Bahaya Ghibah Sangat Mengerikan!
Agama | 2023-06-26 19:11:56BAHAYA GHIBAH
Bismillahirrahmanirrohiim
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, don janganlab kamu mencari-cari kesalahan orang lain. (QS. Al Hujurat: 12)
Kita Juga harus menyadari, bahwa tidak ada yang bisa mendapatkan rahmat kecuali orang-orang yang bertakwa. Tidaklah, mendapatkan pahala kecuali orang-orang yang berada di atas ketakwaan.
Nasihat untuk bertakwa ini sangatlah banyak. Akan tetapi betapa disesalkan, karena yang melaksanakannya ternyata sangat sedikit. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa.
ISLAM AGAMA SEMPURNA
Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak bicara akal,hati perasaan dan jiwa, akhlak dan pendidikan. Agama yang mulia ini menggariskan adanya peraturan-peraturan agar seorang muslim dapat memiliki hati yang selamat, perasaan yang bersih
menjaga kehormatan lisan, dan menjaga rahasia pribadinya, serta dapat berakhlak mulia terhadap Rabb-nya, dirinya dan seluruh manusia.
Pesan al Qur'an pada muqodimah diatas, merupakan jawaban atas fenomena yang kita lihat saat ini. Yakni, agar kita terhindar dari perbuatan ghibah (menggunjing), mencari-cari kesalahan orang lain. Karena menggunjing ini dapat menyebabkan terlanggarnya kehormatan, keselamatan hati dan ketenangan di masyarakat. Perbuatan menggunjing, merupakan salah satu dosa besar yang membinasakan, merusak agama para pelakunya, baik sebagai pelaku ataupun orang yang rela ketika mendengarkannya.Allah berfirman di dalam al Qur'an: Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat: 12).
MAKNA GHIBAH
Menggunjing orang lain, tidak lepas dan salah satu dari tiga istilah, yang semuanya disebutkan al Quran. Yaitu: ghibah, ifku dan buhtan.
Apabila yang Anda sebutkan tentang saudara Anda itu ada padanya, maka inilah ghibah. Apabila Anda menyampaikan semua yang Anda dengar, maka ini adalah ifku. Dan apabila yang Anda sebutkan tidak ada pada diri saudaramu, maka ini adalah buhtan.
Ghibah (menggunjing) adalah, setiap yang dapat dipahami dengan maksud penghinaan, baik berupa perkataan, isyarat atau tulisan. Ghibah ini, juga bisa berupa penghinaan terhadap seseorang tentang agama, kondisi fisik, akhlak, harta dan keturunannya. Barangsiapa yang mencela ciptaan Allah, berarti ia telah mencela penciptanya. Nabi telah menyeru pelaku perbuatan ini dengan sabdanya: Wahai orang- orang yang beriman dengan lisannya, namun keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! Janganlah kalian mengghibah (menggunjing) kaum Muslimin. Jangan pula mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka, (maka) Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membeberkan aibnya, meskipun dia didalam rumahnya.
MEMAKAN BANGKAI SAUDARANYA
Tentang bahaya menggunjing ini, al Hasan berkata: "Ghibah demi Allah, lebih cepat merusakkan agama seseorang daripada ulat yang memakan tubuh mayit". Maka sungguh aneh, jika ada orang yang mengaku sebagai lahlul haq dan ahlul iman, ternyata la melakukan perbuatan ghibah(menggunjing), sedangkan dia mengetahui akibat buruk perbuatan tersebut. Firman Allah Ta'ala mengingatkan: "..Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? (QS Al Hujarat:12).
Seburuk-buruk ghibah, yaitu menggunjing para pemimpin, para ulama, orang-orang berkedudukan, orang-orang shalih, dan orang yang mengajak berbuat adil. Pelaku ghibah ini telah mencabik-cabik kehormatan orang-orang terpandang yang memiliki kedudukan. Pelaku ghibah ini juga merendahkan kedudukan kewibawaan mereka, menghilangkan kepercayaan terhadap mereka, mencela perbuatan dan usaha mereka, dan meragukan kemampuan mereka.
