Potret Bandung dan Tantangannya di Masa Kini
Gaya Hidup | 2023-06-19 11:04:09Kota Bandung tak hanya menyajikan hal tersebut. Haryoto Kunto dalam bukunya, “Semerbak Bunga di Bandung Raya” menyimpulkan bahwa Kota Bandung memiliki pemandangan yang indah, makanan yang sangat menggugah selera, suhu udara yang hawa dingin, Kota Bandung memiliki daya tarik yang sangat melimpah bagi masyarakat dan berpotensi menarik wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang melimpah jumlahnya.
Dalam berbagai postingan di media sosial, baik format video maupun foto, Kota Bandung kerap tersorot sebagai kota yang asri, kuliner yang beragam, destinasi utama untuk bekerja dan berkuliah, serta keasrian udaranya. Berbagai reaksi positif dari warganet pun menghiasi konten yang menyorot Kota Bandung ini, terlihat dari komentar yang berharap dapat mengunjungi, bersekolah, dan menetap di Kota Kembang.
Terlihat konten yang menampilkan aneka penjaja kuliner di Kawasan Kuliner Sudirman (Sudirman Street Food) dan sekitar Kawasan Lengkong, sebagian besar warganet tergiur dengan kuliner-kuliner yang tersedia mulai pukul 6 sore tersebut. Tak ayal, jika kita melewati kawasan tersebut mulai sore selalu dipadati oleh para pemburu kuliner dan pecinta angkringan di Kota Kembang ini.
Kesejukan udara di kota kembang ini pun dapat dirasakan secara langsung, beberapa hari terakhir hujan terus menerus turun di Kota Bandung. Baik di waktu sore maupun malam hari, terutama pada malam hari hujan turun, keesokan paginya suasana dingin dan kabut cukup menghiasi beberapa titik terutama di dataran tinggi seperti Lembang dan Dago, dinginnya udara pun mengundang selera untuk menyantap gorengan di pagi hari.
Di sekitar kota ini pun sebagian besar warganya masih menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa penutur sehari-hari, baik kawula muda hingga orang yang berusia senja Bahasa Sunda menjadi bahasa penutur yang digunakan untuk berkomunikasi, walau sebagian menggunakan bahasa loma (akrab) dan bahasa kasar. Namun, tak jarang yang menggunakan bahasa lemes (halus) untuk berkomunikasi satu sama lain.
Kota Bandung juga dikenal sebagai kota yang inovatif dan kreatif. Sebut saja program Bandung Creative City Forum (BCCF) dan Bandung Innovation City (BIC), Kota Bandung mendukung pertumbuhan industri kreatif, teknologi, dan start-up. Kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan komunitas kreatif menjadi kunci kesuksesan dalam menciptakan ekosistem yang mendukung kreativitas dan inovasi.
Dilansir dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham, Bandung mendorong pembangunan kreativitas yang merupakan 56% aktivitas ekonomi Bandung yang berkaitan dengan desain, industri fashion, desain grafis dan media digital sebagai 3 subsektor teratas dari ekonomi kreatif lokal. Dengan berbagai pembangunan tersebut, menjadikan Bandung sebagai kota yang potensial dalam ekonomi kreatif.
Kota Bandung memiliki estetika kota yang begitu indah, asri, dan sejuk. Kota Bandung menjadi destinasi utama untuk belajar dan berbelanja. Berbagai postingan di media sosial yang menampilkan Kota Bandung sebagai kota yang kaya akan pariwisata, tempat yang cocok untuk berwisata. Namun sayangnya, di balik keindahan serta keestetikaan Bandung, terdapat ancaman yang cukup serius.
Saat ini, Pemerintah Kota Bandung sedang mengupayakan TPA Sarimukti sebagai tempat pembuangan sampah agar dapat menampung berbagai sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Bandung. Permasalahan sampah menjadi tantangan dalam perawatan lingkungan akhir-akhir ini belum lagi ditambah masih minimnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dengan baik.
Pertumbuhan yang pesat juga membawa tantangan tersendiri bagi Kota Bandung. Meningkatnya populasi secara drastis serta perkembangan infrastruktur memicu masalah seperti kepadatan penduduk, dan penurunan kualitas lingkungan. Kepadatan penduduk yang terus membludak seiring waktu dapat mengganggu kelestarian lingkungan, minimnya Ruang Terbuka Hijau, dan kemacetan yang tak terhindarkan setiap harinya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, Kota Bandung memiliki luas wilayah 167,67 km persegi dengan jumlah penduduk sebanyak 2,50 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk per tahun mencapai 0,47 persen, dengan jumlah yang meningkat tersebut, tingkat kepadatan penduduk yang mencapai 14.932 jiwa/km. Dengan jumlah penduduk yang meningkat, dapat mengganggu penyesuaian tata ruang Kota Bandung.
BPS pun menyatakan, dari total 2,50 juta jiwa sejumlah 1,11 juta orang bekerja dan 237,26 ribu orang bersekolah pada tahun 2018. Dari data tersebut, dapat diperhatikan sebanyak 53,7 persen penduduk Kota Bandung bermobilisasi pada hari kerja baik untuk bekerja maupun bersekolah. Belum lagi tambahan penduduk pada wilayah penyangga kota Bandung yang bermobilisasi untuk berwisata di akhir pekan dan saat-saat tertentu.
Pemerintah Kota Bandung perlu berupaya mengatasi tantangan ini dengan melakukan tata ruang dengan melibatkan ahli lingkungan, mengembangkan transportasi publik yang lebih efisien dan teratur, merencanakan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, dan perlu melibatkan peran pakar, tokoh masyarakat, serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Tata ruang Kota Bandung pun belakangan ini bermasalah, saat hujan terus menerus mengguyur Kota Bandung sejumlah titik terjadi kebanjiran dan menyebar ke titik lainnya, padahal sebelumnya titik tersebut tidak digenangi banjir yang menyebabkan arus lalu lintas bermasalah. Sebut saja daerah sekitar Pelajar Pejuang dan Leuwipanjang yang tergenang banjir beberapa waktu yang lalu karena drainase yang terganggu.
Dengan berbagai tantangan tersebut, Kota Bandung perlu bergerak menuju momentum pertumbuhan dan kemajuan, beberapa tantangan tersebut jika diatasi dengan tepat dapat menjadikan Kota Bandung sebagai kota yang humanis, ramah bagi semua kalangan, serta berkelanjutan dalam program melestarikan lingkungan dan kearifan lokal. Namun jika sebaliknya, tantangan tersebut akan menjadi bencana bersama dan berpotensi menggerus Kota Bandung sebagai kota yang asri dan kaya akan potensi pariwisata.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.