Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image muhammad jaelani

Keindahan dan Penderitaan dalam Himpitan Takdir Novel Sayap Sayap Patah

Lainnnya | Monday, 19 Jun 2023, 16:53 WIB

Buku ini biasanya ditulis sebagai orang pertama, dengan Gibran sendiri yang menceritakan kisah tentang berkah yang dia terima dan pahitnya cinta. Dia dipaksa menikah dengan orang yang lebih tinggi dari wanita yang dicintainya. Selma Karamy adalah nama pacarnya yang notabene adalah anak dari teman dekat ayahnya saat masih kecil. Selma dibesarkan tanpa seorang ibu dan memuja ayahnya yang kaya dan terpelajar. Sayangnya, kekuatan umat beragama dengan motif material dan posisi menghalangi rasa cinta dan kasih sayang ini untuk bertahan lama.

Saat Gibran pergi ke rumah Selma untuk menemui Farris Effand, ayahnya, Gibran jatuh cinta pada pacarnya. Gibran diminta untuk mengingat cerita masa kecil Farris tentang ayahnya karena ia adalah anak dari seorang teman dekat. Gibran sangat mencintai Selma sehingga dia sering pergi ke rumah Farris untuk berbicara dengannya. Ternyata Selma juga memuja Gibran. Ketika ayahnya menemukan hubungan itu dan menerimanya, itu menjadi semakin menarik. Mereka menghabiskan waktu bersama dan mengalami perasaan cinta dan kasih sayang sebagai hasilnya. Saat pendeta datang untuk melamar keponakannya Selma, terjadilah badai. Keponakannya tidak menanggapi lamaran itu dengan cinta dan kasih sayang sejati. Namun, ada upaya untuk memisahkan Selma dari ayahnya.

Saya merasa simpati dan iba atas hubungan Elma dengan keponakan pendeta tersebut karena pendirian yang saat itu dianggap berwibawa digunakan untuk tindakan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Farris mengabulkan permintaan tersebut, meskipun dengan penyesalan yang mendalam. Kekaguman Gibran dan Selma tak berhenti sampai di situ. Meskipun Selma menikah dengan keponakan pendeta, mereka sering bertemu di kuil tua dengan representasi Ishtar dan Kristus, mantan dewi kasih sayang dan sekarang teman yang membutuhkan.

Selma akhirnya mengambil keputusan untuk putus dengan Gibran suatu hari nanti. Selma membuat keputusan penting ini untuk menyelamatkan Gibra dari penderitaan lebih lanjut akibat penyakitnya yang berkepanjangan. Setelah meyakinkan Selma untuk melarikan diri, Gibran setuju dengan keputusan kekasihnya.

karena Selma tidak bisa terbang karena sayapnya patah. Diyakini bahwa Selma meninggal tak lama setelah melahirkan anaknya, yang konon hanya hidup sesaat antara senja dan fajar. Gibran pun membawa jenazahnya ke tempat ia meninggal. Jadi, penderitaan Gibran sudah berakhir. Walaupun penulis menggunakan bahasa yang sulit dipahami, cerita dalam buku ini sangat menarik dan mampu membuat pembacanya menangis. seorang wanita tak berdaya yang tidak bisa membela diri atau bersatu kembali dengan orang yang dicintainya. Dalam The Wing of Broken Wings karya Gibran, Kahlil adalah seorang idiot meski menikah dengan pria yang tidak mencintainya. Cinta adalah kematian dan tidak dapat diintegrasikan. Dalam novel ini, pembaca didekati untuk membayangkan dan menyelidiki bagaimana cerita ini bisa terjadi sehingga pembaca dapat menemukan cerita pertama yang diceritakan.

Novel ini memiliki plot yang menarik yang membuat pembaca tertarik dan ingin mendapatkan lebih banyak informasi di setiap halaman. Karena penulis tampaknya menceritakan pengalaman pribadinya sendiri dalam novel ini, plot yang kompleks dan sudut pandang orang pertama dari sudut pandang protagonis digunakan dalam karya ini. Lagu-lagu novel ini naratif dan deskriptif, dan menampilkan dialog antar karakter yang menonjol dalam cerita. Novel ini menawarkan perspektif yang segar berbeda dengan kisah cinta Arab serupa seperti Nizami Laila dan Majnun. Merenggut cinta sang kekasih adalah isu dalam Broken Wings karya Kahlil Gibran, sedangkan isu dalam Laila Majnun adalah keluarga sang kekasih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image