Impor Beras karena El Nino, Sudah Tepatkah?
Info Terkini | 2023-07-03 01:16:46
Tahun ini pemerintah berencana untuk impor beras sebanyak 3 juta ton sebagai bentuk antisipasi El Nino. El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Hal ini mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Sehingga memicu terjadinya kondisi kekeringan di Indonesia secara umum dalam jangka waktu panjang.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa Indonesia sudah teken kontrak impor beras dengan India sebanyak satu juta ton. Kontrak tersebut untuk mengunci harga beras yang bisa dipesan Indonesia jika membutuhkan impor. Impor tersebut di luar rencana impor beras sebanyak 2 juta ton yang telah direncanakan sebelumnya. Saat ini, impor beras Bulog tersebut sudah terealisasi 415 ribu ton.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dinilai tanpa perencanaan yang matang. Hal ini dikarenakan El Nino telah diprediksi setahun sebelumnya. Pemerintah lewat Bulog harusnya melakukan peningkatan pengadaan beras untuk stok dalam negeri sejak tahun lalu. Penambahan produksi lewat mekanisme peningkatan kualitas benih dan bantuan pupuk kepada petani seharusnya menjadi antisipasi awal yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi badai El Nino. Namun sayangnya tidak dilakukan dan lebih memilih kebijakan Impor.
Selain itu kebijakan impor beras jelas merugikan para petani. Hal ini dikarenakan kebijakan tersebut dilakukan saat panen raya yang berpotensi mengganggu harga gabah di tingkat petani. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kebijakan impor bisa menjaga keamanan pangan dalam jangka pendek. Namun merugikan dalam jangka panjang bagi para petani.
Lebih jauh, kebijakan impor beras bisa mematikan minat petani untuk tetap menanam padi. Banyak petani yang kapok menanam padi lantaran tidak mendapat buah dari hasil jerih payah mereka. Harga beras anjlok dipasaran. Bukan untung malah bahkan meninggalkan hutang. Jika pemerintah membiarkan masalah ini terus berlarut-larut, bukan tidak mungkin para petani akan keluar dan mencari mata pencaharian lain yang justru akan semakin membahayakan ketahanan pangan dalam negeri. Generasi muda pun enggan melirik pekerjaan menjadi petani karena menilai tidak memberikan kesejahteraan.
Islam Terbaik dalam Mengurus Umat
Berbeda halnya dalam Islam, syariat menjadikan periayahan atau pengurusan umat menjadi hal pokok yang wajib di tunaikan oleh negara. Oleh karenanya penetapan kebijakan tidak boleh tanpa perencanaan yang matang. Segala pertimbangan akan dilakukan sebelum mengambil kebijakan. Apalagi jika terkait kemaslahatan umat.
Dalam Islam, tidak boleh ada kebijakan yang mencederai dan merugikan umat. Justru kebijakan harus berpihak dan memudahkan hidup rakyat. Sehingga sekalipun ada hal yang diluar prediksi seperti El Nino bisa disikapi dengan antisipasi yang tidak merugikan masyarakat dalam hal ini petani.
Terkait pandangan Islam tentang kebijakan impor, hal ini hanya akan dilakukan oleh khalifah dalam kondisi terdesak. Tidak ada impor selama kebutuhan masyarakat masih dapat dipenuhi oleh hasil pangan dalam negeri. Hal ini pun di korelasikan dengan kebijakan-kebijakan lain yang mana kebijakan tersebut bersinergi untuk mewujudkan ketahanan pangan negara, yaitu dengan kebijakan intensifitas pertanian. Dalam hal ini yaitu meningkatkan produktivitas lahan yang sudah ada sehingga jelas akan meningkatkan produksi beras nasional sehingga kuota dalam negeri akan terpenuhi tanpa harus mengimpor.
Selain itu yang tak kalah penting adalah penyebarluasan teknologi, membantu pengadaan pupuk dan bibit dengan harga terjangkau, dan peningkatan sarana produksi lainnya untuk para petani. Sehingga beras yang dihasilkan adalah beras dengan kualitas terbaik. Penyerapan beras petani oleh instansi terkait pun dilakukan dengan mekanisme yang menguntungkan para petani sehingga kerja keras para petani terbayar dengan keuntungan sepadan yang dihasilkan.
Beras merupakan kebutuhan pokok yang sangat vital, sekalipun ada barang subtitusinya. Oleh karenanya, negara wajib menjamin ketersediaannya dalam kondisi apapun. Ketahanan pangan adalah hal yang penting sehingga negara tidak boleh bergantung pada negara lain. Bahkan berbahaya karena dapat menjerat kemandirian negara sehingga mudah untuk di setir oleh negara lain. Impor bukanlah jalan satu-satunya dalam Islam justru ini adalah jalan terakhir yang dilakukan oleh khalifah ketika semua kebijakan telah dilakukan dengan maksimal. Wallahu a'lam bishawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.