Sosialisasi Bahasa Isyarat: Dunia Inklusif dalam Belenggu Eksklusif
Edukasi | 2024-12-29 12:51:11Bahasa merupakan kunci utama terciptanya sebuah komunikasi. Bahasa menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia sehari-hari yang tak pernah luput dari kehidupan kita. Tanpa adanya bahasa, kehidupan manusia akan menjadi suram dan tak ada artinya.
Namun, tahukah Anda jika bahasa tidak hanya dapat disampaikan melalui lisan? Ada bahasa tulis, bahasa tubuh, bahkan hingga bahasa isyarat. Kata “bahasa” sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki definisi sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh masyarakat untuk bekerja, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bisa dibayangkan bukan bagaimana sulit dan bingungnya kita jika hidup tanpa bahasa?
Bahasa isyarat merupakan bahasa yang tidak menggunakan bunyi ucapan manusia atau tulisan dalam penerapannya. Bahasa isyarat juga dapat diartikan sebagai suatu bahasa yang mengkombinasikan gerak dan bentuk tangan serta ekspresi yang mengutamakan komunikasi secara manual dengan menggunakan bahasa tubuh, bukan suara.
Manusia terlahir dengan bentuk dan kemampuan yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. juga ada sekelompok orang yang tidak bisa menggunakan kemampuan berbahasa lisannya, yaitu Kemampuan luar biasa ini juga mencakup kemampuan berbahasa lisan maupun tulis. Namun, di luar sana kelompok orang dengan disabilitas bisu dan tuli. Mereka memiliki keterbatasan pada kemampuan pendengaran dan kemampuan berbicara. Sehingga terkadang sangat sulit bagi mereka untuk memahami bahasa lisan yang dilontarkan oleh orang-orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan data yang dilansir dari World Health Organization (WHO), tercatat sebanyak 1,5 miliar penduduk di dunia mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan di Indonesia sendiri menurut data yang dipaparkan oleh Kementerian Sosial pada tahun 2023 lalu, tercatat sebanyak 7,03% dari 30,8 juta penduduk di Indonesia merupakan penyandang disabilitas tuli. Mengingat banyaknya orang yang mengalami disabilitas tersebut, sosialisasi Bahasa Isyarat akan menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran akan orang lain.
Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari dan mensosialisasikan penggunaan bahasa isyarat kepada masyarakat awam saat ini. Sosialisasi ini diberlakukan agar terciptanya inklusivitas bagi semua kalangan manusia. Tentunya kita ingin menciptakan dunia yang lebih baik dan tidak mengkotak-kotakkan atau membedakan golongan tertentu.
Pada hari Selasa (26/11) lalu, saya melakukan wawancara singkat bersama salah satu teman tuli, yaitu Pak Wawan (40). Saya mengajukan beberapa pertanyaan singkat mengenai keseharian dan cara ia mengatasi kesulitan yang dialaminya selama ini dalam berkomunikasi dengan orang lain. Menurutnya, untuk saat ini masih belum banyak juru bicara dan akses yang memudahkan para teman-teman tuli maupun bisu untuk mengkomunikasikan dirinya kepada orang lain. Selain itu, sering terjadi miskonsepsi orang lain yang mengira teman-teman tuli maupun bisu adalah orang normal yang dapat mendengar dan berbicara tanpa mengalami kesulitan, karena penampilan mereka yang tidak mencolok dan tidak berbeda dari orang normal lainnya.
Dengan masih banyaknya kesulitan yang dialami oleh penyandang disabilitas bisu maupun tuli ini, merupakan bukti bahwa lingkungan masyarakat saat ini masih belum menunjukkan sebuah lingkungan yang inklusif. Kurangnya pengetahuan masyarakat, akses yang memudahkan, bahkan hingga kurangnya kepedulian masyarakat sekitar harus secara perlahan kita ubah. Terkadang orang lain merasa tidak peduli dengan bidang bahasa isyarat karena merasa mereka bukanlah seseorang yang mampu dan mumpuni pada bidang tersebut. Padahal, mereka bisa belajar dan berusaha untuk mempelajarinya.
Mungkin masih banyak masyarakat yang memiliki keinginan untuk belajar dan peduli akan Bahasa Isyarat, namun mereka masih kebingungan untuk mempelajarinya dari mana dan dengan siapa. Maka dari itu, dengan mengadakan sosialisasi Bahasa Isyarat yang diselenggarakan oleh komunitas-komunitas, diharapkan masyarakat tidak akan kebingungan lagi dan tingkat kepedulian mereka akan meningkat secara signifikan. Selain itu, masyarakat juga bisa menambah pengetahuan dan kemampuan mereka dalam ragam berbahasa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.