuhkan atau bahkan dibenarkan akan mengarah pada liwath.

Tingkat keburukan dari perbuatan kaum Sodom ini sangatlah parah, bahkan melebihi zina.

Jika zina disebut sebagai pelanggaran syariat makan perbuatan kaum Luth adalah pelanggaran syariat dan fitrah sekaligus, demikian penjelasan dari Asy-Sya’rawi.

Perbuatan kaum Sodom ini juga belum pernah dilakukan oleh kaum manapun sebelumnya. Artinya hal tersebut sudah sangat tidak wajar.

Jika Allah tidak menceritakan kisah mereka mungkin manusia normal tidak akan menyangka ada penyimpangan ini karena memang bukan sesuatu yang dianggap wajar.

Masih pada surah Al-A’raf ayat 81, Allah menyebut mereka dengan musrifun, karena apa yang mereka lakukan banyak membawa dampak kerusakan.

Para akitivis homoseksual ini berdalih bahwa apa yang mereka lakukan tidak mengganggu kehidupan orang lain. Nyatanya, beragam penyakit menular seksual menjadi beban pemerintah, masyarakat hingga para dokter yang kewalahan menanganinya.

Tidak hanya dari segi fisik, mereka juga menggaungkan kampanye penyimpangan ini sebagai usaha untuk merobohkan nilai-nilai mulia yang hidup di tengah masyarakat yang tentu berdampak pada rusaknya generasi.

Akibat dari perbuatan mereka itu akan terjadi pemutusan generasi. Dan ini bisa dikatakan sebagai salah satu akar masalah peradaban.

Bisa kita bayangkan jika generasi ini hanya dihuni oleh kaum tua dan berhenti kelahiran generasi baru akibat perbuatan mereka, maka siapa yang akan memakmurkan bumi ini, yang sejatinya menjadi tugas utama manusia?

Ini hanya sebagian kecil dari dampak kerusakan yang akan terjadi karena ulah mereka.

Lalu pada akhir surah An-Naml ayat 54 dan 55, ada dua kalimat yang menarik, keduanya tampak berlawan jika hanya dipahami secara literal.

Pada ayat 54 disebut dengan وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ (kamu melihatnya (keburukan dari perbuatan maksiat itu))

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ

Dan (ingatlah kisah) Luṭh, ketika dia berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fāḥisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)?"

Lalu pada ayat 55 disebut dengan أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (kaum yang tidak mengetahui)

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ ٱلنِّسَآءِ ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".

Seolah bertentangan, yang pertama kaum Luth mengetahui akibat dari perbuatan mereka dan yang kedua kaum Luth tidak mengetahuinya.

Namun sejatinya yang dimaksud di sini, mereka mengetahui bahwa perbuatannya menyalahi kebenaran tapi mereka masih tetap mengerjakannya.

Jadi makna tajhalun (bodoh) bukan lawan kata dari ta’lamun (mengetahui) sebaliknya mereka justru mengetahui kebenaran tapi dalam pelaksanaannya mereka melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran tersebut. Itulah makna bodoh yang sesungguhnya.

Maka hakikatnya para pelaku homoseksual ini adalah orang-orang yang tidak memedulikan pikirannya dan menentang nuraninya.

Asy-Sya'rawi mengatakan "Maka mereka lebih sulit untuk didakwahi" Ibaratnya gelas yang berisi ampas kopi, sebelum diisi dengan air bersih maka ampas kopi tersebut harus dibuang terlebih dahulu.

Untuk mendakwahi para pelaku homoseksual ini yang diperlukan adalah meluruskan cara berpikirnya yang salah barulah ditunjukkan jalan yang benar.

Pelanggaran Lain Kaum Luth: Mengadakan Perkumpulan untuk Menormalisasi Kekejian

Tidak berhenti sampai pada perilaku penyimpangan, kaum Luth bahkan melakukan pelanggaran lainnya. Mereka mengadakan sebuah perkumpulan yang berisi aktivitas dan pembicaraan yang munkar. Mujahid mengatakan bahwa akvitas dan pembicaraan tersebut berkaitan dengan perilaku homoseksual.

Di majelis ini, mereka saling membenarkan kecenderungan yang menyimpang itu, agar perilaku mereka semakin dianggap normal dan mereka mendapat dukungan satu sama lain untuk melanggengkan penyimpangannya.

أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ ٱلسَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِى نَادِيكُمُ ٱلْمُنكَرَ ۖ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِۦٓ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ ٱئْتِنَا بِعَذَابِ ٱللَّهِ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Artinya: Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".

Dakwah Nabi Luth kepada Kaumnya

Allah tidak langsung mendatangkan azab kepada mereka. Terlebih dahulu diutus Nabi Luth untuk meluruskan penyimpangan kaumnya.

Dalam surah Hud ayat 78, kita bisa melihat betapa Nabi Luth cukup sabar untuk mendidik kaumnya. Nabi Luth tidak serta merta mengancam mereka dengan azab, namun ia mengajak kaumnya untuk kembali kepada fitrah.

Ia bahkan menawarkan mereka untuk mendatangi putri-putrinya.

وَجَآءَهُۥ قَوْمُهُۥ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِن قَبْلُ كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ هَٰٓؤُلَآءِ بَنَاتِى هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِى ضَيْفِىٓ ۖ أَلَيْسَ مِنكُمْ رَجُلٌ رَّشِيدٌ

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"

Ulama tafsir menafsikan putri-putri yang dimaksud adalah masyarakatnya yang perempuan, ada pula yang mengatakan anak-anak perempuannya sendiri.

Disini Nabi Luth masih berupaya untuk menyadarkan mereka. Namun ajakan Nabi Luth ini justru direspon dengan sebaliknya, mereka mengatakan:

“Sungguh, engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu dan engkau tentu mengetahui apa yang (sebenarnya) kami inginkan.” (Hud: 79)

Bahkan kaum Sodom mengusir Nabi Luth dan pengikutnya karena menjadi bagian dari orang yang suci.

وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِۦٓ إِلَّآ أَن قَالُوٓا۟ أَخْرِجُوهُم مِّن قَرْيَتِكُمْ ۖ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ

Artinya: Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri". (Q.S. Al-A’raf: 82)

Cara perpikir kaum Sodom sudah terbalik, sesuatu yang buruk dianggap baik, dan yang baik dianggap buruk. Mereka anti dengan kenormalan.

Maka tak heran jika dakwah untuk kembali ke fitrah yang selama ini sampai kepada mereka ditanggapi dengan pengabaian bahkan cacian, karena demikianlah watak mereka sejak dahulu.

Nabi Ibrahim, paman Nabi Luth, juga tak luput ikut merespon kekejian yang mereka lakukan sebagaimana disebutkan dalam surah Hud ayat 74-76.

Terjadi perdebatan antara Nabi Ibrahmi dengan malaikat. Malaikat ingin menghancurkan kaum Luth karena pelanggaran mereka. Namun Nabi Ibrahim menginginkan agar kaum Luth tidak langsung diazab agar diberi kesempatan terlebih dahulu untuk bertaubat, ini menggambarkan kelembutan dakwah Nabi Ibrahim.

Namun saran dari Nabi Ibrahim tidak diterima oleh Allah, hingga Allah menurutkan azab kepada mereka.

_______

Penulis yang akrab dipanggil Lina ini rutin membaca artikel keislaman di republika sebagai bahan bacaan dan inspirasi. Dirinya berharap menjadi bagian dari republika.co.id.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image