Gas Elpiji Langka Lagi, Salah Siapa?
Info Terkini | 2023-06-26 05:23:44Entahlah, siapa yang salah jika bicara perihal langkanya kebutuhan pokok rakyat. Pasalnya ketika masyarakat mengeluh, pihak yang terkait seakan saling lempar tanggung jawab. Apalagi gas elpiji seringkali mengalami kelangkaan dan mahal. Masyarakat kerap dibuat resah karena hal tersebut. Seperti yang dirasakan oleh warga Samarinda Kaltim dalam sebulan terakhir. Jikalau elpiji ditemukan, harganya pun melonjak naik menjadi Rp 30 ribu per tabungnya.
Namun anehnya, PT Pertamina membantah adanya pengurangan kuota yang menyebabkan kelangkaan. Hal ini disampaikan oleh Arya Yusa Dwicandra, Area Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan. Menurut beliau, perusahaan telah menyalurkan kuota gas elpiji sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk wilayah Kalimantan, khususnya Kota Samarinda.
PT Pertamina Patra Niaga pun memastikan kuota gas elpiji tersebut tetap tersalurkan kepada seluruh warga. Terutama pada mereka yang tidak mampu atau berhak mendapatkan subsidi elpiji 3 kilogram. Meskipun kuota di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) sudah terpenuhi, penyaluran yang dilakukan pada bulan Mei ini telah melebihi kuota sebesar 8 persen. Dari total kuota sekitar 36,9 juta tabung, sekitar 17,3 juta tabung telah tersalurkan di wilayah Kaltim. Seharusnya, pada bulan Mei 2023, yang disalurkan di wilayah Kaltim hanya sekitar 16 juta tabung.
Komentar pemakluman akan kelangkaan disampaikan oleh Wali Kota Samarinda Andi Harun. Beliau mengatakan, kelangkaan gas elpiji bersubsidi bukan hanya terjadi di Kota Samarinda saja, melainkan seluruh Indonesia. Menurut beliau, Pemkot Samarinda sudah berkomunikasi dengan pihak Pertamina untuk dapat segera mengatasi persoalan tersebut untuk mencegah terjadinya inflasi.
Lantas apa yang menyebabkan gas elpiji subsidi menjadi langka? Padahal Indonesia termasuk negeri kaya akan SDAE. Namun sering kali mengalami kelangkaan elpiji 3 kg. Bagaimana Islam mengelola SDAE dan mengantisipasi kelangkaan?
Negara Abai Penuhi Kebutuhan Rakyat
Tidak tepat sasaran kerap dijadikan alasan oleh pemerintah jika terjadi kelangkaan pasokan gas elpiji. Seolah-olah selain rakyat miskin dilarang memakai elpiji 3 kg. Terlebih di tengah kehidupan yang kian sulit dan harga elpiji non subsidi terus naik apakah salah jika rakyat beralih pada elpiji subsidi 3 kg?
Adanya kelangkaan dan mahalnya elpiji 3 kg membuktikan bahwa negara abai memenuhi kebutuhan pokok rakyat di sektor energi. Salah sasaran selalu dijadikan kambing hitam tanpa melakukan antisipasi untuk atasi kelangkaan. 1001 alasan tentunya tak bisa dibenarkan sebab ini menyangkut hajat hidup rakyat.
Sayangnya, di tengah problem kelangkaan solusinya adalah impor gas. Padahal negeri ini kaya akan SDAEdan termasuk penghasil gas terbesar. Miris tentunya, negeri ini justru mengalami kelangkaan gas dan harus merogoh kocek lebih dalam alias mahal.
Tak bisa dipungkiri, problem tersebut terjadi akibat penerapan sistem kapitalis dalam tata kelola SDAE. Sistem kapitalis menjadikan SDAE sebagai komiditas dan dikomersialisasi dari hulu sampai hilir. Dengan dalih elpiji subsidi khusus untuk masyarakat yang lebih mampu secara ekonomi. PT Pertamina Patra Niaga menyediakan alternatif lain seperti Bright Gas atau gas elpiji non-subsidi dengan ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram.
Terlebih, problem kelangkaan suatu keniscayaan dalam sistem kapitalis. Pasalnya negara tidak memastikan langsung gas elpiji terdistribusi secara merata. Negara menyerahkan pengelolaannya dan distribusinya pada swasta. Ataupun terjadi penimbunan oleh kartel-kartel. Ini makin membuktikan negara abai dalam memenuhi kebutuhan rakyat akan gas.
Negara Wajib Penuhi Kebutuhan Rakyat
Islam memandang SDAE termasuk dalam kepemilikan umum sehingga haram dimiliki oleh swasta dan asing. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW " Kaum muslimin berserikat pada tiga hal yakni: air, api dan padang gembala.". (HR. Abu Dawud). Api yang dimaksud dalam hadis ini adalah sumber energi termasuk gas.
Gas elpiji adalah kebutuhan pokok rakyat, negara semestinya memudahkan rakyat untuk mengaksesnya. Kelangkaan kebutuhan pokok bukanlah kewajaran yang harus dimaklumi namun masalah yang harus diselesaikan. Elpiji yang murah bahkan gratis adalah hak seluruh rakyat baik kaya maupun miskin.
Pemerataan distribusi harus dikontrol oleh negara secara langsung. Jika pasokan kurang maka negara wajib mengambil dari wilayah negeri muslim yang lain penghasil gas. Indonesia negeri yang Allah limpahkan berbagai macam kekayaan alam termasuk gas. Jika dikelola dengan baik sesuai dengan syariat Islam pasti cukup dan bisa diberikan gratis pada rakyat.
Pemimpin dalam Islam sadar betul akan amanahnya mengurusi rakyat di hadapan Allah kelak dimintai pertanggungjawaban. Sehingga Ia pun takut jika lalai atau sengaja mengabaikan urusan rakyatnya. Hendaklah seorang pemimpin ingat akan hadis Rasulullah SAW "Setiap dari kalian adalah Ra'in (pemimpin) dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban." Wallahu A'lam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.