Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zavirah Silalahi

Apa Alasan Sebenarnya Anda Suka Menunda Pekerjaan?

Pendidikan dan Literasi | 2023-05-29 12:42:41
https://pin.it/1xzUAAB

Manusia adalah makhluk yang dinamis. Hal tersebut mengartikan bahwa manusia tidak akan lepas dari berbagai macam aktivitas setiap harinya. Manusia dapat bersemangat ketika menjalani suatu aktivitas tertentu dan dapat pula menjadi malas ketika menjalani aktivitas lainnya. Perasaan malas yang timbul ketika manusia hendak mengerjakan aktivitas akan mendorongnya untuk menunda-nunda suatu pekerjaan. Menunda-nunda pekerjaan atau sering disebut sebagai prokrastinasi adalah keadaan dimana seseorang alih-alih mengerjakan pekerjaan penting yang seharusnya dilakukan, ia malah mengerjakan pekerjaan yang sepele dan menyita waktu. Misalnya, di saat seseorang memiliki tugas yang penting dan mendesak, bukannya menegerjakan tugas tersebut, ia malah memilih mengerjakan pekerjaan lain yang tidak penting seperi melihat-lihat beranda media sosial, bermain video games, menyusun ulang rak buku, membersihkan rumah yang sebenarnya belum perlu untuk dibersihkan dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari prokrastinasi sering dikaitkan dengan manajemen waktu yang buruk. Seseorang yang suka menunda-nunda dikatakan tidak lihai dalam pengelolaan waktu. Padahal hal tersebut sudah terbukti kurang tepat. Namun demikian, pemikiran lazim ini bukan hanya beredar dikalangan masyarakat tetapi masih dipercaya oleh mayoritas pusat konseling universitas di seluruh dunia. Pemikiran tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki manajemen waktu yang buruk cenderung tidak memperhitungkan efektifitas waktu untuk melakukan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari satu jam berakhir terselesaikan dalam waktu lebih dari satu jam. Hal tersebut dapat saja terjadi akibat disela-sela pengerjaan orang tersebut terdistraksi oleh hal-hal lain. Distraksi ini dapat menyebabkan prokrastinasi dan banyak waktu yang terbuang sia-sia. Berdasarkan pemikiran di atas, untuk mengatasi hal ini manajemen waktu yang baik, seperti penjadwalan dan penguasaan waktu, diharapkan dapat mengatasi sikap prokrastinasi.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemikiran diatas dibantah oleh psikolog dari Universitas Sheffield, Inggris. Mereka menyatakan bahwa sikap prokrastinasi tidak berhubungan dengan manajemen waktu melainkan dengan regulasi emosi. Mengingat bahwa ada pekerjaan yang harus diselesaikan tetapi sangat sulit atau cukup membosankan untuk dikerjakan ternyata sangat menguras energi secara psikologis. Untuk mengembalikan energi tersebut, seseorang cenderung mencari pelampiasan hal-hal menarik yang tidak penting untuk dikerjakan.

Prokrastinasi nyatanya hanyalah peningkat suasana hati sementara. Ketika suasana hati sedang buruk, seseorang umumnya akan mencari distraksi yang menyenangkan untuk dilakukan walaupun ia menyadari pekerjaan berada di depan mata. Penundaan yang dilakukannya dengan hal-hal yang menyenangkan akan meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik. Namun demikian setelah melakukan hal-hal menarik tersebut, ia menyadari bahwa pekerjaannya masih belum selesai. Penyesalan ini akan membawanya kepada perasaan bersalah, hingga pada akhirnya ia akan semakin tertekan dan stress akibat pekerjaannya yang tak kunjung selesai.

Disinilah letak hubungan antara regulasi emosi dan prokrastinasi. Regulasi emosi yang baik sangat dibutuhkan untuk mengatasi sikap prokrastinasi. Biasanya di saat emosi negatif seperti perasaan jenuh, tertekan, stress muncul biasanya orang akan langsung mencari pelampiasan untuk mengobati emosi tersebut. Alih-alih mencari kesenangan sementara yang berujung pada penyesalan, alangkah lebih baik jika perasaan itu diolah menjadi motivasi positif. Motivasi positif ini dapat diperoleh dari pengaruh luar, seperti tujuan atau target yang ingin dicapai, menyelesaikan tugas sebelum tenggat pekerjaan, dan lain sebagainya.

Penelitian menunjukkan hal terberat dalam menjalani sesuatu adalah memulai. Ketika langkah pertama telah dibuat, melanjutkannya akan menjadi lebih mudah. Oleh karena itu, jika terdapat keinginan untuk menunda-nunda suatu pekerjaan, pengolahan emosi yang baik sangat dibutuhkan. Toleransi terhadap suasana hati dan pikiran yang tidak nyaman serta memprioritaskan target dan pilihan penting akan sangat membantu untuk mengatasi sikap prokrastinasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image