Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asman

Tom Nichols: Kritik Terhadap Kultus Ketidaktahuan

Edukasi | Sunday, 18 Jun 2023, 11:54 WIB
Sumber: petitum.id

Perkembangan peradaban menunjukkan eksistensi manusia dalam pemajuan ilmu pengetahuan. Keadaan ini semakin menunjukkan bahwa, ilmu pengetahuan akan selalu berkembang dan berevolusi, sejalan dengan pengetahuan manusia yang semakin meningkat. Sebagaimana telah dituliskan dalam sejarah perkembangan peradaban manusia dalam setiap zamannya.

Sebagai anak generasi, belajar dan menjaga kemurnian peradaban yang dibangun dengan ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno dan sampai pada zaman ini adalah sebuah keharusan, agar nalar dan nurani menjadi satu dalam pikiran yang ranum untuk tetap berpegang teguh kepada kebenaran sains, agama dan filsafat.

Meminjam istilah Prof Amin Abdullah bahwa semua ilmu memiliki titik temunya masing-masing, punya kesamaan dan perbedaan secara metodologis. Namun di era modern seperti ini, akses terbuka dimana-mana mengharuskan ilmu pengetahuan memiliki integrasi-interkoneksi antara satu sama lain.

Ketiga sumber pengatahuan diatas, walaupun sering di pertentangkan mereka memiliki sumbangsi yang besar dalam menjaga kewarasan berpikir sesuai dengan kebenaran yang diajarkan. Fenomena yang dituliskan oleh Tom Nichols dalam buku “The Death of Expertise” atau “Matinya Kepakaran” adalah fenomena yang sudah cukup lama mengakar pada masyarakat modern dan menjadi kebenaran yang mengakar.

Tom Nichols sudah sejak lama memperhatikan fenomena ini sejak ia masih bekerja di kantor Washington DC dan sampai ia menjadi pengajar di berbagai kampus di Amerika. Walaupun dalam buku yang ia tuliskan berdasarkan hasil pengamatannya terhadap Amerika, namun buku ini sangat relevan dengan keadaan saat ini. Khususnya di Indonesia, menjadi perhatian serius.

Buku ini ia tuliskan berawal dari kekhawatiran (sebagaimana filsuf Yunani Kuno) terhadap keberadaan kaum intelektual yang selalu memberikan argument tidak berdasarkan prinsip dan data. Menurutnya, keadaan ini sudah pernah terjadi di zaman pertengahan, walaupun ia tidak merasakan. Akan tetapi keadaan ini menurutnya sangat rumit dan berbahaya.

Jika berkaca di Indonesia, maka kita akan menemukan banyak kasus seperti yang di dapatkan Tom Nichols di Amerika. Bagaimana saat dunia dilanda Covid-19, tidak semua orang percaya dengan keberadaan virus ini, walaupun para dokter dan bahkan ahli virus sudah memberikan pernyataan, bahwa covid ini sangat berbahaya dan mematikan.

Namun apa yang terjadi, banyak orang yang tidak mempercayai itu semua. Diawal kehadiran Covid banyak pejabat kita dan bahkan masyarakat kita menganggap bahwa ini hanyalah penyakit flu biasa. Maka bermunculanlah argument-argumen tak berdasar dari beberapa kalangan masyarakat.

Salah satu argument datang dari kalangan agamis, dengan fatwa-fatwa yang menyesatkan. Bahkan yang membuat lebih parah, banyak orang yang percaya hal-hal bodoh tanpa mau belajar lebih jauh dan tidak mau melepas apa yang mereka yakini. Tom Nichols menganggap ini semua adalah sebagai gejala perubahan generasi, pandangan membutahkan semua dan semua menganggap orang yang mampu terbang ke luar angkasa mereka tahu segala sesuatu.

Setidaknya ada tiga poin yang menjadi penyebab matinya kepakaran atau tidak dipercayanya orang-orang yang memiliki kapasitas pada suatu persoalan.

Bias Konfirmasi

Tom Nichols menitikberatkan perhatiannya kepada keadaan “bias konfirmasi” yang amat melekat pada masyarakat Amerika. Bias konfirmasi adalah kecenderungan bagi setiap orang untuk mencari bukti-bukti yang mampu menguatkan pendapat seseorang. Keadaan ini sangatlah alamiah, mengingat setiap orang dalam memberikan argument pasti membutuhkan bukti yang mendukung hal yang mereka percayai.

Bias konfirmasi ini menjadi salah satu penyebab, pakar tidak lagi menjadi penting untuk di dengarkan. Demokrasi yang memberikan ruang kepada setiap orang juga turut memberikan pengaruh terhadap kepakaran. Semua orang bisa berbicara apa saja dan memberikan pendapat apa saja. Sebagai contoh, saat ingin melakukan penerbangan, terbesit dalam pikiran bahwa pesawat ini akan jatuh. Padahal para pakar sudah menyampaikan bahwa pesawat adalah transportasi udara yang sangat aman.

Karena sejak awal sudah terjadi bias konfirmasi, maka pernyataan pakar tersebut tidak membuat ketakutan kita menjadi hilang. Begitupun pakar Matematika, jika kita menganggap nomor tertentu sebagai nomor keberuntungan, maka tidak ada pakar Matematika yang dapat menyakinkan sebaliknya.

