Profesi Guru dalam Sudut Pandang Islam
Agama | 2023-05-29 13:27:46
PROFESI GURU DALAM SUDUT PANDANG ISLAM
Barangsiapa berani mengajar atau memproklamirkan diri sebagai guru, maka tidak boleh berhenti belajar. Cara terbaik belajar adalah dengan membaca, menulis, dan mengajar. (Sumardianta)
Ketika kita masih kecil, seringka li guru menanyakan kepada kita, “anakku, nanti kalau sudah besar kamu mau jadi apa?, rata-rata jawaban kita adalah, “ saya akan menjadi guru,. Ya , itulah cita-cita yang di bangun lebih dari 70% anak Indonesia mengatakan seperti itu. Disadari atau tidak, kita juga “mungkin” pernah memilih cita-cita yang demikian. Namun persoalannya sekarang, disaat kita telah dewasa, kita sudah dapat melihat dunia ini dengan luas, seakan cita-cita tersebut hilang begitu saja.
What’s goin on us, apa yang terjadi pada kita ? Dahulu disaat kita masih kecil, menjadi guru seakan memberikan nilai yang sangat tinggi, dan tak satupun kita memiliki mimpi untuk menjadi kuli, buruh dll. Tapi sekarang kenyataan dan pernyataan yang pernah kita nyatakan terdahulu, hilang dengan kenyataan yang kita miliki sekarang. Kemana pernyataan yang dahulu menjadi kebanggaan, kemana cita-cita yang dahulu kita banggakan seakan kini hilang begitu saja tanpa ada rekam jejaknya. Lalu mengapa sekarang tidak lagi terbesit untuk mengulang dan mengingat akan cita-cita masa lalu?
Bagaimana bisa, anak-anak lebih dari 70% pernyataannya adalah ingin menjadi guru? akankah pernyataan itu di rekayasa sebelumnya? Ataukah pernyataan tersebut karena adanya tekanan dari orang tuanya? Tentu kalau kita masih ingat, tak satupun ada yang memberikan intervensi, ataupun memerintahkan untuk mengambil keputusan itu?. Ketika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada anak-anak jaman sekarang, tentu pilihan menjadi guru ada sedikit intervensi dari pihak lain, karena orang tua sekarang telah terbuka matanya bahwa menjadi guru sudah tidak semiskin jaman dahulu. Guru sudah identik dengan berkendara mobil, rumah layak, dll.
Pertanyaan sekarang mengapa rata-rata kita memilih untuk menjadi guru? Apakah hanya berhenti pada persoalan materi ?. Bila kita tanyakan hal tersebut pada guru-guru kita terdahulu, dan bila diperbolehkan membelah dada guru kita dahulu pasti detak jantung mereka berbunyi ‘gu-ru, gu-ru, gu-ru. Itulah, menjadi guru adalah suara hati yang bersih yang Tuhan letakkan di dalam nurani manusia. Guru adalah panggilan keimanan dan kesucian hati.
Guru pernah bilang “ Nak kelak jika kamu sudah besar, apapun pekerjaanmu, bagaimanapun kesibukanmu, seperti apapun keadaanmu, jangan kamu tinggalkan mengajar. Karena hanya dengan mengajarlah Ilmu kamu dapat bermanfaat di dunia bahkan sampai di akhirat”. Jadilah ulama (guru) yang intelek dan intelek yang ulama (guru). Itulah sepenggal kata motivasi yang pernah di sampaikan oleh guru yang luar biasa. Meskipun dia hanya sebagai petani, berangkat subuh pulang menjelang maghrib, namun dia masih sempatkan untuk mengajar santri-santrinya di surau-surau, musholla-musholla, masjid ke masjid bahkan rumah kerumah.
Lalu apa keutamaan menjadi guru?, kenapa Tuhan sangat memuliakan pekerjaan ini bila dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain? Berikut penulis paparkan keutamaan menjadi guru.
1. Profesi guru bernilai jariyah
Pernahkah terbayang di guru TK kita dahulu, bahwa dengan mereka mengajarkan kita memegang pensil dengan benar, bisa mengalirkan pahala yang deras setiap kita menulis? Pernahkah terbayang di guru ngaji kita dahulu, bahwa dengan mereka mengajarkan kita membaca Al Qur'an, bisa mengucurkan pahala yang lebat pada setiap huruf yang kita baca?. Hal kecil yang sangat berat timbangannya di akhirat kelak. Tanpa disadari oleh guru bahwa nanti hal kecil yang ia ajarkan pada ratusan murid bahkan ribuan muridnya akan menumpuk menjadi amalan yang tak terduga serta mengalir terus menerus. Bila kita orang yang normal pasti akan tergiur akan hal tersebut.
Ketika di akhirat kelak, pasti banyak yang terheran-heran dan iri melihat seorang guru yang dulunya hanya mengajarkan memegang pensil ataupun membaca Al-Qur’an kepada muridnya dan mendapat ganjaran yang sangat banyak.
2. Siapapun dan dimanapun bisa belajar menjadi guru
Menjadi guru bisa dipelajari oleh siapa saja, bagaimanapun kondisinya asalkan memiliki kemauan yang keras dan ikhlas. Fokus utama menjadi guru tidak semata-mata berupa penghasilan, akan tetapi berfokus pada pembinaan bangsa melalui pendidikan, dimana subyeknya adalah generasi penerus bangsa.
3. Penduduk langit dan bumi senantiasa mendoakan guru
"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia" HR at-Tirmidzi
"Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Ta’ala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan" HR Abu Dawud.
4. Nabi dan Rasul pewarisnya adalah guru
"Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena merekalah yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi Allah Ta’ala setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam".
5. Guru akan selalu mengupgrade dirinya dalam mengajar
”...Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Al Imran:79)
Ilmu itu sifatnya sangat dinamis, ketika dia didiamkan saja oleh pemiliknya (manusia) maka dia akan menghilang, ketika dia diingat, maka dia akan tetap, ketika dia digunakan, maka dia akan bertambah, ketika dia diajarkan ke orang lain, maka dia akan mengajak jutaan kawannya yang lain.
6. Tidak ada batas ruang dan waktu dalam menjadi guru
If You Teach, You Touch The Future ( jika anda mengajar, sesungguhnya anda telah menyentuh masa depannya.) Bayangkan hanya dengan mengajarkan ilmu, kita bisa menyentuh bahkan mungkin membentuk masa depan, yang kita sendiri mungkin belum tentu cukup umurnya untuk hidup sampai saat nanti, tapi ilmu yang kita ajarkan terus hidup dan bergulir jauh ke depan, melebih dari kecepatan umur kita.
7. Guru adalah benteng dan motivasi bagi dirinya sendiri
Ketika dalam sebuah perbincangan reuni sekolah, seorang guru ditanya sekarang bekerja sebagai apa. Maka ia menjawab dengan mantap bahwa ia adalah seorang guru. Ia tahu persis bahwa konsekuensi dari klaim atas dirinya sendiri sebagai seorang guru, maka ia tidak boleh bersikap, bertingkah laku, berbuat, sebagai bukan seorang guru. Guru tingkah lakunya akan senantiasa terjaga, sehingga dengan hal tersebut maka profesi guru mampu menjadi benteng serta motivasi bagi dirinya sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
