Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Vivi Nurwida

Islamofobia Terus Terjadi, Butuh Solusi Hakiki!

Agama | Monday, 10 Jul 2023, 21:51 WIB

Aksi penghinaan terhadap Al-Qur’an lagi-lagi kembali terjadi. Kali ini berlangsung di tengah momen perayaan Idul Adha. Aksi tersebut dilakukan di Swedia oleh seorang pria yang berasal dari Irak, bernama Salwan Momika. Aksi ini ia lakukan dengan dalih kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Masih di negara dan tahun yang sama, sebelumnya pemerintah Swedia memberikan izin kepada penista Al Qur'an. Aksi ini dilakukan oleh Rasmus Paludan, seorang tokoh ekstrimis Anti Islam pendiri gerakan sayap kanan Denmark. Tindakan penistaan ini dilandasi kebenciannya kepada Islam sekaligus menyuarakan kebebasan berbicara.

Demokrasi dan Islamofobia

Aksi pelecehan terhadap Islam ini bukan hanya terjadi pada tahun 2023. Namun, kejadian demi kejadian, tahun berganti tahun, ada saja pihak yang dengan lantang menyuarakan kebenciannya kepada Islam. Tentu, hal ini menandakan makin meningkatnya kebencian pada ajaran Islam, islamofobia semakin akut.

Aksi pembakaran Al Qur'an di Swedia ini rupanya merupakan bagian yang telah dijamin kebebasannya dalam sistem demokrasi, yakni kebebasan berpendapat dan bertingkah laku. Bahkan, meski sempat dikritik oleh pemerintah Swedia, izin tetap dikeluarkan, sekali lagi atas nama demokrasi. Jadi, bagaimana mungkin islamophobia bisa dihilangkan, jika hak asasi manusia dijadikan asas?

Fakta pembakaran Al Qur'an yang berulang di Swedia dan dilakukan atas izin pemerintah setempat ini menunjukan betapa tingginya sistem demokrasi memberikan penghargaan pada hak asasi manusia, meskipun harus menciderai agama atau umat lain, terlebih yang selalu menjadi sasaran faktanya adalah umat Islam.

Kecaman Tak Membuahkan Hasil

Para pemimpin negara-negara Muslim di dunia, ramai-ramai melakukan kecaman atas aksi penistaan ini. Tindakan ini sudah biasa dilakukan setiap kali penistaan ini. Namun, tidak pernah ada perubahan akibat kecaman ini. Bahkan, kebencian terhadap Islam dan ajarannya terus saja terjadi. Islamofobia pun pada kenyataannya terus hakiki. Sebab, sebanyak apapun kecaman tidak menyentuh pada akar persoalan.

Bahkan, lembaga perdamaian dunia sekaliber PBB justru diam melihat aksi yang terkategori pemecah belah umat ini. Inilah ketika pemahaman demokrasi sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah mendarah daging. Yang niscaya menyebabkan dunia mengalami kebobrokan. Begitu pula kaum Muslim ketika kehilangan institusi penjaganya, yaitu Khilafah. Kaum Muslim menjadi mangsa pengusung ide batil sekularisme.

Oleh sebab itu, ajaran demokrasi yang merupakan anak dari sistem Kapitalisme-sekularisme ini memanglah jauh bertolak belakang dari ajaran Islam. Islam sendiri telah mewajibkan setiap muslim agar senantiasa terikat dengan hukum syarak. Dalam Islam, tidak ada prinsip kebebasan, termasuk menista agama baik ajaran Islam itu sendiri ataupun yang lain.

Islam Solusi Hakiki

Aksi membakar Al Qur'an dengan tujuan menghinakannya adalah dosa besar. Jika pelakunya seorang Muslim, maka dia dianggap telah kafir. Menurut Imam Syafi'i ,jika seorang kafir dzimmi maka tindakannya membuat hak perlindungan akan keamanan jiwa dan hartanya menjadi hilang dan akan dihukumi hukuman mati. Begitu pula bagi kafir yang tengah terikat perjanjian, maka aksinya menjadikan perjanjian dibatalkan dan dapat dijatuhi hukuman mati.

Sudah seharusnya negara bukan hanya mengecam tindakan penistaan semacam ini. Sudah semestinya penguasa kaum Muslim memutus hubungan diplomatik pada negara-negara kafir yang justru mendukung dan melindungi pelaku penistaan.

Dalam sejarah kekhilafahan, Khalifah Sultan Abdul Hamid II pernah mengultimatum pemerintahan Inggris dan Perancis yang kala itu hendak memberikan izin pementasan drama yang berisi penghinaan terhadap Rasulullah saw. Pemerintahan Inggris dan Perancis akhirnya ketakutan dan memilih membatalkan pementasan drama tersebut.

Sudah semestinya begitulah sikap para pemimpin Dunia Islam. Tegas dalam membela Islam, hingga tidak ada satu pihak pun yang berani menistakan agama Islam yang mulia ini. Karena seorang imam sudah semestinya layaknya perisai. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah Saw.:

Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya. (HR Al Bukhari dan Muslim).

Inilah solusi hakiki bagi islamofobia yang terus merebak di dunia, sudah semestinya kita memperjuangkan institusi yang akan melindungi umat Islam dan ajarannya dari segala tindak penistaan, tidak lain dan tidak bukan adalah institusi Khilafah.

Wallahu a'lam bisshowab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image