Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Bangun Ya Haji, Bangun!

Agama | Wednesday, 21 Jun 2023, 20:33 WIB

Makkah, Selasa, 20 Juni 2023 atau bertepatan dengan 2 Dzulhijjah 1444 H. Masjidil Haram lebih padat dibanding beberapa hari yang telah lewat. Salat dhuhur baru saja usai. Karena datang sejak pagi dari hotel, maka usai dhuhur saya berniat menaruh punggung alias tidur-tiduran sebentar di karpet hijau lantai satu masjid dekat area sa'i. Di arah depan agak ke atas dari kami duduk, skuter demi skuter orang sai berseliweran. Ya, memang disediakan skuter -mirip bom bom car di Sidoarjo tapi agak tinggi- bagi orang yang berhalangan untuk sai dengan berjalan kaki atau kursi roda. Ada biaya yang harus dibayar tentunya.

Nah, berarti tempat duduk atau ruang salat kami tidak jauh dari bukit Marwa, garis finish ibadah sa'i. Setelah salat duhur, agenda dilanjutkan dengan salat jenazah dan sunah bakdiyah.

Suasana meriahnya jamaah salat di Masjidil Haram dilihat dari lantai mezzanine. (Foto: Joko Susanto)

Sebagian jamaah berangsur-angsur beringsut keluar, meninggalkan ruang salat. Namun yang tidak beranjak pun jumlahnya jauh lebih banyak. Mereka sekalian menunggu waktu asar, termasuk saya. Mau keluar pun pikir-pikir karena cuaca cukup panas. Lebih dari 43 derajat Celcius.

Jamaah di sekitar saya, orang Mesir, Sudan, dan Afrika lainnya sudah mulai tidur-tiduran. Lumayan, ada temannya, batinku. Beberapa menit kemudian. Saya pun ikut 'leyeh-leyeh.' Azan asar pukul 15.44 WAS sedangkan duhur tadi 12.20. Ada waktu lumayanlah. Mau istirahat sebentar ah, batinku. Saya tiduran dengan posisi kedua kaki menekuk. Maklum, banyak yang tiduran dan ruangan padat jamaah.

Apa boleh dikata, baru sekitar lima menit punggungku menikmati karpet hijau Masjidil haram, pundak kiri saya ditepuk-tepuk orang berjubah putih, ternyata orang dari Mesir yang ada di kanan saya. Dia bilang sesuatu, tetapi saya tidak paham maksudnya apa. Kadang menyesal juga saya, belum memahami bahasa Arab.

Dari tangannya yang menunjuk-nunjuk ke arah belakang, saya baru mengerti maksudnya. Di dua shaf belakang saya, ada dua petugas berseragam tentara yang membangunkan orang-orang yang sedang tiduran. Qum! Qum! Yaa Hajj. Begitu setengah teriaknya. Razia orang tidur. Beberapa menit kemudian pun melintas di dekat saya dan menepuk-nepuk badan orang Nigeria yang masih tidur-tiduran di kiri saya.

"Qum, qum!" Begitu perintah tentara itu sambil terus berkeiling. Bangun, bangun, begitu mungkin maksudnya.

Setelah kami duduk, shaf salat kembali tertata. Agenda rutin menunggu waktu salat pun dilanjutkan. Dengan kepadatan yang terus bertambah, di balik keutamaan pahala salat dibanding di masjid lain, jamaah haji memang harus pandai-pandai mengatur dan mengukur kekuatannya masing-masing.

Apalagi puncak ibadah haji masih kurang beberapa hari lagi. Benar kata pembimbing, sekian puluh persen ibadah haji berupa aktifitas fisik. Mudah-mudahan calon jamaah haji selalu diberikan kesehatan dengan ikhtiarnya masing-masing, termasuk meluruskan punggung sebentar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image