Lagi-Lagi Swedia
Agama | 2023-07-04 12:39:07Pada tahun 1657, atas perintah Raja Karl X Gustav, Duta Besar Swedia ke Istanbul untuk mendapatkan dukungan dari Khalifah Utsmani. Melalui hubungan baik kedua negara ini, Swedia meminta suaka. Pada tahun 1709, tentara Swedia mengalami kekalahan telak dalam pertempuran di Poltava.
Selama lima tahun, Raja Karl XII berada di bawah perlindungan Khilafah Utsmani, sebelum kembali ke Swedia. Maka ketika Utsmani runtuh, sebagai balas budi, muslim dan yahudi yang datang migrasi ke Swedia dari Kekhilafahan Utsmani, mendapat jaminan kebebasan mempraktikkan agama mereka sejak tahun 1718.
Karenanya populasi kaum muslim pun tumbuh dan berkembang di Swedia. Tak hanya itu, hubungan antara Viking dan dunia Islam bahkan diduga kuat telah terjadi sejak abad ke 9 dan 10, melalui catatan sejarah dan penemuan koin-koin yang berasal dari dunia Islam di belahan bumi utara. Viking merupakan bangsa India-Eropa dari Skandinavia (Denmark, Norwegia, dan Swedia modern). Penemuan itu akhirnya memunculkan pertanyaan baru tentang pengaruh Islam di Skandinavia, demikian seperti ditulis oleh wartawan Tharik Hussain.
Bukti lain adanya tulisan bordir 'Allah' dan 'Ali' pada tenunan pakaian dan ruang kuburan perahu Viking. Hal ini terungkap dalam kajian yang dilakukan pakar arkeologi tekstil, Annika Larsson dari Uppsala University Swedia (Universitas tertua di Swedia). Tulisan tersebut, menggunakan huruf Arab kuno Kufic sebagaimana naskah yang pernah dikembangkan di Kufah di Irak pada abad ke-7, sebagai salah satu naskah Arab pertama yang digunakan untuk menuliskan Qur'an.
Maka jika kemudian Islamofobia masuk dalam kehidupan pemerintahan Swedia hari ini, sungguh ide ini telah membuat hubungan kedua negara ini, terburai. Tidak hanya Rasmus Paludan, kini Saiwan Momika merendahkan Islam melalui aksinya di Masjid Raya Sodermalm tepatnya di pusat kota Stockholm, saat umat muslim sedang merayakan Idul Adha, Rabu (28-6-2023).
Dunia Islam bereaksi keras. Dunia Barat yang mengemban sekularisme, pun sebagian ikut mengecam, sebagian lainnya menganggap hal tersebut adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Maka sungguh tak layak sekularisme dibiarkan meraja di kehidupan kaum muslim. Sebab di sana Allah tidak mendapat peran di dalam kehidupan sehari-hari. Padahal keterikatan terhadap hukum syara', merupakan perkara yang wajib, di dalam Islam.
Tidak cukup hanya dengan kecaman. Perlu adanya persatuan kaum muslim di seluruh dunia, menjadi ummatan waahidatan, dengan kepemimpinan yang satu. Tatkala Islam kaffah diterapkan, tidak akan terjadi lagi penghinaan terhadap Islam, sebab penguasa telah menjalankan urusan umat dan persanksian terhadap pelanggaran hukum Allah SWT, sesuai syariat. Inilah sebaik-baik pengurusan umat yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Tsumma takuunu khilaafatan a'la minhajin nubuwwah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.