Tom Nichols berpandangan bahwa keadaan ini justru dipengaruhi oleh pengetahuan yang tidak memadai. Sebagian kita memang tidak cukup cerdas untuk mengetahui bahwa kita salah. Olehnya itu Tom Nichols sangat berharap kepada Pendidikan kita agar mampu memberikan bantuan untuk mengatasi kesenjagan pengetahuan, agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas.

Perguruan Tinggi

Demikian seakan menjadi paradoks. Keberadaan perguruan tinggi adalah bagian terpenting untuk memberikan perubahan terhadap intelektual mahasiswa. Namun menurut Tom Nichols tersediannya perguruan tinggi membuat banyak orang mereka merasa lebih cerdas, padahal mereka hanya mendapatkan pengetahuan yang semu yang didukung oleh gelar tanpa jelas nilainya.

Perguruan Tinggi pada dasarnya adalah tempat untuk menciptakan kaum intelektual yang mampu memberikan banyak manfaat kepada sekitarnya. Namun yang terjadi justru Ketika sudah menjadi klien yang berharga, bukannya pembelajar, mereka mendapatkan kepercayaan diri yang besar, tetapi sedikit ilmu.

Banyak yang menghawatirkan perguruan tinggi hanya menjadi tempat menciptakan pekerja, bukan sosok intelektual yang murni. Setidaknya menurut Azyumardi Azra perguruan tinggi harus menciptakan sosok intelektual bukan intellegenci. Intelektual ialah mereka yang mampu beradaptasi dan berada di tengah masyarakat. Sosok intelektual kebermanfaatannya dirasakan.

Dalam buku ini, mengkritik perguruan tinggi pada abad 21 yang begitu banyak didirikan, memberikan efek bahwa mahasiswa di perguruan tinggi menganggap dirinya setara dengan akademisi dan pakar yang paling berprestasi. Perguruan tinggi tidak lahir menjadi tempat belajar dan pendewasaan diri. Walaupun Tom Nichols kemudian mengatakan bahwa mengkritik perguruan tinggi adalah tradisi warga Amerika.

Sebagaimana kritik yang tertuju pada mahasiswa. Tidak lagi dikembangkan kebiasaan berpikir kritis yang bisa menjadi bekal bagi mereka untuk terus belajar dan mengevaluasi berbagai isu yang kompleks. Tom Nichols pada poin ini, menganggap mahasiswa terlena dengan keadaan, adanya kepuasaan sebelum orgasme yang diakibatkan teknologi.

Tom Nichols tidak menyalakan teknologi yang mapan saat ini. Hanya saja selain memberikan lompatan yang amat maju bagi pengetahuan, teknologi juga memberi jalan dan bahkan memperkuat kekurangan umat manusia. Fenomena yang ada, matinya kepakaran tentunya tidak serta merta dampak dari internet, namun keadaan banyak menjelaskan pengaruhnya.

Keberadaan Media

Media salah satu pilar kehidupan pada abad ini yang sangat penting keberadaanya. Media mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat modern saat ini. Kita sangat mengandalkan media untuk membuat kita tahu, agar mampu memisahkan fakta dan fiksi serta membuat hal-hal rumit menjadi sederhana dan dimengerti.

Menurut Tom Nichols, wartawan pada media professional menghadapi tantangan baru pada zaman modern ini. Bukan hanya waktu siar yang tak terbatas, konsumenpun berharap semua ruang diisi dengan cepat dan diperbaharui. Pada keadaan ini, media yang kompetitif tidak lagi memiliki kesabaran dan kemewahan finansial yang menmberikan izin kepada wartawan untuk mengembangkan kepakaran atau pengetahuan mendalam atas satu subjek.

Tidak ada bukti yang amat banyak menjelaskan bahwa pembaca berita menginginkan berita yang detail. Sementara bagi pakar, Ketika dimintai pendapat mereka seringkali dibatasi dan ucapannya hanya diambil sepotong. Padahal keberadaan pakar untuk menjelaskan sesuatu hal amat penting agar tidak terjadi bias konfirmasi.

Namun keadaan ini seringkali terjadi. Salah satu penyebab hoax ialah pernyataan-pernyataan yang diambil sepotong dan tidak mendetail, sehingga terjadi salah penafsiran pada masyarakat. Tom Nochols menganggap setidaknya tiga hal demikian menjadi penyebab matinya kepakaran saat ini.

Amerika menurut Tom Nichols dalam bukunya adalah salah satu negara dengan kecerdasan di bawah rata-rata. Menurutnya Amerika menjadi negara yang terobsesi memuja ketidaktahuannya sendiri.

Walaupun Tom Nichols menjadikan Amerika sebagai objeknya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa matinya kepakaran sudah melanda seluruh dunia bahkan di Indonesia. Maka sebagai masyarakat yang berpendidikan, berpikir kritis dan rasional adalah salah satu upaya untuk terhindar dari bias konfirmasi dan merasa paling benar dan tahu segalanya.

Fahrudin Faiz mengatakan semua orang cerdas dan pintar pada bidangnya masing-masing. Begitupun dengan agama, mengatakan serahkan sesuatu urusan kepada ahlinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image