Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Faricha Ismu Khafida

Mengembangkan Coping Skill Untuk Mengatasi Stress, Efektifkah?

Edukasi | Sunday, 28 May 2023, 09:34 WIB
Sumber : Freepik

Setiap manusia di dunia ini pasti pernah merasakan stress. Stress seringkali muncul ketika seseorang berada pada kondisi tertekan, terancam, atau mengalami suatu perubahan. Sebagai respon terhadap stress, tubuh mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol yang memicu peningkatan denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, dan peningkatan kewasapadaan.

Nah, kondisi tersebut tidak jarang dapat menyebabkan masalah seperti kesulitan tidur, kecemasan, perubahan nafsu makan, sakit kepala, tidak bergairah dalam menjalankan aktivitas, dan lain sebagainya. Mengingat efek samping yang ditimbulkan, maka dari itu stress yang dialami seseorang harus segera diatasi, salah satunya adalah dengan mengembangkan coping skill, atau biasa disebut coping strategies atau coping mechanism. Lantas, apa pengertian dari coping skill?

Menurut APA Dictionary of Psychology, coping skill merupakan strategi kognitif dan perilaku yang digunakan untuk mengelola tuntutan situasi ketika situasi tersebut dinilai membebani atau melebihi sumber daya seseorang, atau untuk mengurangi emosi negatif dan konflik yang disebabkan oleh stress. Sejalan dengan definisi tersebut, para psikolog mendefinisikan coping skill sebagai pikiran dan perilaku sadar yang dikerahkan untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan, baik tekanan internal maupun eksternal.

Secara umum, coping skill dapat dikategorikan dalam beberapa kategori berikut ini :

1. Problem-focused coping (berfokus pada masalah), yakni berfokus mengatasi atau menghilangkan masalah yang menjadi penyebab stress.

2. Emotion-focused coping (berfokus pada emosi), mengelola emosi dalam diri untuk mengurangi emosi negatif terkait masalah yang dialami. Berfokus pada emosi ini dapat mengubah cara seseorang bereaksi terhadap pemicu stress.

3. Meaning-focused coping (berfokus pada makna), dimana seseorang menggunakan strategi kognitif untuk menciptakan atau mendapatkan dan mengelola makna dari situasi yang dihadapi, baik makna personal maupun spiritual.

4. Social coping, dalam hal ini yaitu mencari dukungan sosial, baik dukungan secara emosional atau dukungan instrumental berupa bantuan (benda/materi) secara langsung dari lingkungan sosial sekitar atau komunitasnya.

Selain kategori diatas, coping skill dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis mekanismenya, yaitu mekanisme coping adaptif dan mekanisme coping maladaptif. Mekanisme coping adaptif merupakan keterampilan coping yang positif, yang bersifat memberdayakan individu untuk mengubah kondisi stress dan menyesuaikan respon emosionalnya terhadap stress tersebut dengan baik, misalnya dengan meditasi, berolahraga, atau membaca buku.

Kebalikannya, mekanisme coping maladaptif merupakan keterampilan coping yang negatif, karena mengacu pada cara-cara negatif dan berkaitan dengan hasil kesehatan mental yang buruk dengan tingkat psikopatologi yang lebih tinggi. Menekan emosi, menghindar, dan melepaskan diri termasuk dalam jenis mekanisme ini. Lebih spesifiknya bisa dengan melukai dan mengisolasi diri sendiri, mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, makan secara berlebihan, dan lain sebagainya. Jenis yang satu ini merupakan coping yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan fisik dan emosional.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa coping skill terbukti efektif dalam mengatasi stress. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua coping skill memiliki efek yang sama pada setiap individu, yang berujung pada penyelesaian stress. Dengan kata lain, jenis coping skill yang diterapkan oleh satu individu mungkin tidak efektif bahkan merugikan individu lainnya. Maka dari itu, efektif atau tidak, hal ini dikembalikan kepada masing-masing individu yang menjalaninya.

Meskipun begitu ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar respon coping dapat menghasilkan output positif dan tepat bagi setiap individu. Pertama yaitu dengan mengenali atau mengidentifikasi dengan pasti penyebab stress yang dialami, kemudian perhatikan bahkan catat jika perlu bagaimana cara anda merespon pemicu stress tersebut. Lalu tentukan apakah mekanisme coping yang anda gunakan positif atau negatif dan lakukan evaluasi mandiri dari strategi yang telah anda jalani.

Selain itu, anda perlu mempertimbangkan untuk mencoba jenis coping skill bahkan keterampilan mengatasi stress lainnya yang berbeda dari yang anda gunakan sebelumnya, untuk menemukan mana yang paling cocok untuk anda. Terakhir, apabila anda masih kesulitan dalam mengatasi stress dengan coping skill, pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan ahli seperti psikolog atau terapis agar anda dapat berkonsultasi dan membangun keterampilan mengatasi stress dengan bantuan ahli tersebut.

Semoga Bermanfaat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image