Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayhan Ahmad

Fenomena Gunung Lawu

Info Terkini | Thursday, 05 Sep 2024, 20:58 WIB

Warga Kabupaten Magetan dan Ngawi, Jawa Timur, kembali menyaksikan fenomena alam langka yang terjadi di puncak Gunung Lawu, yaitu gunung yang terlihat seperti "bertopi". Keindahan fenomena ini berhasil direkam oleh Parasito Djoyo, salah seorang warga Kabupaten Ngawi, yang berjarak sekitar 27 kilometer dari Gunung Lawu. Parasito mengungkapkan bahwa ia melihat fenomena tersebut sekitar pukul 05.30 WIB hingga 06.30 WIB. “Saya melihat sekitar pukul 05.30 WIB sampai sekitar pukul 06.30 WIB. Ada awan di atas puncak Gunung Lawu,” ujarnya melalui pesan singkat pada Kamis (5/9/2024).

Hal serupa juga disaksikan oleh Joko Prayitno, seorang warga Desa Ngariboyo di Kabupaten Magetan. Ia mengaku melihat Gunung Lawu yang "bertopi" sekitar pukul 06.00 WIB. Menurut Joko, fenomena ini cukup sering terjadi dan dapat terlihat dengan jelas dari Kabupaten Magetan. "Hampir setiap tahun pasti ada peristiwa Gunung Lawu 'bertopi'. Kalau tadi lihatnya sekitar pukul 06.00 WIB,” kata Joko.

Fenomena Gunung "Bertopi"

Setiyaris, seorang ahli madya dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nganjuk, menjelaskan bahwa fenomena Gunung Lawu "bertopi" adalah peristiwa alam yang disebut sebagai awan lentikular. Awan lentikular adalah awan yang terbentuk ketika angin di ketinggian menyebabkan udara naik melewati puncak gunung, namun awan tersebut tidak dapat naik lebih jauh karena terhalang oleh lapisan angin yang lebih kencang di atasnya. Akibatnya, awan tertahan di puncak gunung, membentuk pola melingkar yang menyerupai topi.

“Jadi awan ini sebenarnya mau naik ke atas, tetapi terpotong oleh angin yang berada di atasnya. Dia terjebak di antara angin di atasnya itu,” jelas Setiyaris. Fenomena ini menciptakan tampilan visual yang menakjubkan, namun di balik keindahannya, awan lentikular juga menyimpan bahaya, terutama bagi penerbangan dan pendaki yang berada di puncak gunung.

Bahaya bagi Penerbangan dan Pendaki

Setiyaris menambahkan bahwa kehadiran awan lentikular di atas Gunung Lawu menandakan adanya angin kencang di ketinggian, yang bisa membahayakan penerbangan. Pilot umumnya diinstruksikan untuk menghindari terbang melewati area dengan awan lentikular, karena angin kencang di dalam dan di sekitar awan tersebut dapat mengganggu stabilitas penerbangan.

Selain berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini juga perlu diwaspadai oleh para pendaki Gunung Lawu. Awan lentikular biasanya mengandung uap air yang bisa berpotensi menyebabkan hujan deras di atas puncak gunung. “Untuk penerbangan awan ini cukup dihindari, karena menandakan adanya hembusan angin cukup kencang," ungkap Setiyaris. "Karena mengandung uap air, maka potensi hujan juga cukup besar sehingga harus diwaspadai bagi pendaki.”

Fenomena yang Terjadi Setiap Tahun

Fenomena Gunung Lawu "bertopi" ini bukanlah hal yang baru bagi warga sekitar, terutama di Kabupaten Magetan dan Ngawi. Hampir setiap tahun, peristiwa alam ini terjadi, khususnya saat cuaca mendukung pembentukan awan lentikular. Gunung Lawu sendiri merupakan salah satu gunung terkenal di Jawa Timur yang sering menjadi tujuan pendakian. Selain keindahannya, Gunung Lawu juga dikenal dengan berbagai mitos dan legenda yang beredar di sekitar masyarakat, termasuk keberadaan tiga telaga di kaki gunung yang kerap diselimuti cerita mistis.

Fenomena awan lentikular di Gunung Lawu sering kali menjadi daya tarik tersendiri bagi warga setempat dan wisatawan yang berkunjung. Namun, di balik keindahan visualnya, penting bagi masyarakat dan para pendaki untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem yang mungkin menyertai fenomena ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image