Bayangkan, tidak disebut seorang yang mulia di hadapannya, kecuali direndahkannya. Tidaklah muncul seorang yang mulia, kecuali dicelanya. Tidak pula orang shalih, kecuali dia akan menuduhnya. Pelaku ghibah ini, senang menuduh orang-orang terpercaya, menggunjing orang-orang shalih. Pelaku ghibah menanamkan permusuhan dan membingungkan orang-orang kebanyakan, memutuskan silaturahmi dan memecah persatuan.
Allahu Akbar! Apakah seorang muslim layak bersikap demikian kepada saudaranya?
Wahai pelaku ghibah! Setiap orang pasti dicintai dan dibenci, diridhai dan dimarahi, disukai dan dimusuhi. Orang yang berakal, dalam mencintai kekasihnya, ia tidak akan berbuat secara berlebihan; sebab, mungkin suatu hari orang yang dikasihinya tersebut akan dibencinya. Sebaliknya, manakala seorang muslim harus membenci, maka dia pun bersikap sewajarnya; sebab mungkin suatu hari orang yang dibencinya akan menjadi kekasihnya. Oleh karena itu, jadilah orang yang selalu menegakkan kebenaran dan bersikap adil. Jangan sampai ketidak-sukaan membuatmu bersikap zhalim. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (QS al Maidah: 8).
Wahai saudara-saudaraku seiman,
Jika dikatakan kepada Anda : "Fulan telah meggunjingmu. sampai kami merasa kasihan kepadamu". Maka jawablah dengan perkataan : "Seharusnya, dialah yang patut engkau kasihani".
Bertakwalah kita kepada Allah. Sungguh beruntung orang yang bisa menahan diri, tidak berlebihan dalam berbicara. Sungguh beruntung orang yang bisa menguasai lisannya. Sungguh beruntung orang yang terhindar dan menggunjing orang lain, karena ia mengetahui yang ada pada dirinya. Sungguh beruntung orang yang berpegang dengan petunjuk al Qur'an, kemudian menghadap Allah dengan hati yang khusyu', lisan yang jujur, dan ikhlas mencintai saudaranya. Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dan kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang- orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.(QS. al Hasyr:10).
MENDENGARKAN GHIBAH SAMA DOSANYA SEPERTI PELAKUNYA.
Kami mengingatkan kembali, hendaklah kita jauhi perbuatan ghibah atau menggunjing orang lain. Ketahuilah, orang yang mendengarkan ghibah, ia mendapatkan dosa yang sama seperti pelakunya. Sehingga orang yang mendengarkan ghibah tidak selamat dan dosa, kecuali jika ia mengingkari dengan lisannya, atau dengan hatinya. Apabila bisa, hendaklah ia tinggalkan majelis atau tempat tersebut, atau memutusnya dengan mengalihkan kepada pembicaraan yang lain. Karena, orang yang diam ketika mendengar ghibah, maka ia termasuk bergabung dengan pelakunya. Ibnu Mubarak mengingatkan: "Pergilah dari orang yang menggunjing, sebagaimana engkau lari dan kejaran singa".
Barangsiapa yang berkata tentang seorang mu'min yang tidak ada padanya (maka) Allah akan menempatkannya pada lumpur api Neraka, sampai dia keluar dari apa yang dia ucapkan.
Barangsiapa berbuat kezhaliman terhadap saudaranya (orang lain), hendaklah dia meminta maaf atas kezhalimannya. Karena (pada hari Kiamat), di sana tidak ada dinar (dan) tidak pula dirham sebagai penebusnya, sebelum diambil kebaikan dan dirinya untuk saudaranya tersebut Apabila dia tidak memiliki kebaikan, maka diambillah kejelekan saudaranya tersebut dan dilimpahkan kepadanya.?
JANGAN SIBUK MENCARI AIB ORANG LAIN
Setiap orang memiliki cacat dan aib, kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kita jangan merasa mengetahui apa yang tidak diketahui orang lain. Daripada mengurusi aib orang lain, mengapa kita tidak menyibukkan diri dengan aib sendiri? Jagalah hak dan kehormatan saudaramu! Dalam sebuah hadits dinyatakan: “Barangsiapa yang membela daging (kehormatan) Saudaranya dari ghibah maka menjadi hak Allah untuk membebaskannya dan api Neraka”. (Abu Abdillah)
Lembaran Da'wah
USWATUN HASANAH Dari Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta
No. 1564/ Thn. XXX/ Jumat II, 1 Shafar 1440 H/ 12 Oktober 2018 M
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.