Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Tuli atau tidak Mau Mendengar?

Pendidikan dan Literasi | 2023-05-28 07:05:31

TULI

Alkisah, di negeri katak diadakan sebuah sayembara. Barang siapa mampu memanjat sebuah menara yang tinggi di tengah kota akan mendapatkan sekantong uang emas. Semua katak muda di negeri itu begitu antusias dengan sayembara tersebut, termasuk seekor katak kecil yang hidup di pinggiran negeri itu. Begitu katak kecil datang ke perlombaan, semua katak tertawa mengejek. Apalagi, saingannya adalah katak bertubuh kekar, dan dia amatlah kurus.

Namun, si katak kecil hanya tersenyum dan tetap membulatkan tekat untuk mengikuti sayembara tersebut. akhirnya perlombaan dimulai. Baru beberapa meter menanjak. Beberapa ekor katak jatuh ke bawah. Katak yang lain memandangi katak yang jatuh ke tanah dengan pandangan ngeri. Mereka baru sadar, bahwa kemampuan mereka sebagai katak adalah melompat, bukan memanjat. Satu per satu katak mulai berjatuhan, hingga akhirnya tinggal tiga katak yang tersisa.

Saat itu penonton berteriak-teriak, “puncak menara terlalu tinggi. Mustahil kalian dapat mencapainya.” Katak yang telah jatuh pun ikut berteriak.”Dari ketinggian tiga meter saja badanku sudah sakit semua, apalagi jatuh dari ketinggian 15 meter. Pasti mengerikan! Tulang-tulangmu pasti remuk!”. Seekor katak yang masih memanjat mulai khawatir ketika melongok ke bawah, ia sadar ternyata memang menara itu tinggi sekali.

Akhirnya ia pun mengundurkan diri. Tinggal dua katak lagi termasuk si katak kecil.”hati-hati, diatas sana licin, kamu pasti terpeleset,” lagi-lagi teriakan dari bawah. Teriakan tersebut membuat saingan si katak kecil berpikir,” Licin? Aduh bagaimana kalau nanti aku Jatuh?” akhirnya saingan si katak kecil mundur, khawatir terpeleset.

Tinggal katak kecil seorang diri.”Si katak kecil, di atas licin, kamu pasti jatuh,” suara lain menimpali,”iya menyerah saja. Angin di atas berhembus sangat kencang, kamu pasti terbang terbawa angin.”katak kecil tidak peduli dan terus memanjat. Akhirnya, hap, katak kecil sampai di puncak. Penonton menyorakinya,Ya, Tuhan.... ia berhasil!!!”

Saat katak kecil turun, penonton mengerubutinya dan bertanya-tanya, bagaimana bisa katak kecil berhasil. Ketika katak kecil diam saja, barulah mereka sadar katak kecil itu tuli, sehingga tidak bisa mendengar peringatan mereka. Ibu katak kecil akhirnya menimpali,”katak kecil dapat sampai di punak karena ia tidak dapat mendengar ucapan-ucapan kalian yang melemahkan semangatnya. Ia bisa terus sampai di atas karena ia hanya mendengarkan suara hatinya dan konsisten pada tujuan yang ingin dicapai.

Sudah jamak di era modern saat ini, cerita diatas telah melanglang buana dari gadget satu ke gadget lainnya, dari akun media sosial satu orang ke akun sosial media lainnya baik itu personal maupun grup. Cerita tersebut memotivasi setiap individu yang membacanya, reaksi spontan yakni ‘betul juga ya’, atau ‘ hebat juga si katak’, atau bisa juga ‘saya akan menjadi seperti katak supaya sukses’. Motivasi yang muncul dari sekilas membaca kisah di atas bisa diprediksi akan bertahan beberapa hari saja, karena motivasi tersebut berasal dari luar saja tanpa merasuk ke dalam diri pembacanya. Lalu bagaimana supaya kisah di atas mampu menjadikan pijakan awal bagi seorang murid yang ingin sukses di masa depannya?.

Telur yang pecah dari dalam dengan telur yang pecah akibat perlakuan dari luar adalah dua hal yang sama-sama pecah akan tetapi dampaknya akan berbeda. Telur yang pecah akibat perlakuan dari luar maka akan menjadi makanan saja, atau yang sering disebut telur goreng, tak bertahan lama, telur tersebut dimakan dan habis sudah. Telur yang pecah dari dalam, menandakan ada kehidupan dari dalam telur tersebut. seekor ayam kecil akan muncul dari dalam. Ayam akan tumbuh dewasa, bertelur lagi dan menetas lagi, dan begitu seterusnya berkesinambungann tanpa terputus. Pecah telur dari dalam akan berakibat panjang dan menguntungkan banyak pihak, namun sebaliknya pecah telur dari luar hanya akan menguntungkan satu orang saja dan berhenti pada satu titik.

Murid yang hebat bukan berarti senantiasa mentulikan telinganya setiap saat. Akan tetapi murid yang tahu kapan telinganya harus tuli dan kapan harus difungsikan sebagaimana mestinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image