Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Saffana Zahira

Jangan Ngaku Mentor! Kalo Belum Berhasil PDKT dengan Para Mentee!

Gaya Hidup | Monday, 05 Jun 2023, 23:27 WIB

Ayah dan Ibu adalah salah satu contoh pendamping ketika di masa kecil kita, kita masih belum bisa melafalkan sepatah kata pun hingga kini beranjak dewasa, kita mampu menyerap dan bertukar pendapat dengan mengucap secara lugas dan fasih.

Pendamping tak pernah bisa dipisahkan dari kehidupan seorang manusia. Jika di keluarga ada Ayah dan Ibu, di sekolah ada Guru, dan di kantor ada mentor, mereka lah para pendamping. Kehadiran pendamping dapat dikatakan sebagai individu yang memiliki kemampuan membantu seseorang untuk dapat menggali dan menemukan kemampuan diri.

Hubungan pendampingan tersebut biasa dikenal dengan sebutan Mentorship. Seorang pendamping dalam melakukan mentorship perlu pendekatan khusus untuk dapat menarik Mentee (sebutan orang yang memperoleh pendampingan) agar mampu memetik hasil pendampingan secara maksimal sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Berikut ini tips agar pendekatan dalam mentorship lebih efektif terhadap para mentee menurut Backtiar Firdaus, Penulis buku 'Seni Kepemimpinan Para Nabi' :

1. Jangan Berfokus Pada Diri Kita

Seringkali dalam memberikan pendampingan, para pendamping atau mentor terlalu banyak membicarakan tentang dirinya kepada para mentee. Sebetulnya ini bagus, membangun pemahaman pada mentee bahwa orang yang ada dihadapan mereka adalah orang yang pernah merasakan lika-liku yang sama dalam menempuh proses diri.

Namun yang menjadi berlebihan jika mentor enggan membuka diskusi tentang hal-hal unik dan baru di luar sana. Yang terjadi hanyalah kebosanan menghampiri para mentee.

2. Pertemukan Mentee dengan Orang Hebat

Menyambung dari poin pertama, ada saatnya sebagau mentor memboyong para mentee untuk bertemu orang-orang baru. Bukan sembarang orang baru, melainkan orang-orang yang telah berhasil menemukan potensi diri selain sang mentor itu sendiri. Dapat berupa bercengkrama dengan orang yang pandai di suatu bidang, menghadiri konferensi guna meningkatkan relasi, dan masih banyak lagi!

Aktivitas tersebut mendorong semangat para mentee untuk belajar dari berbagai latar belakang orang dan menemukan motivasi untuk terus menguatkan tujuan.

3. Jangan Pelit Sumber Daya

Para mentee juga butuh beberapa bahan yang menunjang diri mereka untuk berkembang. Oleh karena itu sumber daya perlu disiapkan untuk mereka. Kalau mentee kamu adalah seorang pelajar yang punya keinginan menjuarai lomba seni lukis, maka sumber daya yang dibutuhkan bisa dalam bentuk dukungan alat-alat lukis atau kelas yang memadai.

Maka sesuaikan kebutuhan sumber daya para mentee ya! Dukung mereka dari segi material maupun non materiil. Tentunya disesuaikan dengan kapasitas kamu sebagai mentor atau pendamping

4. Jelajah Belajar

Belajar gak terbatas dari ruang kelas. Belajar bisa dimana saja termasuk dalam bentuk jelajah. Mentor dapat mendampingi para mentee untuk menemukan gaya belajar yang tepat sasaran bagi mereka.

Sesekali ajak para mentee untuk mendatangi suatu tempat apapun itu yang punya nilai wawasan. Kenalkan mereka dengan lingkungan tersebut. Lalu tanyakan pada mereka apa saja yang mereka dapatkan dari hasil jelajah belajar. Aktivitas jelajah belajar dapat meningkatkan respon para mentee untuk berpikir kritis dan membangun kepedulian pada sekitar.

5. Diskusi Buku

Diskusi buku dapat menjadu cara asyik yang membantu kedekatan emosional antara mentee dan mentor. Selain itu diskusi buku juga mengarahkan kemampuan para mentee untuk dapat berpikir strategis dan menuntaskan masalah dengan segera. Dua hal tersebut dibutuhkan untuk memperkuat para mentee dalam menggapai impian mereka

Dari 5 aktivitas efektif PDKT dengan Mentee diatas, mana yang telah kamu coba?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image