Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Tuntaskan Kebutuhan Anak

Agama | Sunday, 28 May 2023, 06:59 WIB

TUNTASKAN

Cerita tentang kesenangan anak-anak di masa kecil pernah disampaikan oleh Sigmund Freud (seorang psikolog). Beliau bercerita bahwa, ada tiga tahap perkembangan kenikmatan anak-anak. Ketiga tahap itu memiliki persamaan yaitu bersifat fisik, konkret, bisa dilihat, dan pemenuhannya harus sesegera mungkin.

Bila seorang anak lapar maka ia akan makan dan minum. Menurut Freud, dalam periode paling awal pada perkembangan kepribadaian anak, letak kenikmatan adalah ada pada mulut mereka. Inilah yang disebut dengan periode Oral. Pada periode ini anak-anak menemukan kenikmatan ketika memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Kesenangan ini diperoleh dalam pengalaman pertama ketika dia menyusu pada ibunya. Dia lalu belajar untuk memasukkan apa saja ke dalam mulutnya. Pada tingkat Oral ini, ketika orangtuanya sedang mengajari untuk berjalan, dia akan berusaha mengambil sesuatu dan mencoba memasukkannya ke mulut sembari mencoba berjalan. Bila tidak ada sesuatu yang bisa diraih untuk diletakkan ke dalam mulutnya maka dia akan memasukkan tangannya sendiri.

Pada perkembangan selanjutnya, kenikmatan itu tidak hanya teletak pada mulut. Dia mendapatkan kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya, seperti ketika buang air besar atau buang air kecil. Masa ini disebut masa Anal. Pada periode ini seorang anak bisa berlama-lama di atas toilet. Dia senang melihat tumpukan kotorannya dan kadang-kadang ia mempermainkannya. Sesudah itu, kepribadian anak berkembang lagi. Kenikmatannya sekarang bergeser. Dia memasuki satu periode yang akan mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang lebih dewasa. Periode ini dinamakan periode Genital. Dia senang mempermainkan alat kelaminnya dan memperlihatkan pada orang sekitarnya atau orang tuanya.

Kalau teori Freud ini benar, maka seluruh kebutuhan pada masa kanak-kanak itu bersifat fisik. Tidak ada kebutuhan ruhaniah sedikit pun disitu, kebutuhan kita ini berkembang, semakin dewasa kita, semakin abstraklah kebutuhan kita. Namun demikian, pada orang-orang tertentu, kepribadiannya terhambat dan tidak bisa berkembang. Hambatan kepribadian itu disebut Fiksasi, misalnya ada murid yang terhambat pada pemenuhan kebutuhan oral saja, walaupun dia sudah tampak besar, dia hanya memperoleh kenikmatan pada makan dan minum saja. Ketika besar nanti, anak-anak yang mengalami hambatan atau ketidaktuntasan tersebut akan mengubah makan dan minum itu dalam bentuk symbol, misalnya dalam bentuk pemilikan kekayaan.

Orang-orang yang mengalami hambatan tersebut dan ketika besar mengubahnya dalam bentuk simbol menurut Freud adalah orang-orang yang modern atau orang yang sakit jiwa. Mereka hanya mengejar kenikmatan dalam makan dan minum saja atau paling tidak mereka terhambat pada tingkat Genital. Mereka seperti anak-anak masih mencari kenikmatan dalam mempermainkan alat kelaminnya.

Anak-anak atau murid kita saat ini, dimana mereka adalah penduduk asli era digital atau modern, juga dapat dikatakan sebagai bakal calon orang sakit jiwa masa depan. Lembaga-lembaga modern dibuat untuk memenuhi 3 kebutuhan yaitu makan, minum dan seks. Bisnis makanan sampai sekarang adalah bisnis yang paling banyak menyedot uang di dunia modern. Aset bulanan suatu restoran fast food di Indonesia bisa mencapai puluhan miliyar rupiah. Jadi, puluhan miliyar rupiah dikeluarkan oleh orang Indonesia hanya untuk membeli makan saja. Bila kita mau lebih teliti untuk menghitung, maka rata-rata orang Indonesia mengeluarkan lebih dari 75% dari penghasilannya untuk makan & minum.

