Segitiga Pembeda
Curhat | 2023-06-09 06:52:00Pembantu rektor, Guru, Pengusaha kos-kosan, adalah sebuah formasi unik yang bisa dikatakan sebagai sebuah segitiga. Mereka semua adalah tiga orang berprofesi beda, dan beda tugas. Mengapa harus berrbentuk segitiga setiap kali berkumpul melakukan kebajikan? Dan juga mengapa harus dikatakan pembeda?.
Dari sisi bentuk, segitiga kita pahami bahwa memiliki dua sudut pada bagian alas dimana sudut tersebut menguatkan satu sama lain dan berhimpitan sehingga tidak akan goyah dan sudut terakhir akan menghujam lancip keatas menandakan kekuatan utama yang mengarah keatas. Ketiga orang beda profesi tersebut berusaha berperan menjadi sudut-sudut segitiga sehingga menjadi sebuah formasi yang benar dan sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh suri tauladan mereka.
Ya, mereka bertiga sedang melaksanakan sebuah ritual khusus, dimana ritual tersebut disebutkan oleh Emha Ainun Nadjib (2012) sebagai pengorbanan pada sejenak waktu dari kenikmatan, kerja, tidur, atau aktivitas lainnya yang mungkin lebih enak dibanding shalat . mereka menghidupkan ritual shalat tersebut setiap hari, khususnya pada subuh dimana waktu yang sulit bagi setiap insan untuk menunaikannya bila mereka adalah orang munafik. Ritual tersebut dilakukan di Mushollah AL-Furqon yang terletak didekat rumah mereka bertiga.
Dengan formasi segitiga sama kaki, pondasi mereka bertiga menjadi kuat, tak bisa terombang ambing oleh gangguan apapun baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari luar. Kaki rapat saling berhimpitan dan khusuk menyimak setiap bacaan serta mengikuti gerakan imam. Salah satu dari mereka menjadi imam, dan yang dua adalah makmum tepat dibelakangnya sehingga mereka dapat dikatakan berbentuk segitiga, kemudian yang terakhir, apa maksud dari kata pembeda?
Sama halnya dengan arti dari surat yang ada pada Al-Qur’an yang ke 25 yakni Al-Furqon yang berarti Pembeda, secara pemahaman kasar oleh saya sendiri yakni yang dimaksudkan Pembeda tersebut adalah yang menjadikan sesuatu itu membedakan antara yang batil dan yang haq, yang baik dan yang buruk, yang ingin masuk surga dan yang ingin masuk neraka, yang beruntung dan yang buntung, tentu pengartian kata secara bebas diatas akan saya kaitkan dengan makna segitiga pembeda ketiga orang berbeda profesi tersebut, yakni lebih kepada peran mereka bertiga sebagai seorang pembeda disekitar kampung mereka, wilayah tengah kampus yang padat penduduk dan dihuni oleh para pendatang dengan status sebagai mahasiswa/i. Para pembeda memang sangat berbeda dengan warga lainnya, mereka istiqomah meramaikan Mushollah Al-Furqon tersebut ditengah-tengah masyarakat kota yang tengah malas bangun pagi untuk menunaikan shalat subuh berjamaah di Mushollah/ Masjid. Mereka ada, untuk memerankan dan menjadikan diri mereka sebagai pengejewantahan arti kata surat ke 25 pada AL-Qur’an yakni surat Al-Furqon.
Meskipun hanya bertiga, mereka tetap istiqomah dan berbagi peran, yang berprofesi Pembantu Rektor beliau menjadi Imam, yang berprofesi Pengusaha kos-kosan beliau menjadi Muadzin mengingat rumah beliau berhimpitan dengan Mushollah sehingga lebih dekat, dan yang terakhir yang berprofesi Guru bertugas Iqomah. Mereka bertiga sangat kompak, berbeda profesi, berbeda tugas, sehingga sering kali segitiga pembeda yang semula sama kaki dengan panjang alas dua depa kadang bisa menjadi empat hingga enam depa berkat kegigihan mereka yang terus menyuarakan adzan dan iqomah untuk mengajak waga sekitar menjadi perpanjangan alas segitiga sama kaki yang “furqon”.
Fenomena segitiga pembeda tidak hanya terjadi di Mushollah Al-Furqon saja, namun bila kita telusuri dari masjid ke masjid, mushollah ke mushollah, akan didapati hal yang serupa bahkan tidak sampai menjadi segitiga pembeda namun hanya berupa single dot atau titik satu atau hanya ujung segitiga saja yang ada dan merangkap tiga peran yakni muadzin, iqomah, sekaligus imam.
Apakah sia-sia segitiga pembeda dan single dot yang setiap harinya memanggil-manggil warga untuk datang meramaikan masjid melalui panggilan yang sempurna yaitu adzan?, jawabannya “tidak” karena budaya jawa mengatakan dengan kata-kata “untungnya”, untungnya ada akhirat. Karena semua yang dilakukan oleh segitiga pembeda baik dari segi spiritual maupun sosial pasti akan diberi imbalan yang setimpal dan bahkan dilipat gandakan oleh Allah menjadi bekal di kehidupan selanjutnya kelak yang lebih abadi, sehingga orang mengatakan untung saja masih ada akhirat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.