Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Imelda Dharmawan

Yakin Bisa Membedakan Karya Manusia Vs Buatan AI?

Teknologi | 2023-05-31 13:33:40
Dari dua lukisan di atas, kira-kira lukisan manakah yang merupakan lukisan asli karya manusia?

Baru-baru ini, sebuah akun TikTok bernama @greenskulltok menjadi trending akibat salah satu segmen videonya, Human or AI? Dalam segmen tersebut, pemilik akun memainkan game Human or Not? dimana ia diberikan waktu dua menit untuk bertukar pesan. Ketika waktu habis, ia harus menebak apakah ia sedang bertukar pesan dengan bot atau seorang manusia.

Dalam beberapa kali bermain, pemilik akun seringkali menebak dengan benar. Ia memperhatikan pola kalimat dan tanda baca untuk mendeteksi bot. Bot cenderung menggunakan pola kalimat formal dan tanda baca yang tepat. Ketika pemilik akun menuliskan kata singkatan dengan tanda baca tidak tepat, misalnya TRex, bukan T-Rex, bot cenderung bingung dan memberikan respon yang tidak sesuai.

Namun, dalam beberapa kasus, bot menuliskan seluruh kalimatnya dengan huruf kecil, membuat typo, dan menggunakan slang. Bot juga membahas topik random dan merespon candaan dengan cara yang informal sehingga memberikan kesan human-like. Di saat-saat seperti inilah, pemilik akun @greenskulltok salah menebak bot dan mengiranya sebagai manusia.

Pada tahap awal pembuatan, sistem AI berfokus pada pendekatan berbasis logika. Namun seiring dengan perkembangan zaman, peneliti berusaha menanamkan kemampuan human-like pada kognitif, persepsi, dan kemampuan AI dalam membuat keputusan. Hal tersebut dimungkinkan dengan dibangunnya Artificial Neural Networks (ANNs). ANNs mengadopsi mekanisme berpikir manusia dalam menanggapi rangsangan, melakukan proses, dan menghasilkan output. Otak manusia memuat ratusan milyar neuron. Neuron berfungsi untuk memproses setiap informasi yang diterima. Setiap neuron terhubung satu sama lain dan saling berinteraksi sehingga menghasilkan kemampuan tertentu pada kerja otak manusia. Kompleksitas kinerja otak manusia tersebut menjadi dasar pembangunan ANNs.

Selain ANNs, terdapat pula teknologi Natural Language Processing (NLP) yang memberi AI kemampuan untuk menginterpretasi, memanipulasi, dan memahami bahasa manusia. Model AI yang dilengkapi dengan perangkat lunak NLP mahir dalam memahami konteks dan menafsirkan sentimen dalam pesan untuk menghasilkan respons yang koheren. NLP sering dijumpai dalam penggunaan chatbot dan sistem penerjemahan bahasa.

Kemajuan signifikan lainnya dalam menanamkan kemampuan human-like pada AI terdapat pada bidang computer vision dan image recognition. Melalui algoritma deep learning, sistem AI dapat menganalisis dan menginterpretasikan informasi visual serupa dengan persepsi visual manusia. Akun TikTok @greenskulltok menunjukkan kemampuan AI memvisualkan kalimat menjadi sebuah lukisan, menggabungkan dua buah objek, dan memodifikasi foto.

Kemampuan visualisasi AI tersebut juga berangsur-angsur menjadi sempurna. Studi oleh Tidio.com menunjukkan bahwa pada tahun 2018, foto AI-generated masih bisa dikenali oleh 65% responen. Namun, pada tahun 2021, sebesar 68% responden tidak dapat membedakan foto asli manusia dari foto AI-generated.

Selain lukisan, AI mampu mengkomposisi musik. Hasil survei Tidio.com menunjukkan bahwa lagu EDM yang diaransemen oleh produser manusia diidentifikasi sebagai buatan AI oleh 71,4% responden. Di sisi lain, 61,6% responen meyakini bahwa sebuah lagu yang dibuat oleh AI digubah oleh manusia. Salah satu musik yang membingungkan responden adalah komposisi musik oleh AI, tetapi dimainkan oleh musisi manusia. Hampir 40% dari mereka berpendapat bahwa musik tersebut terdengar seperti dimainkan oleh manusia, dan dengan demikian pasti dibuat oleh manusia pula. Studi tersebut menunjukkan bahwa musisi yang menggunakan dukungan AI untuk membuat lagu baru dapat menutupinya dengan mudah.

Kemajuan AI juga bereksplorasi dalam kecerdasan emosional dan empati. Meskipun sistem AI tidak memiliki emosi seperti manusia, mereka dapat mengenali dan merespons isyarat emosional. Dengan menggabungkan analisis sentimen dan teknik komputasi afektif, model AI dapat memahami dan merespons emosi manusia secara empatik. Perkembangan tersebut telah mengarah pada aplikasi dukungan kesehatan mental, layanan pelanggan, dan media pendidikan yang dipersonalisasi.

Dari meniru kognisi manusia hingga memahami bahasa, menafsirkan informasi visual, mengaransemen musik, dan bahkan menunjukkan empati, AI telah membuat kemajuan yang signifikan. Perkembangan kemampuan human-like AI menghasilkan karya yang sulit dibedakan dengan karya asli manusia. Meskipun begitu, kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam melahirkan inovasi, meningkatkan kolaborasi manusia-mesin, dan membawa kontribusi positif kepada masyarakat. Akhir kata, dari sepuluh paragraf di atas, terdapat setidaknya satu paragraf yang sepenuhnya ditulis oleh AI. Dapatkah Anda menyadarinya?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image