Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Danisa Eka

Upaya Dedolarisasi BRICS

Politik | Thursday, 06 Jul 2023, 17:32 WIB

BRICS muncul pada awalnya dari sebuah pemikiran seorang ekonom inggris, Jim O’Neil untuk membentuk sebuah organisasi internasional dalam bidang keuangan. Seorang ekonom yang berasal dari Inggris, Jim O’Neill menyumbangkan pemikirannya untuk membentuk organisasi internasional dalam bidang keuangan. Jim O’Neill yang merupakan mantan ketua Bank Investment Goldman Sachs Amerika Serikat. Ia menyebutkan bahwa ke-5 negara tersebut akan menjadi negara maju yang nantinya akan menjadi saingan rezim barat yang sudah ada. Asosiasi BRIC muncul pada tahun 2001 yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China. Jumlah penduduk negara asosiasi BRIC mencapai 40% populasi dunia serta luas tanah mencapai seperempat luas tanah dunia dan tingkat perekonomian di atas rata-rata. Asosiasi ekonomi ini membawa ke-4 negara emerging economies ini mengalami kenaikan dalam pasar ekuitasnya.

Gambar 1. Bendera Negara Anggota BRICS

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah mengalami transformasi besar dalam geopolitik, ekonomi, dan organisasi serta distribusi produksi. Negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, dan Tiongkok (BRIC) telah memainkan peran penting dalam ekonomi global sebagai produsen barang dan jasa. Mereka menarik investasi besar karena memiliki pasar konsumen potensial yang besar dengan populasi yang besar. Meskipun BRIC terdaftar sebagai ekonomi yang sedang berkembang, mereka belum membentuk kesatuan perdagangan atau ekonomi terintegrasi. (Vijayakumar et al.) Perdebatan BRIC dimulai sekitar tahun 2001 ketika Jim O'Neill dari Goldman Sachs meluncurkan istilah tersebut karena ia berfokus pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Brasil, Rusia, India, dan khususnya, China dan bobot negara-negara BRIC di dunia. PDB (O'Neill, 2001). Analis tidak setuju tentang pentingnya dan masa depan pengelompokan politik BRICS. Beberapa pengamat menganggap BRICS sebagai kekuatan kolektif baru, menantang tatanan dunia yang didirikan di bawah pemerintahan Amerika Serikat (AS) setelah Perang Dunia II (Mielniczuk, 2013).Sejak 2006, BRICS secara bertahap mengembangkan proses dialog dan kerja sama di beberapa tingkatan, dimulai sebagai BRIC dan sejak 2011 sebagai BRICS (Hooijmaaijers & Keukeleire, 2016). Memperkuat dialog dan kerja sama BRICS membuat Afrika Selatan bergabung dengan kelompok politik BRICS pada tahun 2011. (Hooijmaaijers)

Keberhasilan BRICS dalam memperluas pengaruhnya melalui kerjasama multilateral dan juga dominasi nya di berbagai wilayah negara membuat mereka terus meningkatkan kinerja nya yang dapat dilihat keberhasilannya di tahun 2014 dimana BRICS membentuk sebuah lembaga keuangan internasional yaitu New Development Bank (NDB). Bank pembangunan ini yang nantinya akan membiayai seluruh proyek pembangunan dan infrastruktur berkelanjutan oleh negara anggota maupun negara-negara berkembang (GriffithJones, 2014). Bergesernya sistem kapitalisme menjadi globalisasi perdagangan bebas membuat negara didunia dipaksa untuk ikut berkontribusi dalam hubungan bilateral ini karena kebutuhan perdagangan bebas tiap negara yang nantinya akan meningkatkan karakter industri kompetitif dari masing-masing negara. BRICS merupakan negara yang dianggap mampu berpartisipasi dalam perdagangan bebas untuk memajukan tingkat perekonomiannya. Selain itu, perdagangan bebas pada era globalisasi ini membuat negara saling ketergantungan satu sama lain dan tidak hanya bergantung pada hegemoni Amerika Serikat sebelum adanya era globalisasi perdagangan bebas (Priangani, 2015, hal. 36).

Berbicara mengenai perdagangan lintas batas, negara-negara anggota BRICS juga telah menyatakan bahwa sistem perdagangan mereka akan terus berkembang dan mencetuskan rencana penggantian Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang yang digunakan untuk transaksi antar negara atau yang biasa disebut dedolarisasi. Dedolarisasi secara umum diartikan sebagai bentuk substitusi mata uang asing untuk mata uang domestik dalam sektor ekonomi (BÜYÜKAKIN et al. 105). Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh salah satu media di Rusia yang dimana anggota parlemen Rusia, Alexander Babakov menyatakan bahwa BRICS sendiri saat ini telah berupaya menciptakan media baru untuk digunakan sebagai alat pembayaran atau transaksi bilateral. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi dominasi penggunaan Dolar AS terutama untuk negara-negara anggota BRICS. Mata uang yang akan dikeluarkan oleh BRICS ini berbeda karena mata uang ini akan menjadi persatuan baru efek dari ketidakpuasan yang akan datang dan secara skala PDB, saat ini jika dilihat secara kolektif lebih besar daripada hegemon Amerika Serikat, tetapi jika seluruh kelas berat G-7 bersatu (Sullivan and Agrawal).

Proses dedolarisasi yang dilakukan oleh BRICS sudah melalui banyak pertemuan dan pertimbangan. Dimulai pada tahun 2009 sebagai tahun pertama BRICS, mereka mulai membahas kepentingan bersama dalam konteks kerjasama keuangan dan perdagangan internasional. Dari bahasan tersebutlah BRICS tertarik untuk mengurangi kerentanan mereka terhadap penggunaan Dolar AS dan BRICS berkeinginan untuk mengubah mata uang dan sistemnya secara global. Memasuki tahun 2014, BRICS menandatangani berdirinya New Development Bank (NDB) dan Contingent Reserve Arrangement (CRA). NDB sendiri memiliki fungsi dan sistem yang sama seperti Bank Dunia, dimana fungsinya untuk memfasilitasi pengumpulan kas untuk pembangunan proyek-proyek di pasar global dengan menggunakan mata uang lokal untuk seluruh kegiatan pembiayaan. Sementara itu CRA memiliki fungsi dan sistem yang sama seperti IMF namun dalam lingkup yang lebih kecil. CRA berfungsi untuk meletakkan dasar bagi ketahanan ekonomi nasional yang nantinya bisa efektif terhadap bencana pasar keuangan. Dari tahun 2009 dan 2014 sudah dapat dilihat bahwa praktek dedolarsasi yang dilakukan BRICS semakin kuat. Ditambah lagi pada tahun 2020 bahwa BRICS mengeluarkan strategi untuk kemitraan ekonomi BRICS 2025 sebagai keputusan dari masing-masing negara dengan tujuan memperkuat dan melancarkan proses dedolarisasi. Kemudian pada bulan Juni 2022 Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan bahwa saat ini BRICS sedang bekerja dan berfokus untuk menyiapkan mata uang cadangan global yang baru sebagai bentuk dedolarisasi.

Sikap BRICS untuk melakukan dolarisasi dengan strateginya bisa dikatakan cukup menarik. Karena, BRICS berinovasi untuk membuat mata uang baru dan tidak menggunakan mata uang yang sudah ada. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa BRICS berkeinginan untuk mengambil kuasa perdagangan global dengan cara menggunakan mata uang baru yang bisa mereka kenalkan pada dunia internasional di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image