Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kunci Sukses

Inspirasi Iqra: Dari Kegelapan Menuju Cahaya

Agama | Monday, 05 Jun 2023, 07:25 WIB
Oleh Indah Kartika Sari, SP

Sesungguhnya Al-Qur'an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini :

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ, خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ, ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ,

ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ, عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Surat Al Alaq ayat 1-5 merupakan surat cinta sekaligus nikmat pertama yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Dari 5 ayat inilah manusia mengenal siapa Tuhannya. Dari 5 ayat ini pula manusia tentang asal usul penciptaannya yaitu dari segumpal darah. Dan 5 ayat ini juga mengandung kemurahan Allah Ta'ala yaitu mengajarkan ilmu yang diikat dengan qolam (pena). Dengan Iqra, Allah mengajarkan sesuatu yang tidak diketahui manusia. Dengan Iqra’, Allah angkat manusia dari kejahiliyahannya. Dengan Iqra’, Allah merubah derajat bangsa arab dari bangsa rendahan menjadi menjadi bangsa bertaraf fikir tinggi dan berperadaban mulia. Adalah kota Makkah sebelum Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin, kota ini dalam kondisi jahiliyah yang penuh dengan kesesatan, kekufuran dan penyimpangan. Walaupun maju secara ekonomi khususnya dalam perdagangan dan pertanian, namun penduduknya jauh dari cahaya tauhid. Selain menyembah berhala, ada kepercayaan lain yang berkembang. Sebagian masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan roh leluhur. Mereka akan mengurbankan binatang sebagai persembahan agar terhindar dari marabahaya.

Tidak hanya bersistem paganisme, masyarakat Mekkah di masa jahiliyah memiliki kebiasaan buruk seperti minum khamr, berjudi, berzina, merampok, dan menganggap rendah kaum perempuan.

Muhammad adalah seorang penduduk Mekkah yang peka melihat kejahiliyahan kaumnya. Beliau memang sosok manusia pilihan yang sengaja dipersiapkan oleh Allah untuk menerima risalah dari Tuhannya. Sebelumnya, beliau sering merenung dan berfikir tentang kegelapan yang menimpa kaumnya. Tradisi orang arab jika ingin keluar dari berbagai masalah, mereka perlu mengasingkan diri dari keramaian. Beliau pun bertahannuts (berdiam diri) di gua hira. Tak menunggu waktu lama, beliau mendapat jawaban tentang persoalan umatnya. Dari Iqra’, beliau dituntun untuk membimbing umatnya mengenal tuhannya. Dari Iqra, beliau mengenalkan risalah tuhannya pada penduduk Kota Mekkah. Memang tidak mudah bagi beliau dan sahabat-sahabatnya merubah tabiat masyarakat Makkah yang sudah terlanjur membatu. Pertentangan aqidahnya sangat luar biasa. Pergolakan pemikirannya sungguh melelahkan jiwa dan raga. Namun beliau tetap mengembannya dengan penuh cinta. Mendatangi setiap penduduknya untuk menawarkan risalah tanpa kenal lelah. Walaupun setiap saat akan selalu ada bahaya mengintai yang mengancam jiwa. Belum lagi bahaya psikologis berupa cap tukang sihir dan orang gila yang mengancam spirit perjuangan. Semua ujian tersebut dapat terlewati dengan selamat dalam bimbingan Allah swt.

Sungguh kesabaran dan pengorbanan beliau tak pernah ada yang sia-sia. Perjalanan 13 Tahun membumikan “Iqra’” di Kota Mekkah membuahkan cikal bakal negara besar yang akan meruntuhkan digdaya Romawi dan Persia. Ditambah kepemimpinan beliau selama 10 tahun penuh barokah di Kota Madinah yang bercahaya menggenapkan perjalanan agung sang pembawa risalah sampai datang masa pulang menuju ke haribaan tuhannya.

Episode terus berlanjut dalam sejarah terpanjang umat Islam yang penuh dengan cerita mengagumkan. Selama 1300 tahun inspirasi Iqra’ telah membawa rahmat pagi semesta alam. Ada cerita kemakmuran dan kesejahteraan. Ada kisah heroik pahlawan-pahlawan di medan perang yang tak terkalahkan, Ada karya-karya fenomenal dari para ulama dan intelektual. Ada generasi-generasi hebat pemimpin peradaban.

Episode berikutnya adalah episode terkelam dalam sejarah umat Islam. Saat cahaya “iqra” meredup, umat Islam tak lagi memiliki panduan untuk menata kehidupannya di bawah negara adidaya Khilafah. Kejahiliyahan abad modern datang tanpa bisa dibendung umat dengan perisainya yang sudah hilang. Hanya ada cerita duka di balik megahnya bangunan fisik kapitalisme yang berkuasa. Kemiskinan merajalela akibat diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Hukum tumpul ke atas dan juga tajam ke bawah, menjadikan orang berduit bebas berbuat apa saja. Kekayaan sumber daya alam pun dikuasai oleh individu, sehingga “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin” menjadi benar adanya. Generasi kehilangan jati dirinya, hidup terombang-ambing dalam gemuruh hedonisme yang melalaikan.

Saat ini, umat membutuhkan sekelompok generasi cerdas dari umat Islam yang membumikan kembali cahaya “iqra” dalam kancah kehidupan. Kelompok ini mengajak umat untuk iqra’ atau membaca problematika umat Islam dan memberikan solusinya. Kelompok ini juga berusaha untuk mengembalikan Islam sebagai ideologi yang mampu menjawab tantangan zaman. Dengan energi iqra’, umat Islam mampu membaca jejak-jejak tapak kaki Rasulullah SAW hingga mereka mulai menapak naik menjadi pemimpin peradaban mulia yang sebentar lagi akan tiba. Mengembalikan kejayaan masa lalu ketika Kholifah Umar bin Khaththob mampu menghapus air mata duka seorang perempuan dengan anak-anaknya yang kelaparan dengan sekarung bahan makanan yang mengenyangkan. Juga ketika Kholifah Umar bin Abdul Aziz mampu membuat rakyatnya sejahtera, tak satu pun yang mau menerima zakat. Dan banyak kisah indah lain yang membuat rindu untuk segera mengulanginya. Duhai, inspirasi iqra’ sungguh membuat dunia akan segera diliputi cahaya setelah tenggelam dalam kegelapan selama 1 abad lamanya. Insya Allah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image