Orang modern adalah orang yang kerjanya menumpuk kekayaan. Ia akan memperoleh kenikmatan dengan melihat banyaknya kekayaan yang dimilikinya. Sebagai contoh sederhana, dahulu di salah satu kampung, ada seorang bapak yang dikenal sebagai orang kaya (kaya dalam ukuran kampung). Tetapi, sehari-hari dia hanya makan dengan nasi yang amat sedikit. Lauk-pauknya pun ia cari sendiri dengan merendam dirinya di sungai untuk memperoleh ikan. Pakaian yang biasa dipakainya pun sangat sederhana. Ketika ia meninggal dunia, lemarinya dibuka. Herannya, lemari itu berisi penuh dengan pakaian yang bagus-bagus. Orang tidak pernah melihat ia memakai pakaian-pakaian itu. Ia juga meninggalkan uang yang bertumpuk-tumpuk, orang-orang bingung. Ia menderita sepanjang hidupnya padahal ia memiliki harta yang banyak. Orang tidak tahu bahwa bapak itu memperoleh kenikmatan tidak dalam mempergunakan seluruh harta dan barangnya, tapi ia memperoleh kenikmatan ketika ia membuka lemari dan memandang hartanya itu seraya berkata pada dirinya,”semua ini milikku”.

Jaman sekarang, sangat banyak orang seperti itu. Dia memperoleh kenikmatan dalam membaca laporan depositonya di bank. Kalau dia ingat, dia membuka lemari dan menyibak lembaran-lembaran depositonya. Ia tidak ingin menggunakan depositonya karena takut jumlah uang itu akan berkurang. Ada juga orang yang membeli barang-barang dan memperoleh kenikmatan dengan melihat tumpukan barang-barang itu. Sebetulnya sebagian barang itu saja sudah cukup baginya, tetapi ia memperoleh kenikmatan di dalam pemilikan semua barang itu. Menurut Sigmund Freud, orang yang seperti itu bertahan dalam tahap kenikmatan melihat kotoran. Penumpukan kekayaan yang dibeli dengan pengeluarannya itu sebetulnya adalah pemuliaan atau simbolisasi dari kenikamatan melihat kotoran. Orang tersebut-menurut Freud- berarti terhambat pada periode anal.

Manusia yang tidak mengalami Fiksasi atau tidak terhambat perkembangannya, maka ia akan memasuki kepada tahap kebutuhan yang lebih abstrak. Di bangku sekolah dasar kelas 5 Kurikulum 2013 saat ini telah dikenalkan teori Abraham Maslow.

Maslow membuat piramida kebutuhan manusia. Semakin tinggi bagian piramida, semakin abstrak pula kebutuhannya. Pada tingkat yang paling bawah, manusia hanya memenuhi kebutuhan makan dan minum saja atau kebutuhan biologis saja. Bila kebutuhan biologis itu sudah terpenuhi, kebutuhannya akan naik pada tingkat selanjutnya. Kebutuhan di atasnya itu adalah kebutuhan akan kasih sayang, ketentraman, dan rasa aman. Lebih atas lagi adalah kebutuhan akan perhatian dan pengakuan. Lebih tinggi dari itu adalah kebutuhan akan self actualization atau aktualisasi diri.

Tugas seorang guru adalah mengupayakan seluruh muridnya untuk mampu mengembangkan kepribadian mereka. Guru harus berusaha mendidik serta memahamkan hingga tuntas tentang kebutuhan manusia seperti pada piramida Maslow. Dampak masa depan pribadi seorang murid yang berokus pada ranah oral, anal, genital saja dan bahkan mengalami hambatan pada saat pembelajaran di bangku sekolah, maka akan berakibat pada masa depan murid-murid kita saat ini, yang dapat dipastikan akan menjadi penduduk modern masa depan yang sakit jiwa.

Perilaku para pimpinan di negara ini yang banyak diberitakan sering korupsi, berkelahi dalam sidang, menumpuk harta, berfoya-foya, dan sebagainya adalah cerminan ketidak tuntasan mereka pada ketiga periode masa kanak-kanak mereka. Wismiarti Tamin (2019) seorang dokter berprestasi lebih memilih berganti profesi menjadi guru PAUD, karena berdasarkan pengalaman hidupnya memimpin sebuah instansi ia banyak sekali menemukan orang yang secara akademik sangat pintar, tetapi tidak tuntas ketika di usia dini, sehingga banyak melakukan penyimpangan ketika besar dalam bentuk korupsi dsb.

Pada ujung tulisan ini, ajakan kepada para guru khususnya guru-guru PAUD maupun SD untuk bekerjasama dengan orang tua dalam mendampingi proses perkembangan anak guna pemenuhan kebutuhan mereka sedari kecil hingga tidak mengalami hambatan dalam kepribadian mereka. Semoga berhasil...

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image