Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Desi Nur Cahyasari

Al-Quran Petunjuk Hidup Bermakna

Agama | Thursday, 13 Jul 2023, 01:56 WIB

Al-Qur’an Petunjuk Hidup Bermakna

Setiap tahun ada saja aksi penistaan agama yang dilakukan. Dan anehnya, yang menjadi korban penistaan selalu agama Islam. Agama yang dipercaya sebagai rahmat seluruh alam, justru mendapat perlakuan paling tidak adil oleh penganut keyakinan lain. Hingga aksi ini disebut sebagai gerakan Islamophobia. Di beberapa Negara anti Islam, aksi Islamophobia merujuk pada diskriminasi, ketakutan dan rasa benci terhadap Islam dan umat muslim. (Sumber: cnbcindonesia.com)

Seperti yang baru saja terjadi, pembakaran Al-Qur’an dilakukan oleh Salwan Momika warga Negara Swedia. Kejadian tersebut dilakukan di depan Masjid Raya Soldermalm, Stockholm. Saat seluruh umat muslim di dunia merayakan moment lebaran hari raya Idul Adha. Salwan Momika melakukan aksinya sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan berpendapat, yang sudah diberi izin oleh kepolisian setempat. (Sumber: bbc.com)

Bagaimana Sikap Kaum Muslimin?

Bagi umat muslim, Al-Qur’an bukan sekadar tumpukan tulisan tanpa makna. Al-Qur’an adalah Kalamullah (perkataan Allah Ta’ala). Kitab suci yang akan Allah jaga selalu kemurniannya. Sehingga tidak ada keraguan sedikit pun atas kebenaran isinya. Seorang muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, maka hidupnya akan lebih bermakna dan memiliki tujuan mulia.

Namun sayang, justru di Negara mayoritas muslim seperti Indonesia masih banyak yang tidak peka terhadap penistaan ini. Malah ada seorang tokoh muslim mengatakan tidak perlu marah, akan tetapi balas tindakan Islamophobia dengan prestasi akademik atau seni. Juga menyatakan bahwa “Al-Qur'an tidak akan hilang dan tetap hidup dalam perjalanan sejarah manusia,” (Sumber: bbc.com).

Memang benar walau bentuk fisik Al-Qur’an dibakar oleh banyak orang sekalipun tidak akan hilang begitu saja di kehidupan manusia. Sejarahnya akan terus berjalan. Sebab Allah Ta’ala yang akan menjaga hingga akhir hayat (kiamat). Hal ini sesuai dalam firman Allah surat Al-hijr ayat 9:

“Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Lantas, pernyataan tersebut tidak dapat dipakai begitu saja untuk menjadi alasan umat muslim merespon dengan santai aksi penistaan tersebut. Tentu hal demikian akan menjadi ajakan yang keliru dan kesesatan dalam berpikir umat muslim yang seharusnya memiliki adab terhadap kitab-Nya.

Oleh sebab itu, benar jika sikap seorang muslim seharusnya marah jika agamanya dihina. Seperti dilakukan oleh Negara Turki, Maroko, Irak yang mengecam adanya tindak aksi penistaan ini (Sumber: voaindonesia.com). Begitu pula yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam kepada umat muslim terdahulu tentang ikhtiar (usaha) maksimal dalam menjemput kemenangan Islam. Dan tawakal sebagai pengontrolnya. Agar umat muslim senantiasa iklas karena Allah Ta’ala dalam membela agama-Nya.

Menunjukkan Pembelaan Hakiki

Rasulullah tidak pernah mengajarkan kaum muslimin untuk pasrah begitu saja. Hal tersebut diceritakan banyak pada buku-buku sirah nabawiyah. Dalam sirah tersebut, menggambarkan betapa besar usaha yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat dalam pembelaannya terhadap Islam.

Jika dibandingkan dengan usaha kaum muslim pada masa saat ini terasa sudah maksimal. Juga tidak nampak satu pemimpin Negara yang menunjukkan pembelaan hakiki. Hanya mencukupkan diri dengan mengecam tanpa tindakan nyata. Hingga menjadikan penistaan terhadap Islam masih saja terus terjadi bahkan meningkat lebih ekstrim.

Hal tersebut seharusnya membuat umat sadar, bahwa kecaman saja tidak cukup. Kondisi saat ini menunjukkan betapa jauhnya keterikatan umat muslim terhadap petunjuk hidupnya Al-Qur’an. Sehingga nilai ajarannya tidak berarti banyak, malah disepadankan dengan perihal prestasi duniawi. Padahal hakikat Al-Qur’an lebih dari itu. Al-Qur’an sebagai cahaya penerang, petunjuk aturan kehidupan seluruh manusia. Hanya saja, manusia saat ini enggan mempelajarinya.

Beginilah kondisi kaum muslimin di bawah kepemimpinan kapitalisme sekulerisme. Hidup bagaikan tanpa junnah (pembela), tanpa perisai, dan tanpa kepemimpinan yang satu. Kondisinya menjadi cerai berai, saling tidak peduli bahkan apatis terhadap agamanya. Sekulerisme telah mencampakkan aturan Allah bahkan dianggap sampah. Naudzubillah.

Berbeda pada masa kepemimpinan Rasulullah dan para sahabat dalam daulah Islamiyah terdahulu. Islam menjadikan negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab menjaga agama dan Al-Qur’an, mengajarkan kepada rakyat untuk menunjukkan pembelaannya. Kaum muslimin menjadi bangga dengan Al-Qur’an sebagai kitab sucinya.

Keyakinan Islam yang tertanam dalam jiwa mampu memancarkan semangat untuk mempelajari, mengamalkan, mendakwahkan, dan membela tatkala ada yang melecehkannya. Marah jika simbol-simbol Islam dinistakan. Inilah yang dinamakan iman. Beriman kepada kitab Allah.

Buya Hamka saja pernah bilang, “kalau agamamu dinistakan, kamu tidak marah, maka gantilah bajumu dengan kain kafan.” Sebagai penutup, agar keimanan kita senantiasa terjaga di zaman penuh fitnah ini. Wallahu a’lam bishawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image