Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Noviana Popi

Pemilu 2024: Panggung Kembalinya Para Propagandis Politik

Politik | Monday, 19 Jun 2023, 10:15 WIB

Menjelang Pemilu 2024 aktivitas politik di dunia digital kian meningkat. Tantangan di era digitalisasi menuntut untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam menghadapi persaingan elektoral jelang pemilu 2024. Perkembangan teknologi ke arah serba digital yang semakin pesat menjadikan umat manusia secara umum memiliki gaya hidup baru, yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat digital berbasis teknologi.

Teknologi menjadi alat yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia dan dapat digunakan untuk mempermudah melakukan tugas ataupun pekerjaan. Peran penting teknologi inilah yang membawa peradaban manusia memasuki era digital.

Termasuk dalam menghadapi tahun pemilu 2024, Disrupsi politik dalam ruang digital menjadi dapat menjadi tantangan maupun kekuatan. Secara teoritis partai politik memiliki fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat dan menghimpun kepentingan publik. Fungsi tersebut lebih banyak dikendalikan oleh para oligarki. Hal tersebut perlu diantisipasi masyarakat dalam merespon tren disrupsi maupun demokratisasi digital.

Dengan adanya disrupsi politik dalam ruang digital, berpotensi menjadi ajang kembalinya para propagandis politik (buzzer). Alih-alih berkedok kebebebasan berpendapat, para buzzer justru menyebarkan Hoaks yang memecah belah masyarakat.

Sosial media berpotensi menjadi sarana penyebaran Hoaks. Hoaks di era digitalisasi tidak akan berkurang tetapi kemungkinan persebaran atau perang hoaks akan terus berlanjut hingga ajang pemilu yang akan datang. Berita hoaks ini akan semakin ramai selama ada perebutan singgasana kekuasaan. Hal yang demikian menjadi pemicu dan merusak kerukunan masyarakat Indonesia.

Menurut Silverman (Juditha, 2018) hoaks diciptakan untuk menarik harapan dan ketakutan masyarakat yang tidak dibatasi oleh kenyataan yang sesungguhnya, padahal pernyataan harus dibatasi mana saja berita yang layak atau tidak layak dibagikan dalam domain publik. Temuan Sirverman juga menunjukkan bahwa semakin banyak rumor menyebar, semakin masuk akal dan dapat mengubah pemikiran dan opini publik, apalagi jika hoaks itu ditunjukkan pada pihak-pihak yang akan ikut serta dalam pertarungan Pemilu.

Adapun problematika tersebut dapat diatasi apabila ada kerja sama yang baik antar elemen masyarakat. Dengan strategi yang holistik dan upaya bersama, kita dapat membangun lingkungan informasi yang lebih dapat dipercaya dan mengurangi dampak negatif dari penyebaran berita hoaks, sehingga menciptakan pemilihan umum yang damai dan demokrasi yang berkualitas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image