Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Steven Andrew Santoso

Taylor Swift Pun Kena! Cancel Culture, Sebuah Kemajuan Atau Kemunduran?

Info Terkini | Thursday, 01 Jun 2023, 12:07 WIB

Cancel culture, apa sih?

Akhir-akhir ini media sosial, khususnya TikTok tengah ramai membicarakan soal penyanyi kesayangan dan idola sejuta umat, Taylor Swift. Dirinya dirumorkan sedang menjalin hubungan dengan seorang penyanyi yang akrab disapa dengan Matty Healy. Mereka berpendapat bahwa mereka sangat menyayangkan keputusan Taylor untuk berpacaran dengan seseorang yang diklaim rasis, islamophobia, dan masih banyak lagi. Bahkan, pengguna TikTok kini tengah gencar meng-cancel Taylor Swift karena dirasa membela hal-hal yang dilakukan oleh kekasihnya itu. Sebenarnya, apa itu cancel culture dan apakah hal ini merupakan sesuatu yang baik?

Melansir dari Vox, budaya cancel culture merupakan suatu hal yang serupa dengan boikot. Mereka yang melakukan hal yang tidak sejalan dengan keinginan dan ekspektasi masyarakat akan menerima akibat dari cancel culture dimana orang akan mulai ramai-ramai memboikot segala hal yang berkaitan dengan seseorang tersebut. Seperti yang dilansir oleh Insider, istilah ini sendiri populer sejak sekitar tahun 2010 dan mulai terkenal di kalangan figur-figur publik dan para selebriti sekitar tahun 2018, dimana masyarakat mulai memboikot para figur publik dan selebriti yang melakukan hal-hal yang tidak senonoh seperti pelecehan seksual dan rasisme.

Efek dari cancel culture dapat sampai ke tahap yang begitu ekstrim dimana seseorang dapat kehilangan karirnya karena hilangnya tawaran pekerjaan. Cancel culture sendiri merupakan hasil dari woke culture, sebuah istilah dari Amerika yang berarti meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu-isu keadilan sosial seperti feminisme, hak LGBT, dan masih banyak lagi.

Apa dampaknya?

Woke culture tidak dapat dilepaskan dari cancel culture karena kedua hal ini merupakan sebuah sebab-akibat, dan hal ini dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan isu-isu sosial yang beredar, maka keadilan sosial dapat disuarakan dan ditegakkan. Selain itu, orang-orang tidak lagi menormalisasikan hal yang salah seperti pelecehan sosial dan ujaran kebencian. Namun, di satu sisi lagi mereka yang memahami woke culture cenderung secara serta merta menghakimi mereka yang belum paham mengenai hal ini. Bisa dibilang, mereka memaksakan pendapat dari satu pihak dan satu sudut pandang terhadap orang lain. Mereka juga cenderung untuk menerima suatu informasi tanpa mencari lebih tahu dan langsung mengungkapkan ujaran kebencian di media sosial.

Jadi, apakah cancel culture merupakan sebuah kemajuan atau kemunduran?

Cancel culture merupakan sebuah kemajuan dimana orang-orang mulai sadar akan isu-isu keadilan sosial dan memperjuangkan hak-hak bagi mereka yang suaranya tidak dapat didengar dan tidak dihargai, namun bila hal ini tidak diartikan secara benar malah justru akan menimbulkan sebuah sudut pandang sepihak yang kemudian menimbulkan pemaksaan kehendak terhadap orang lain yang tidak sepaham sehingga orang-orang yang menganut cancel culture dianggap sebagai golongan anarkis.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image