Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asnawi Rival kadavi

Bolehkah Shalat Dengan Mazhab Syafi'i dan Berwudhu Dengan Mazhab Hanafi?

Agama | Monday, 12 Jun 2023, 23:13 WIB

Dalam agama Islam, berbagai madzhab atau (paham hukum Islam) dapat dipilih dan diikuti oleh umat Muslim selama masih dalam koridor ajaran yang benar dan sahih. Oleh karena itu, jika seseorang mengikuti madzhab Syafi'i dalam pelaksanaan shalat, namun memilih untuk berwudhu sesuai dengan madzhab Hanafi, itu diperbolehkan.

Namun demikian, disarankan bagi umat Muslim untuk mempelajari dan memahami madzhab yang diikuti secara menyeluruh dan konsisten, serta berpegang pada satu madzhab yang dianggap paling cocok dan mudah untuk diikuti dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk menghindari perbedaan pendapat dan kesalahan dalam melakukan ibadah.

Mencampur-adukkan madzhab dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari tidak disarankan dalam Islam, kecuali dalam situasi-situasi tertentu seperti dalam keadaan darurat.

Dalam keadaan darurat, seseorang dapat menggabungkan beberapa pendapat dari berbagai madzhab dalam satu masalah hukum (talfiq) sebagai upaya untuk menemukan solusi yang paling cocok dan memungkinkan dalam situasi yang sulit tersebut. Namun, penggunaan talfiq sendiri harus tetap didasarkan pada prinsip-prinsip fikih yang benar dan sahih.

Namun, mencampur- adukkan madzhab dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari yang dilakukan secara sukarela dan tanpa adanya keadaan darurat tidak disarankan. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami hukum Islam dengan benar dan menyebabkan perbedaan pendapat dan kesalahan dalam melakukan ibadah.

Sebaiknya, umat Muslim memilih satu madzhab yang dianggap paling cocok dan mudah untuk diikuti dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajarinya secara menyeluruh dan konsisten. Jika seseorang ingin mengubah madzhabnya, maka perlu melakukan perubahan secara bertahap dan dengan bimbingan ulama yang terpercaya dan terkemuka dalam madzhab yang diikuti.

Dan mencampurkan mazdhab disebut talfiq. Talfiq adalah istilah dalam fikih Islam yang merujuk pada penggabungan pendapat dari berbagai madzhab dalam satu masalah hukum. Praktik talfiq ini dapat dilakukan dalam keadaan darurat, ketika tidak ada pendapat yang jelas dan kuat dari satu madzhab tertentu. Namun, penggunaan talfiq sendiri harus didasarkan pada prinsip-prinsip fikih yang benar dan sahih.

Berikut ini adalah beberapa sumber kitab yang dapat digunakan untuk mempelajari tentang talfiq:

1. Al-Mughni oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi: Kitab ini merupakan karya penting dalam madzhab Hambali dan membahas berbagai masalah hukum dalam Islam. Salah satu bab dalam kitab ini membahas tentang talfiq dan memberikan pandangan madzhab Hambali tentang penggunaan talfiq.

2. Al-Majmu' oleh Imam Nawawi: Kitab ini juga termasuk karya penting dalam madzhab Syafi'i dan membahas berbagai masalah fikih. Di dalamnya terdapat bab yang membahas tentang talfiq dan pendapat Imam Syafi'i dalam menggunakan talfiq.

3. Al-Muhalla oleh Ibnu Hazm: Kitab ini merupakan karya monumental dalam madzhab Zahiriyah dan membahas berbagai masalah fikih secara detail. Salah satu bab dalam kitab ini membahas tentang talfiq dan pendapat Ibnu Hazm tentang penggunaan talfiq.

4. Al-Fiqh 'ala al-Madhahib al-Arba'ah oleh Abdul Rahman al-Jaziri: Kitab ini merupakan salah satu karya penting dalam literatur fikih Islam yang membahas berbagai masalah hukum dalam Islam berdasarkan empat madzhab fikih Sunni yang dikenal secara umum. Di dalamnya terdapat bab yang membahas tentang talfiq dan penggunaannya.

5. Al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah wa al-Kitab al-Aziz oleh Abdul Aziz bin Baz: Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Al-Mulakhkhas al-Fiqhi oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Syaikh yang membahas berbagai masalah fikih berdasarkan al-Qur'an dan Sunnah. Di dalamnya terdapat bab yang membahas tentang talfiq dan penggunaannya.

Sumber-sumber di atas merupakan beberapa contoh dari kitab-kitab fikih yang dapat digunakan untuk mempelajari tentang talfiq. Namun, sebaiknya pelajarilah kitab-kitab tersebut dengan bimbingan ulama yang terpercaya dan terkemuka dalam madzhab yang diikuti.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image